BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah
Pendidikan di kampus bukan hanya ditentukan
oleh usaha mahasiswa secara individual atau berkat interaksi mahasiswa dan
dosen dalam proses belajar mengajar, melainkan juga oleh interaksi mahasiwa
dengan lingkungan sosialnya dalam berbagai situasi sosial yang dihadapinya
didalam maupun diluar kampus.
Pendidikan dipandang sebagai sosialisasi, yang terjadi dalam interaksi
sosial. Maka karena itu sudah sewajarnya seorang pendidik harus berusaha
menganalisis lapangan pendidikan dari segi sosiologi, mengenai hubungan antar
manusiawa dalam keluarga, di kampus, di luar kampus, dalam masyarakat dan
system-sistem sosialnya.
Ketika kita selesai mengikuti kuliah tentunya perut sudah terasa
lapar karena kita sudah merasa lelah, apa yang kita lakukan ? mungkin kita akan
mempertimbangkan apakah harus mampir membeli makanan di depan kampus atau makan
di kosan karena teman sekosan suka berbagi misalnya jika kita memilih untuk
membeli makanan di depan kampus tentunya kita harus mengeluarkan uang untuk
membeli makanan tersebut namun apabila kita memilih untuk membeli makanan di
depan kampus berarti kita sedang berhubungan dengan Pranata. Oleh karena itu
kita harus mematuhi aturan-aturan dalam pranata tersebut. Salah satunya kita
harus membayar apa yang telah kita miliki. Sementara itu jika kita makan di
kosan berarti kita sedang berhubungan dengan yang lain. Tentunya yang dipakai
adalah aturan-aturan dan tujuan yang ada dalam pranata tersebut.
Dari masalah tersebut kami akan menjelaskan tentang “Struktur dan Pranata Sosial”.
1.2 Perumusan
Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan Pranata
Sosial ?
2.
Apa yang dimaksud dengan Struktur
Sosial ?
3.
Apa saja macam-macam Pranata Sosial
?
4.
Apa saja bentuk-bentuk Struktur
Sosial ?
1.3 Tujuan
Penulisan
1.
Untuk mengetahui pengertian Pranata
Sosial
2.
Untuk mengetahui pengertian Struktur
Sosial
3.
Untuk mengetahui macam-macam Pranata
Sosial
4.
Untuk mengetahui bentuk-bentuk
Struktur Sosial
1.4 Metode
Penulisan
Dalam penulisan tugas makalah ini,
kami menggunakan metode bibiliografi atau metode bibiliografi atau metode
kepustakaan melalui beberapa langkah sebagai berikut:
1.
Langkahpertama : Mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan
pembahasan.
2.
Langkah kedua : Mengklasifikasi data atau bahan.
3.
Langkah ketiga : Menganalisa sejumlah buku yang ada hubungannya dengan
masalah yang
akan dibahas.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 STRUKTUR SOSIAL
2.1.1 Definisi Struktur Sosial
Struktur Sosial adalah tatanan atau susunan sosial
yang membentuk kelompok-kelompok sosial dalam suatu masyarakat. Dalam hal ini
struktur sosial dapat horizontal maupun vertikal susunannnya.Contoh struktur
sosial yang Horizontal adalah kelompok pria dan kelompok wanita, atau kelompok
orang beragama Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha dan Konghucu. Cirinya
masing-masing dalam kelompok tersebut tidak bertingkat, artinya di masyarakat
kedudukannya sama. Sedangkan contoh Sruktur sosial yang vertikal adalah
kelompok orang kaya dan kelompok orang miskin, hal ini jelas menunjukkan
kedudukan yang berbeda dalam masyarakat.Orang kaya berada di tempat yang lebih
tinggi daripada orang miskin.
Definisi struktur
sosial menurut beberapa pendapat.
1. Mengenai istilah struktur sosial dikalangan ahli diIndonesia memang
belum ada kesepakatan untuk menentukan secara pasti tentang definisinya.
2. Sebagian para ahli menganggap struktur sosial indektik dengan
penggambaran tentang suatu lembaga sosial, sebagian lain menggambarkan struktur
sosial dengan istilah pranata sosial, bangunan sosial dan lembaga
kemasyarakatan. Namun dengan demikian pada dasarnya berbagai pendapat tersebut
secara umum mengandung pengertian yang relatif sama; oleh karena itu pembedaan
istilah dalam kajian ini diusahakan untuk tidak dipersoalkan dengan maksud agar
terhindah dari kesalahpahaman.
3. Dalam antropologi sosial, konsep struktur sosial dianggap sama
dengan organisasi sosial, terutama apabila dihubungkan dengan masalah
kekerabatan dan kelembagaan atau hukum
pada masyarakat yang tergolong bersahaja.Menurut Firth (Seorjono
Soekarto;1983), bahwa organisasi sosial
berkaitan dengan pilihan dan keputusan dalam hubungan-hubungan sosial, aktual.
Struktur sosial mengacu pada hubungan-hubungan sosial yang lebih furdamental
yang memberikan bentuk dasar pada masyarakat, yang memberikan batas-batas pada
aksi-aksi yang mungkin dilakukan secara organisatoris. Sedangakan E.R. Leach
menetapkan konsep tersebut pada cita-cita tentang distribusi kekuasaan diantara
orang-orang dan kelompok-kelompok.
4. Dalam pendapat tersebut dapat diartikan bahwa struktur sosial
mencangkup berbagai hubungan sosial antara individu-individu secara teratur
pada waktu tertentu yang merupakan keadaan statis dari suatu sistem sosial.
Jadi struktur sosial tidak hanya mengandung unsur kebudayaan belaka, melainkan
sekaligus mencangkup seliruh prinsip-prinsip
hubungan-hubungan sosial yang bersifat tetap dan stabil.
5. Bertolak dari pandangan totalitas hubungan-hubungan sosial
sebagaimana dimaksud diatas, berarti perangkat struktur sosial yang paling
utama adalah status sosial sedangkan fungsi struktur adalah apabila peranan
individu yang tergabung dalam kehidupan masyarakat mampu memelihara
konstinuitas apa-apa yang bersifat yang bersifat struktural.
6. Dalam sosiologi struktur sosial sering digunakan untuk menjelaskan
tentang keteraturan sosial, yaitu menunjuk pada prinsip, prilaku yang
berulang-ulang dengan bentuk dan cara yang sama. Secara sosiometris
kadang-kadanga dapat diartikan sebagai konsep psikologis dari hubungan-hubungan
sejumlah anggota dalam kelompok kecil. Menurut Soerjono Soerkato (1983), bahwa
struktur sosial diartikan sebagai hubungan timbal balik antara posisi-posisi
sosial antara peranan-peranan.
7. Interaksi dalam sosial dikonsepkan secara lebih terperinci dengan
menjabarkan tentang manusia yang menempati posisi-posisi dan melaksanakan peranannya
( dalam sosiologi disebut sebagai pendekatan struktural-fungsional). Sedangkan
Parson memandang struktur sosial sebagai aspek yang relatif lebih statis dari
pada aspek fungsional dalam suatu sistem sosial.
8. Dengan tidak mengurangi unsur pengertian dari struktur sosial, maka
secara singkat struktur sosial dapat didefinisikan sebagai tatanan sosial dalam
kehidupan masyarakat yang didalamnya terkandung hubungan timbal balik antara
status dan peranan dengan batas-batas perangkat unsur-unsur sosial yang menunjuk
pada suatu keteraturan prilaku, sehingga dapat memberikan bentuk suatu
masyarakat.
2.1.2 Bentuk-Bentuk Struktur
Sosial
Bentuk struktur sosial dalam
masyarakat dapat dilihat dari beberapa sudut, di antaranya sebagai berikut.
1.
Dilihat dari Sifatnya
Bentuk struktur sosial suatu masyarakat dapat dibedakan menjadi struktur
sosial yang kaku, struktur sosial yang luwes, struktur sosial formal, dan
struktur sosial informal.
a. Struktur Sosial Kaku
Struktur sosial kaku merupakan bentuk struktur sosial yang tidak dapat
dirubah atau sekurang-kurangnya masyarakat menghadapi kesulitan besar untuk
melakukan perpindahan status atau kedudukannya.struktur sosial seperti ini
biasanya terdapat pada masyarakat yang menganut sitem kasta.
b. Struktur Sosial Luwes
Bentuk struktur sosial ini
merupakan kebalikan dari struktur sosial kaku. Pada struktur sosial ini
masyarakat bebas bergerak melakukan perubahan.
c. Struktur sosial Formal
Merupakan suatu bentuk struktur sosial yang diakui oleh pihak yang
berwenang.
d. Struktur Sosial Informal
Merupakan kebalikan dari struktur sosial formal, yaitu struktur sosial yang
nyata ada berfungsi tetapi tidak memiliki ketetapan hukum dan tidak diakui oleh
pihak berwenang.
2.
Dilihat dari Identitas Keanggotaan Masyarakatnya
Bentuk struktur sosial ini dapat dibedakan menjadi struktur sosial yang
homogen dan struktur sosial yang heterogen.
a. Struktur Sosial Homogen
Pada struktur sosial yang homogen memiliki latar belakang kesamaan
identitas dari setiap anggota masyarakatnya, seperti kesamaan ras, suku bangsa,
ataupun agama.
b. Struktur Sosial yang Heterogen
Struktur sosial ini ditandai oleh keanekaragaman identitas anggota
masyarakatnya. Struktur sosial yang heterogen memiliki latar belakang ras,
suku, ataupun agama yang berbeda dari para anggota masyarakatnya.
3.
Dilihat dari Ketidaksamaan Sosial
Bentuk struktur sosial
berdasarkan ketidaksamaan sosial adalah pengelompokkan manusia secara
horizontal dan vertikal. Pengelompokkan ini bisa berdasarkan ciri fisik yang
meliputi jenis kelamin, bentuk dan tinggi tubuh, warna kulit, rambut, dan
sebagainya. Juga berdasarkan ciri non fisik atau ciri sosial budaya, meliputi
kecerdasan, keterampilan, motivasi, minat dan bakat.
a.
Faktor-Faktor
Pembentuk Ketidaksamaan Sosial
1)
Keadaan Geografis
Letak geografis suatu wilayah akan mempengaruhi iklim dan cuaca wilayah
tersebut sehingga menghasilkan perbedaan mata pencaharian, corak, dan tradisi
suatu masyarakat.
2)
Etnis
3) Kemampuan atau Potensi Diri
Adanya perbedaan potensi diri dapat menghasilkan perbedaan atas dasar
profesi, kekayaan, hobi, dan sebagainya.
4) Latar Belakang Sosial
Perbedaan latar belakang sosial dapat menghasilkan perbedaan tingkat
pendidikan, peranan, prestise, dan kekuasaan.
b.
Bentuk-Bentuk
Ketidaksamaan Sosial
Dalam sosiologi ketidaksamaan sosial dibedakan secara horizontal dan secara
vertikal. Ketidaksamaan sosial secara horizontal disebut dengan istilah
diferensiasi sosial, sedangkan ketidaksamaan sosial secara vertikal disebut
stratifkasi sosial.
1)
Secara Horizontal
Struktur sosial dilihat secara horizontal merupakan struktur masyarakat
dengan berbagai kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan-perbedaan suku
bangsa, agama, dan adat istiadat yang dikenal dengan istilah difensiasi sosial.
misalnya dalam masyarakat Indonesia terdapat suku bangsa Minangkabau, suku
bangsa Jawa, Sunda, Dayak, dan lain-lain.
2)
Secara Vertikal
Yaitu struktur sosial yang ditandai oleh kesatuan-kesatuan sosial
berdasarkan perbedaan-perbedaan pelapisan sosial, baik lapisan atas mauoun
lapisan bawah yang dikenal dengan istilah stratifikasi sosial.
Setiap
masyarakat memiliki struktur sosial.Struktur sosial biasanya ditandai 2 ciri
yaitu, horizontal yang mengarah pada diferensiasi sosial dan vertikal yang
mengarah pada stratifikasi sosial.
1.
Diferensiasi Sosial
a. Pengertian Diferensiasi Sosial
Diferensiasi sosila adalah perbedaan individu atau kelompok dalam
masyarakat yang tidak menunjukkan adanya suatu tingkatan (hierarki).
b. Bentuk-Bentuk Diferensiasi Sosia.
Dalam masyarakat dikenal beberapa bentuk deferensiasi sosial, antara lain berdasarkan
perbedaan ras, suku bangsa (etnis), agama dan gender.
1)
Diferensiasi Sosial
Berdasarkan Ras
Pengelompokkan manusia berdasarkan ras merupakan pengelompokkan yang
bersifat jasmaniah, berdasarkan pada ciri-ciri fisik, seperti warna kulit,
rambut, serta bentuk-bentuk bagian wajah. Koentjaraningrat mendefinisikan ras
sebagai suatu golongan manusia yang menunjukkan berbagai ciri tubuh tertentu
dengan suatu frekuensi yang besar. Dengan adanya pengelompokkan berdasarkan
ras, maka memunculkan politik diskriminasi ras yang dampaknya sampai sekarang.
Dasar-dasar diskriminasi itu adalah bahwa ras kulit putih mempnyai keunggulan
jasmani serta rohani dibandingkan ras-ras lain.
Mengenai klasifikasi ras terdapat banyak sistem penggolongan yang berasal
dari berbagi ahli. Di bawah ini dikemukakan salah satu klasifikasi ras
dari A.L Kroeber(19488), yang menggambarkan secara jelas garis
besar penggolongan ras-ras terpenting di dunia serta hubungan antara satu
dengan yang lain, yaitu sebagai berikut.
-
Australoid (Penduduk
asli Australia)
-
Mongoloid
-
Asiatic Mongoloid
(Asia Utara, Asia Tengah, dan Asia Timur)
-
Malayan Mongoloid
(Asia Tenggara, Indonesia, Malaysia, Filipinadan penduduk asli Taiwan)
-
American Mongoloid
(penduduk asli Benua Amerika Utara dan Selatan dari orang-orang Eskimo di
Amerika Utara sampai penduduk Terra del Fuego di Amerika Selatan)
-
Caucasoid
-
Nordid (Eropa Utara
sekitar Laut Baltik)
-
Alpine (Eropa
Tengah dan Timur)
-
Mediterranean
penduduk sekitar laut Tengah, Amerika Utara, Armenia, Arab, dan Iran)
-
Indic (Pakistan,
India, Bangladesh, Sri Lanka)
-
Negroid
-
African Negroid
(Benua Afrika)
-
Negrito (Afrika
Tengah, Semenanjung Melayu, Filipina)
-
Melanesian (Irian,
Melanesia)
-
Ras-ras khusustidak
dapat diklasifikasikan ke dalam empat ras di atas.
-
Bushman (di
daerah Gurun Kalahari; Afrika Selatan)
-
Veddoid (di pedalaman
Sri Lanka dan Sulawesi Selatan)
-
Polynesian (di
kepulauan Mikronesia dan Polinesia)
-
Ainu (di Pulau
Karafuto dan Hokkaido Jepang Utara)
2)
Diferensiasi Sosial
Berdasarkan Etnis
Diferensiasi sosial berdasarkan etnis atau suku bangsa menunjukkan bahwa
masyarakat terdiri atas berbagai suku bangsa dengan bahasa dan kebudayaan
masing-masing.
3)
Diferensiasi Sosial
Berdasarkan Agama
Diferensiasi sosial berdasarkan agama terwujud dalam kenyataan sosial bahwa
masyarakat terdiri atas orang-orang yang menganut suatu agama tertentu termasuk
dalam suatu komunitas atau golongan yang disebut umat.
Menurut Emile Durkheim (1976), agama adalah salah
satu sistem kepercayaan beserta praktiknya, berkenaan dengan hal-hal yang
sakral yang menyatukan pengikutnya dalam suatu komunitas moral. Agama berisi
tentang:
-
sesuatu yang dianggap
sakral, melebihi kehidupan duniawi dan menimbulkan rasa
kekaguman dan penghormatan;
-
sekumpulan
kepercayaan tentang hal yang dianggap sakral;
-
penegasan kepercayaan
dengan melaksanakan ritual, yaitu aktivitas keagamaan; dan
-
sekumpulan
kepercayaan yang ikut dalam ritual yang sama.
Dari contoh yang terdapat dalam sejarah bisa diambil kesimpulan bahwa
kepercayaan mempunyai pengaruh pada kehidupan masyarakat, dan sebaliknya,
keadaan masyarakat mempengaruhi pula kepercayaan.
Sebagai salah satu dasar ikatan, agama berbeda dengan dasar ikatan lain,
seperti keturunan, ras, suku, bangsa, ataupun pekerjaan. Dapat dikatakan agama
merupakan bagian yang sangat mendalam dari kepribadian atau privacy seseorang,
karena agama selalu bersangkutan dengan kepekaan emosional.
4)
Diferensiasi Sosial
Berdasakan Gender
Pada umumnya orang beranggapan
istilah gender sama dengan jenis kelamin, tetapi sesungguhnya
tidaklah demikian. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan akan mencakup
tentang perbedaan secara seks dan perbedaan gender.
Perbedaan gender adalah
cara berperilaku bagi pria dan wanita yang sudah ditentukan oleh kebudayaan
atau kodratnya yang kemudian menjadi bagian dari kepribadiannya.
Perbedaan
struktur sosial secara horizontal ditandai dengan adanya kesatuan yang
menunjukan perbedaan sederajat. Misalnya ras pendekatan berdasarkan ciri fisik
dan lokasi Geografis; etnis didasarkan pada kebudayaan agama berhungan dengan
kepercayaan/kegiatan keagamaan; serta jenis kelamin.
c. Pengaruh Diferensiasi Sosial
Diferensiasi
sosial menyebabkan terbentuknya berbagai paham sosial seperti primordialisme,
etnosentrisme, dan sektaria (politik aliran).
2.
Stratifikasi Sosial
a.
Pengertian Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial merupakan sistem pelapisan masyrakat secara
hierarkis. Pelapisan masyarakat berkaitan dengan suatu hal yang dihargai oleh
masyarakat itu sendiri. Ukuran yang biasa digunakan untuk menggolongkan anggota
masyarakat kedalam suatu pelapisan sosial meliputi kekayaan,
kekuasaan,kehormatan, dan ilmu pengetahuan.
Menurut Pitirim A.
Sorokin (1959), bahwa stratifikasi sosial merupakan ciri yang tetap
pada setiap kelompok sosial yang teratur. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa
stratifikasi sosial merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam
kelas-kelas secara bertingkat.
Paul B. Horton dan Chester L.
Hunt (1999), stratifikasi
sosial berarti sistem perbedaan status yang berlaku dalam suatu masyarakat.
Robert M.Z Lawang, startifikasi sosial adalah
penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke
dalam lapisan-lapisan hierarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan
prestise.
Dari definisi-definisi di atas
dapat disimpulkan bahwa stratifiksi sosial adalah pembedaan masyarakat ke dalam
kelas-kelas secara vertikal, yang diwujudkan dengan adanya tingkatan masyarakat
dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah.
b. Dasar Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial
akan selalu ditemukan dalam masyarakat selama dalam masyarakat ada sesuatu yang
dihargai. Adapun dasar atau ukuran yang biasa dipakai untuk menggolongkan
anggota msyarakat ke dalam suatu lapisan sosial adalah sebagai berikut.
-
Ukuran kekayaan
-
Ukuran kekuasaan
-
Ukuran kehormatan
-
Ukuran ilmu pengetahuan
Keempat ukuran di atas bukanlah bersifat limitif, artinya masih ada ukuran
lain yang dapat dipergunakan dalam kriteria penggolongan pelapisan sosial dalam
masyarakat, namun ukuran di ataslah yang paling banyak digunakan sebagai dasar
pembentukan pelapisan sosial.
c.
Unsur-Unsur
Stratifikasi Sosialikut.
Unsur-unsur yang terdapat dalam
stratisfikias sosial adalah sebagai berikut.
(1)
Status atau kedudukan
Paul B. Horton mendefinisikan status atau kedudukan sebagai suatu posisi
seseorang dalam suatu kelompok sosial. Umunya terdapat tiga macam cara
memperoleh status atau kedudukan dalam masyarakat, yaitu sebagai berikut.
-
Ascribed status
merupakan kedudukan yang diperoleh seseorang melalui kelahiran. Misalnya,
kedudukan anak seorang bangsawan diperoleh karena ia dilehirkan dari orang yang
berdarah bangsawan.
-
Achieved status
merupakan status atau kedudukan seseorang yang diperoleh usaha-usaha yang
disengaja. Misalnya, setiap orang bisa menjadi dokter, asal dia memenuhi
persyaratan untuk menjadi seorang dokter.
-
Assigned status
merupakan status atau kedudukan yang diberikan. Misalnya, gelar kehormatan yang
diberikan kepada seseorang karena dianggap berjasa.
(2) Peranan
Dalam setiap peranan akan terdapat suatu perangkat peran (role set) yang menunjukkan
bahwa dalam suatu status tidak hanya mempunyai satu peran tunggal, tetapi
sejumlah peran yang berhubungan. Misalnya, seorang anak juga seorang murid, dan
ia seorang teman, seorang kketua OSIS, dan masih banyak perangkat peran lainnya
yang ia sandang. Jadi, dapat dilihat bahwa setiap individu menduduki status
atau kedudukan tertentu dalam masyarakat, serta menjalankan suatu peranan.
Ketika seorang individu mennduduki suatu status atau kedudukan serta
menjalankan sebuah peranan terkadang dihadapkan pada pertentangan yang
berkaitan dengan status dan peranannya, konflik status dan konflik peranan akan
timbul apabila seseorang harus memilih status mana yang harus ia pilih dalam
menghadapi situasi tertentu. Misalnya, Ibu Tati adalah seorang ibu dan juga
pengacara. Ketika anaknya sakit, ia harus memilih menjalankan peranannya
sebagai seorang ibu yang harus merawat anaknya atau memilih menjalankan
peranannya sebagai pembela dalam suatu sidang di pengadilan.
d. Terjadinya Stratifikasi Sosial
Proses terjadinya stratifikasi sosial dapat dibedakan menjadi 2
jenis, yaitu dengan sendirinya dan dengan sengaja. Stratifikasi yang terbentuk
dengan sendirinya, misalnya kepandaian dan tingkat umur. Sementara itu,
stratifikasi yang di bentuk secara sengaja mengarah pada suatu tujuan
tertentu.Tujuan tersebut menjadi kesepakatan kelompok sosial, misalnya
kekuasaan dan wewenang.
e. Sifat Stratifikasi Sosial
1) Terbuka
Sistem
pelapisan terbuka (opened social stratification)mempermudah kesempatan anggota
masyarakat untuk naik pada lapisan atas atau mengalami penurunan prestasi
hingga masuk kelapisan bawah.
2) Tertutup
Sistem pelapisan tertutup (closed
social stratification) membatasi perpindahan status individu untuk naik ke
lapisan atas atau turun kelapisan bawah. Anggota sistem pelapisan tertutup didasarkan pada pelahiran.
3) Campuran sistem pelapisan sosial masyarakat tidak selalu bersifat
terbuka atau tertutup, misalnya pada kehidupan masyarakat Bali. Secara budaya
masyarakat Bali menerapkan sistem pelapisan tertutup, tetapi secara ekonomi
masyarakat menerapkan sistem pelapisan terbuka. Dengan demikian, dapat
disimpulkan dalam suatu masyarakat terdapat sistem pelapisan campuran yang
memadukan sistem pelapisan terbuka dan
terututup.
f.
Pengaruh Stratifikasi Sosial
Konsekuensi stratifikasi sosial menyebabkan adanya
perbedaan sikap dari orang-orang yang berada dalam strata sosial tertentu
berdasarkan kekuatan, privelese, dan prestise. Perbedaan sikap tersebut
tercermin dari gaya hidup seseorang sesuai dengan strata sosialnya. Pola hidup
tersebut dapat dilihat dari cara berpakaian, tempat tinggal, cara berbicara,
pemilihan tempat pendidikan, hobi, dan tempat rekreasi.
2.1.3 Ciri – ciri Struktur Sosial
Untuk lebih
jelasnya di bawah ini dijelaskan beberapa ciri umum dari struktur sosial :
1.
Struktur sosial mengacu pada
hubungan-hubungan sosial yang pokok yang dapat memberi bentuk dasar pada
masyarakat memberikan batas-batas pada aksi-aksi yang kemungkinan besar
dilakukan secara organisatoris. Konsep struktur sosial di terapkan pada setiap
totalitas, seperti lembaga , kelompok dan proses sosial. Struktur sosial disatu
pihak dapat berupa hubungan-hubungan sosial antar anggota kelompok masyarakat,
di pihak lain struktur sosial merupakan ketetapan dari pada cita-cita
distribusi kekuasaan diantara angota-anggota masyarakat tertentu.
2.
Struktur sosial mencakup semua
hungan sosial antara individu-individu pada saat tertentu. Oleh karena itu maka
struktur sosial dapat disebut sebagai aspek dan proses dari sistem sosia,l yang
pada intinya adalah situaassi statis dari sistem sosial. Struktur sosial
merupakan kerangka acuan yang utama dalam detiap studi tentang keteraturam
hubungan-hubungan sosial dalam masyarakat.
3.
Struktur sosial merupakan seluruh
kebudayaan masyarakat yang dapat dilihat dari sudut pandang teoritis , artinya
dalam setiap penelitian tentang kebudayaan selakyaknya diarahkan pada pemikiran
terhadap pelbagai derajat dari susunan sosialnya . dengan demikian struktur
sosial dapat dipandang sebagai suatu kenyataan emppiris yang ada setiap saat
terjadi hubungan sosisa antar manusa . struktur sosial merupakan abstraksi dari
kenyatan yang menyangkut kurun waktu tertentu yang pada prinsipnya tidak
terlepas dari prilaku , perasaan dan kepercayaan , disamping menyanhkut
kehidupan yang aktual
4.
Struktur sosial merupaka realitas
sosial yang bersifatstatis atau kenyataan yang membeku, sehingga dapat dilihat
kerangka tantanan dari bebrbagai bagian tubuhnya yang ber bentuk struktur. Jadi
struktur sosial adalah aspek statis dari suatu proses atau fungsinalisasi dari
sistem sosial.
5.
Struktur merupakan tahapan perubahan
perkembangan masyarakat yang mengandung dua pengertian, yaitu pertama ; di
daLam struktur sosial terdapat peranan yang bersifat empiris dalam proses
perubahan dan perkembangan. Kedua ; dalam setiap perubahan dan perkembangan
tersebut terdapat tahap perhentian stabilitas, keteraturan dan interaksi
sosialberkesinambungan sebelum kemudian terancam proses ketidakpuasan dalam
tuuh masyarakat . pada ciriyang kelima ini dalam sosiologi sering digunakan
untuk melukiskan keteratutrab sosial atau keteraturan elemen-elemen dalam
kehiduan masyarakat.
Dari beberapa ciri struktur sosial
sebagaimana di kemukakan di atas , maka dapat disimulkan bahwa struktur sosial
adalah suatu tantanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang merupakan jaringan
dari pada unsur-unsur sosial yang pokok.
Menurut Sorjono Soekarto,
unsur-unsur sosial yang pokok itu adalah sebagai berikut :
a.
Sekelompok sosial
b.
Kebudayaan.
c.
Lembaga sosial
d.
Stratifikasi sosial.
e.
Kekuasaan dan wewenang.
2.1.4 Fungsi Sruktur Sosial dalam Kehidupan Masyarakat
Dalam buku
sosiologi kelompok dan malasah sosial ( Abdul SYani : 1987 ) , dijelaskan bahwa
dalam struktur sosial banyak dijumpai dengan berbagai aspek erilaku sosial.
Perilaku sosial menunjukan adanya suatu gejala yang tetap apada kehidupan
masyarakat setelah melalui tahapan perubahan-perubahan tertentu . dengan
struktur sosial, maka secara psikologis aggota masyarakat merasa ada
batas-batas tertentu dalam setiap melakukan aktifitasnya ; individu senantiasa
menyesuaikan diri dengan ketertiban dan keteraturan masyarakat yang ada. Dalam
keadaan demikian norma-norma dan nilai-nilai kemasyarakatan paling tidak dapat
berfungsi sebagai batas dalam berprilaku agar tidak melanggar batas-batas hak
dari anggota masyarakat lain. Menurut Mayor Polak ( 1979 ), berfungsi sebagai
pengawasan sosial, yaitu sebagai penekan kemungkinan-kemungkinan pelanggaran
terhadap norma-norma , nilai-nilai dan peraturan-peraturan tadi, sehingga
disiplin dalam kelopok cenderung dapat di pertahankan. Selanjutnya dikatakan
bahwa pengawasan dimaksudkan sebagai tujuan untuk mendisiplinkan para anggota
kelompok dan menghindarkan aatau membatasi adanya penyelewengan kelompok.
Tujuan untuk
mendisiplinkan kelompok pada dasarnya didorong oleh suatu keinginan dan
semangat persatuan diantara anggot akelompok, kesadaran menerima hukum dan
norma-norma yang berlaku, dan tunduk kepada kepentingan dan kesejahteraan
kelompok secara keseluruhan. Untuk itu anggota masyarakat senantiasa
melaksanakan pengawasannya terhadap diri sendiri dan terhadap sesamanya. Dengan
keadaanmasyarakat yang relatif terikat terhadap struktur sosial nya , maka
kelangsungan hidup sebagaimana tercermin dalamm ikatan moral dapat
dipertahankan. Ada kecenderungan sifat masyarakat lebih baik tentram dalam
keadaan bersahaja dari pada harus berubah dwngan gejilak sosial dan timbulnya
berbagai penyimpangan yang tak kunjung rampung. Anggota masyarakat pada umumnya
lebih condong untuk mengidentifikasikan dirinya dengan kebiasaan dan perilaku yang
berbuah nyata dan langsung sifatnya. Mereka beranggapan bahwa ketertiban da
kestabilan masyarakat sangat tergantung pada norma dan nilai-nilai budaya yan
berlaku pada saat tertentu. Merupakan pendapat Emile Durkaheiembahwa
keteraturan itu disebabkan adanya faktor pengikatnya yang ditingkatkan menjadi
moraitas masyarakat, faktor itu adalahantara lain :
1.
Kontrol sosial.
2.
Stabilitas keluarga yang besar.
3.
Sifat hetero genitas lebih kecil
dari pada sifat kolektivitas.
Struktur sosial
juga dapat berfungsi sebagai dasar untuk menanamkan suatu disiplin sosial ;
karena aturan disiplinnya berasal dari dalam kelompok senduri, maka perlakuan
pegawai dalam kelompok sendiri, maka perlakuan pengawasan dalam kelompoknya
cenderung lebih umum untuk dapat diterima sebagai kepentingan sendiri. Dengan
pelakunya proses tersebut, maka setiap anggota kelompok akan mendapatkan
pengetahuan dan kesadaran, teratur perihal sika, kebiasaan kepercayaan grup
feelingnya.
Dengan
demikian anggota kelompok dapat mengetahui berbagai cara bersikap dan bertindak
yang sesuai dengan keteraturan dan harapan-harapan umum sehingga kemungkinan
perbedaan-perbedaan paham sedikit dapat di kuarangi .
Dalam
teoori sebernetik tentang general system of action ( Ankie M.M Hoogvelt : 1985
), dijelaskan bahwa suatu masyarakat akan dapat dianalisis dari sudut
syarat-syarat fungsionalnya yaitu :
1.
Fungsi mempertahankan pola [pattern
maintenance]. Fungsi ini berkaitan dengan hubungan antara masyarakat sebagai
sistem sosial dengan sub-sistem kebudayaan hal itu berarti mempertahankan
prinsip-prinsip tertingi dari masyarakat,oleh karena diorientasikan realitas
terakhir
2.
Fungsi integrasi. Hal ini mencakup
jaminan terhadap koordinasi yang diperlukan antara unit-unit dari suata sistem
sosial,khususnya yang berkaitan dengan kontribusinya pada organisasi dan
berperanannya keseluruhan sistem.
3.
Fungsi pencapaian tujuan [goal
attainment].hal ini menyangkut hubungan antara masyarakat sebagai sistem sosial
dengan subsistem aksi kepribadian. Fungsi ini menyangkut penentuan tujuan-tujuabn
yang sangata penting bagi masyarakat, mobilitas warga masyarakat untuk mencapai
tujuan-tujuan tersebut.
4.
Fungsi adaptasi yang menyangkut
hubungan antara masyarakat sebagai sistem sosial dengan sub-sistem organsme
perilaku dan dengan dunia fisiko organik . hal itu secara umum menyangkut
penyesuaian masyarakat terhadap kondisi –kondisi dari lingkungan kehidupannya.
2.2 PRANATA SOSIAL
2.2.1 Pengertian Pranata
Menurut
Prof. Dr. Koentjaraningrat, dari hari kehari manusia melaksanakan banyak
tindakan interaksi antar individu dalam kehidupan bermasyarakat. Diantara semua
tindakannya yang berpola tadi, perlu diadakan perbedaan antara
tindakan-tindakan yang dilaksanakannya menurut pola-pola yang tidak resmi
dengan tindakan-tindakan yang dilaksanakannya menurut pola-pola yang resmi.
Sistem tingkah laku sosial yang bersifat resmi serta adat istiadat dan norma
yang mengatur tingkah laku itu, dan seluruh perlengkapannya guna memenuhi
berbagai kompleks kebutuhan manusia dalam masyarakat, dalam ilmu sosiologi dan
antropologi disebut Pranata, atau dalam bahasa inggris institution.
Contoh
1: peristiwa pertama, pada berbagai sekolah menengah kita dapat mengamati
anak-anak remaja, yang pada jam-jam istirahat antara pelajaran, secara besenda
gurau bermain tinju atau gulat, dikerumuni kawan-kawan mereka yang dengan
bersorak gembira melepaskan lelah dan ketegangan akibat berkonsentrasi
mengikuti pelajaran guru beberapa saat yang lalu. Peristiwa kedua, apabila kita
pernah menonton rekaman pertandingan adu tinju dua juara tinju kelas berat,
Muhammad Ali dan Joe Frazier, yang bertanding secara resmi menurut norma-norma dan aturan-aturan ketat yang
didahului oleh prosedur-prosedur, upacara dan protokol yang resmi, dan
masing-masing dibantu oleh tim yang berdiri para suporter, asisten, pelatih,
dokter dll, dengan dikerumuni olh beribu-ribu penonton yang bersorak-sorak ramai. Dalam peristiwa
pertama terdapat murid-murid sekolah yang merupakan masyarakat sekolah bermain
tinju secara tidak resmi, sedangkan dalam peristiwa kedua ada juara dunia yang dalam
masyarakat kaum olahragawan bermain tinju secara resmimenurut pranata
pertandingan tinju kejuaran dunia.
Contoh
lain adalah: Dalam hampir semua masyarakat kita dapat mengamati aktivitas
manusia berinteraksi dalam hal memberi pelajaran. Kakak mengajar adiknya suatu
permainan; ibu mengajari anaknya adat sopan-santun pergaulan; ayah mengajar
anaknya cara memperbaiki suatu alat rumah tangga; seorang petani mengajar
seorang buruh tani cara menanam yang baru; seorang kepala kantor mengajar
aturan-aturan untuk menyusun surat laporan resmi pada seoarang pegawainya dan
sebagainya. Walaupun kita semua dalam hidup pernah memberi pelajaran mengenai
sesuatu hal pada orang lain, tetapi belum tentu kita semua pernah secara resmi
dan aktif bertindak sebagai guru dalam pranata pendidikan yang mempunyai wujud
konkret dalam bermacam-macam lembaga yang kita sebut taman kanak-kanak, sekolah
dasar, sekolah menengah, sekolah kejuruan, akademi, perguruan tinggi, kursus
penataran, sekolah agama, pesantren, madrasah, institut agama, sekolah tinggi
teologi, seminarium dan sebagainya.
Dari
kedua contoh tersebut diatas tampak bahwa pranata adalah suatu sistem norma
khusus menata suatu rangkaian tindakan berpola mantap guna memenuhi suatu
keperluan khusus dari manusia dalam kehidupanmasyarakat.
Konsep “pranata”
atau intitution telah lama berkembang dan dipergunakan dalam ilmu sosiologi,
dan merupakan suatu konsep dasar yang diuraikan secara panjang lebar dalam
semua kitab pelajaran mengenai ilmu itu. Sebaliknya dalam ilmu antropologi
konsep “pranata” kurang digunakan. Para ahli antropologi lebih suka menggunakan
konsep “unsur kebudayaan” untuk mengalisis aktivitas manusia dalam masyarakat
yang mereka pelajari sepanjang pengetahuan penulis konsep institution hanya
digunakan dalam tiga buku pelajaran antropologi.
Menurut Robert Mac
Iver dan Charles H. Page Pranata sosial adalah: tata cara atau prosedur yang
telah diciptakan untuk mengatur hubungan antar manusia yang berkelompok dalam
suatu kelompok kemasyarakatan yang dimanakan assosiation.
Menurut Leopold von
Wiese dan Howard becher Pranata sosial diartikan sebagai suaru jaringan dari
pada proses-proses hubungan antara manusia dan antar kelompok manusia yang
berfungsi untung memelihara hubungan-hubungan tersebut serta pola-polanya,
sesuai dengan kepentingan-kepentingan manusia dan kelompoknya. Disini lembaga
kemasyarakan dilihat dari sudut fungsinya.
Beberapa fungsi
Pranata Sosial yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok manusia.
1.
Memberikan pedoman pada
anggota-anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah laku dan bersikap
di dalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat terutama menyangkut
kebutuhan-kebutuhan yang bersangkutan.
2.
Menjaga keutuhan dari masyarakat
yang bersangkutan.
3.
Memberikan pegangan kepada
masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial (social control) yaitu, artinya sistem pengawasan daripada
masyarakat terhadap tingkah laku anggota-anggota.
Ciri-ciri Pranata Sosial Menurut Gillin and Gillin.
1.
Suatu lembaga kemasyarakatan adalah
suatu organisasi dan pola-pola prilaku yang terwujud melalui
aktifitas-aktifitas kemasyarakatan.
2.
Suatu tingkah kekekalan tertentu
merupakan ciri dari suatu lembaga kemasyarakatan.
3.
Lembaga kemasyarakatan mempunyai
suatu atau beberapa tujuan tertentu.
4.
Lembaga kemasyarakatan mempunyai
alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan lembaga yang
bersangkutan.
2.2.2 Pranata dan Lembaga
Dalam
bahasa sehari-hari istilah institution sering dikacaukan dengan istilah
institute. Dalam bahasa indonesia arti itu juga terjadi. Istilah Indonesia
untuk intitute adalah “lembaga” maka sesuai dengan itu dalam bahasa surat kabar
dan bahasa populer indonesia sering kita baca istilah “dilembagakan”. Padahal,
antara “pranata” dan “lembaga” harus diadakan pembedaan secara tajam. Pranata
adalah sistem norma atau aturan-aturan yang mengenai suatu aktivitas masyarakat
yang khusus, sedangkan lembaga atau institut adalah badan atau organisasi yang
melaksanakan aktivitas.
Kalau istilah
lembaga kita perhatikan lrbih mendalam dan dihubungkan dengan istilah kelompok
atau perkumpulan, maka lembaga memang merupakan suatu bentuk perkumpulan yang
khusus.
2.2.3 Macam-macam Pranata
Beberapakah
jumlah yang ada dalam suatu masyarakat? Hal itu tergantung pada sistem
sederhana atau sifat kompleksnya kebudayaan yang hidup dalam masyarakat
bersangkutan. Akin menjadi besar dan kompleks suatu masyarakat berkembang,makin
bertambah pula jumlah pranata yang timbul didalamnya. Para ahli sosiologi telah
melakukan berbagai macam penggolongan atas jmlah pranata itu. Penggolongan atas
fungsi dan pranata-pranat untuk memenuhi keperluan-keperluan hidup manusia
sebagai warga masyarakat, memberikan kepada kita sekedar pengertian men genai
jumlah dan berbagai macam pranata yang ada dalam suatu masyarakat yang besar
dan kompleks. Menurut para sarjana,
semua pranata dapat dikelaskan kedalam paling sedikit delapan golongan, yaitu :
1.
Pranata yang berfungsi untuk
memenuhi keprluan kehidupan kekerabatan, yaitu yang sering disebut kinship atau
domestic institutions. Contoh : perkawinan, tolong menolong antar kerabat, pengasuhan
anak-anak, sopan santun pergaulan antar kerabat, sistem istilah kekerabatan
dsb.
2.
Pranata-pranata yang berfungsi untuk
memenuhi keperluan manusia untuk mata pencaharian hidup,
memproduksi,menimbun,menyimpan,mendistribusi hasil produksi dan harta adalah
economi institusions. Contoh: pertanian,peternakan, pemburuan, feodalisme, industri, barter, koprasi
penjualan, penggudangan, perbankan dsb.
3.
Pranata-pranata yang berfungsi
memenuhi kebutuhan penerangan dan pendidikan manusia supaya menjadi anggota
masyarakat yang berguna adalah educational institutions. Contoh : pengasuh anak-anak,pendidikan
rakyat, pendidikan menengah, pendidikan tinggi, pemberantasan buta huruf, pendidikan keamanan,pers, perpustakaan umum, dsb.
4.
Pranata-pranata yang berfungsi
memenuhi keperluan ilmiah manusia, menyelami alam semesta sekelilinya, adalah scientific
institutions. Contoh : metododlogi ilmiah, penelitian, pendidikan ilmiah dsb.
5.
Pranata- pranata yang berfungsi
memenuhi keperluan manusia dalam menghayati rasa keindahannya dan untuk
rekreasi adalah aesthetic and recreational institutions. Contoh : seni rupa, seni suara,
seni gerak,seni drama, kesusasteraan, olahraga dsb.
6.
Pranata-pranata yang berfungsi
memenuhi keperluan manusia untuk berhubungan dengan dan berbakti kepada tuhan
atau dengan alam gaib adalah religious institutions. Contoh : doa ,kenduri, upacara, semadi, bertapa, penyiaran
agama, pantangan, ilmu goib, ilmu dukun dsb.
7.
Pranata-pranata yang berfungsi
memenuhi keperluan manusia untuk mengatur dan mengelola keseimbangan kekuasaan
dalam kehidupan masyarakat, adalah political institutions.contoh: pemerintahan,
demokrasi, kehakiman, kepartaian, kepolisian, ketentaraan dsb.
8.
Pranata-pranata yang berfungsi
memenuhi keperluan fisik dan kenyamanan hidup manusia adalah somatic
institusions. Contoh : pemeliharaan kecantikan, pemeliharaan kesehatan.
Kedokteran dsb.
Perbedaan
antara Lembaga dan Pranata
Lembaga, Institute Organisasi
|
Pranata,
Institution
|
Institut
Teknologi Bandung
|
Pendidikan
Teknologi
|
Institut
Agama Islam
|
Pendidikan
Agama
|
Lembaga
Ekonomi dan Kemasyarakatan Nasional
|
Penelitian
Masyarakat
|
Penerbit
Compas,Yayasan bentara Rakyat
|
Jurnalistik
|
Departemen
Hankam
|
Keamanan
Negara
|
Divisi
Siliwangi
|
Perang
|
PSSI
|
Olahraga
|
Penggolongan tersebut tidak lengkap karena tidak mencakup segala
macam pranata yang mungkin ada dalam masyarakat manusia. Kalau dipikirkan
srcara mendalam dan objektif, maka hal-hal seperti kejahatan banditisme,
pelacuran, dan sebagainya juga merupakan pranta-pranata sosial tetapi dalam
penggolongan diatas pranata-pranat tersebut tidak mendapat tempat. Kecuali itu
harus pula diperhatikan bahwa banyak dari pranata tersebut diatas mempunyai
sedemikian banyak aspek sehingga semuanya itu tidak hanya dapat digolongkan
kedalam satu golongan, tetapi juga kedalam lebih dari satu golongan. Feodalisme
sebagai suatu sistem hubungan antara pemilik tanah dan penggarap tanah yang
pada hakikatnya mengakibatkan suatu produksi dari hasil bumi, misalnya dapat
dianggap suatu pranata ekonomi, tetapi sebagai suatu sistem hubungan antara
pihak berkuasa dan pihak rakyat sebagai dasar suatu negara dapat dianggap suatu
pranata politik
Selain itu dalam suatu masyarakat banyak pula pranata yang khusus
tumbuh dari dalam adat istiadat suatu masyarakat bersangkutan, tanpa disadari
dan direncangan diambil dari masyarakat lain. Dalam masyarakat indonesia masa
kini, misalnya, banyak pranata berasal dari luar seperti: demokrasi
parlementer, sistem kepartaian, koperasi, perguruan tinggi, komunikasi satelit
dll. Sungguh pun dalam suatu masyarakat memang sering kita lihat adanya banyak
pranata asing serupa itu, tetapi berbagai pranata itu biasanya hanya dapat
hidup langsung apabila dapat diselaraskan dengan adat istiadat lama. Apabila
pranata itu dapat diselaraskan dengan pranata yang telah lama hidup dalam
masyarakat, atau apabila pranata asing itu sungguh-sungguh dapat disadari dan
dipahami keperluannya oleh warga masyarakat.
Jumlah pranata dalam suatu masyarakat selalu bertambah, terutama
dalam masyarakat yang sedang berkembang (berada dalam keadaan transisi dari
masyarakat agraria ke masyarakat industri). Dalam masyarakat indonesia yang
merupakan contoh dari masyarakat serupa itu, berkali-kali harus berkembang dan
dikembangkan pranata-pranata baru untuk memenuhi kehidupan masyarakat yang
semakin hari menjadi semakin kompleks. Pada tanggal 10 Juni 1976, misalnya,
dalam masyarakat indonesia dikembangkan yaitu pranata baru, ialah pranata
komunikasi satelit.
2.2.4 Karakterisrik Pranata Sosial
Karakteristik umum dari Pranata Sosial yang
dikemukakan oleh Gillin and Gillin, sebagai berikut; (Soemardjan dan Soemardi,
1964:67-70)
1.
Pranata Sosial terdiri dari seperangkat organisasi daripada
pemikiran-pemikiran dan pola-pola perikelakuan yang terwujud melalui
aktivitas-aktivitas kemasyarakatan. Karakteristik ini menegaskan kembali bahwa
pranata sosial terdiri dari sekumpulan norma-norma sosial dan peranan sosial
dalam kehidupan bermasyarakat. norma-norma sosial ini merupakan unsur
abstraknya dari pranata sosial, sedangkan sekumpulan dari peranan-peranan
sosial seolah-olah merupakan perwujudan konkret dari pranata sosial, karena
menampakkan diri sebagai bentuk assosiasi atau lembaga.
2. Pranata sosial itu relative mempunyai tingkat
kekebalan tertentu. Artinya, pranata sosial itu pada umumnya mempunyai daya
tahan tertentu yang tidak lekas lenyap dalam kehidupan bermasyarakat.
panjangnya umur pranata sosial itu pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa
factor, diantaranya karena pranta sosial itu terdiri dari norma-norma sosial,
dimana norma-norma sosial ini terbentuk melalui proses yang tidak mudah dan
relative lama. Sementara itu norma-norma sosial itu pada umumnya berorientasi
pada kebutuhan pokok dari kehidupan masyarakat, sehingga sewajarnyalah apabila
pranata sosial kemudian dipelihara sebaik-baiknya oleh setiap warga masyarakat,
karena pranata sosial itu memiliki nilai-nilai yang tinggi. Kekebalan pranata
sosial juga dipengaruhi oleh usaha dari para warga masyarakat untuk semangkin
mengukuhkan atau melestarikan bahwa ada kecenderungan manusia untuk memperoleh
serta meningkatkan kedudukan seseorang akan meningkat pula peranan yang
dimainkan dalam kehidupannya.
3. Pranata sosial itu mempunyai tujuan yang ingin dicapai
dan diwujudkan. Tujuan dasarnya adalah merupakan pedoman serta arah yang ingin
dicapai. Oleh Karena itu, tujuan akan motivasi ataupun mendorong manusia untuk
mengusahakan serta bertindak agar tujuan itu dapat terwujud. Dengan tujuan
inilah maka merangsang pranata sosial untuk dapat melaksanakan fungsinya, akan
tetapi hal ini bukanlah dimaksudkan bahwa adanya tujuan akan menjamin
berfungsinya pranata sosial. Oleh karena itu apabila pranata sosial telah
mempunyai tujuan tertentu yang akan dicapai, tetapi pranata sosial itu sendiri
tidak dapat menjalankan fungsinya, maka tujuan tersebut akan mandul atau
steril. Tidaklah mungkin dapat terjadi ada pranata sosial berfungsi, tetapi
tidak mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Dengan demikian maka dapatlah
dikatakan bahwa tujuan paranata sosial itu dapat tercapai apabila fungsinya
dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Di dalam pranata sosial, yang dimaksud dengan tujuan adalah sesuatu yang
harus dicapai oleh golongan masyarakat tertentu dan golongan masyarakat yang
bersangkutan akan berpegang teguh padanya. Sebaliknya, yang dimaksud dengan
fungsi pranata sosial adalah merupakan peranan pranata dalam sistem sosial dan
kebudayaan masyarakat. Adakalanya fungsi pranata sosial itu tidak diketahui
ataupun tidak disadari oleh sekelompok masyarakat yang menjadi anggotanya, dan
sering kali terjadi fungsi itu baru disadari setelah diwujudkan dan ternyata
berbeda dengan tujuannya.
4. Pranata sosial merupakan alat-alat perlengkapan yang
dipergunakan untuk mencapai tujuannya. Alat-alat perlengkapan pranata sosial
dimaksudkan agar pranata yang bersangkutan dapat melaksanakan fungsinya guna
mencapai tujuan yang diinginkan. Peralatan yang diperlukan atau yang dimiliki
setiap pranata sosial tergantung dari jenis pranata yang bersangkutan.
Peralatan pranata sosial dapat pula bersifat hardware maupun software, seperti
adanya sarana maupun prasarana yang harus tersedia untuik mewujudkan tujuan
yang ingin dicapai.
5. Pranata sosial pada umumnya dilakukan dalam bentuk
lambang-lambang. Lambang disamping merupakan spesifikasi dari suatu pranata
sosial, juga tidak jarang dimaksudkan untuk pencerminan secara simbolis yang
menggambarkan tujuan dan fungsi pranata sosial yang bersangkutan. Lambang dari
suatu pranata sosial dapat berupa gambar sesuatu, tulisan maupun slogan-slogan.
Lambang pranata sosial secara umum dapat dikategorikan dalam dua hal. Pertama, lambang
atau symbol yang bersifat presentasional, yaitu lambang yang dapat menghadirkan
pranata yang bersangkutan, misalnya burung garuda dan bendera merah putih akan
menghadirkan Negara Republik Indonesia. Lambang yang bersifat presentasional
ini biasanya mengandung nilai-nilai dari tujuannya juga bersifat sacral. Kedua,
adalah lambing yang bersifat discursive, yaitu lambang yang tidak ada kaitan
atau tidak ada sambungannya dengan tujuan, fungsi maupun nilai-nilai yang
terkandung di dalam pranata sosial yang bersangkutan, sehingga lambing yang
dipergunakan itu biasanya sekedar untuk menunjukkan spesifikasi dari pranata
sosial yang bersangkutan.
6. Pranata sosial mempunyai dokumen baik yang tertulis
maupun tidak. Dokumen ini dimaksudkan menjadi suatu landasan atau pangkal tolak
untuk mencapai tujuan serta melaksanakan fungsinya. Oleh karena itu, dokumen
yang tertulis dapat merupakan landasan pranata yang autentik dipergunakan
sebagai pedoman, dan dokumen ini sebenarnya adalah merupakan konkretisasi dari
karakteristik yang pertama.
2.2.5 Tipe-tipe Pranata Sosial
Tipe-tipe
pranata sosial dapat diklasifikasikan dari berbagai sudut pandang. Menurut
Gillin dan Gillin pranata sosial dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1.
Crescive
institusions dan enacted institutions merupakan klasifikasi dari sudut
perkembangan. Crescive institusions disebut juga lembaga-lembaga paling primer,
lembaga yang tak sengaja tumbuh dari adapt istiadat masyarakat. Contoh hak
milik, agama, dan seterusnya. Sedangkan enacted institusions dengan sengaja
dibentuk untuk memenuhi tujuan tertentu. Misalnya lembaga utang piutang,
lembaga perdagangan, dan lain- lain.
2.
Dari sudut nilai
yang diterima dari masyarakat, timbul klasifikasi lembaga sosial berdasarkan basic institusions dan subsidiary. Basic institusionsdianggap
sebagai lembaga sosial yang sangat penting untuk memelihara dan mempertahankan
tata tertib,misalnya keluarga, sekolah-sekolah Negara, dan sebagainya.
Subsidiary institusions dianggap yang kurang penting, seperti misalnya kegiatan
rekreasi.
3.
Dari sudut
penerimaan masyarakat dapat dibedakanapproved atau sosial sanctioned instiitutions dengan unsanctioned institusions.
Apporoved atau sosial sancationed institusional adalah lembaga-lembaga yang diterima masyarakat
seperti sekolah, perusahaan dagang dan lain-lain.unsanctioned institutions yang
ditolak keberadaannya oleh masyarakatitu sendiri tidak berhasil memberantasnya.
Misalnya kelompok penjahat, perampok dan lain-lain.
4.
Perbedaan antara general institusions dengan restricted institutions timbul apabila klasifikasi terebut
berdasarkan pada fektor-penyebabnya.misalnya agama adalah suatu general
institutions karena hamper dikenal oleh seluruh masyarakat di dunia.sedangkan
agama islam, kristen,
budha, hindu dan
lain-lain. Merupakan restected institutions yang dianut oleh
masyrakat-masyarakat dunia.
5.
Dilihat dari fungsi
lembaga sosial dibedakan oleh operative institutions atau regulative
institutions. Operative institutions berfungsi sebagai lembaga yang menghimpun pola-pola atau
tata cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan,
seperti lembaga industri. Sedangkan regulative
institutionsbertujuan untuk mengawasi adapt istiadat atau tata kelakuan
yang tidak menjadi bagian mutlak lembaga itu sendiri.
2.2.6 Perubahan
Pranata Sosial
Kebudayan
pranata sosial dalam kehidupan masyarakat,bukanlah merupakan sesuatu yang
bersifat statis. Karena fungsinya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia
yang beraneka ragam selalu berubah-ubahmaka pranata sosial pun dapat mengalami
perubahan nya sulit dilakukan. Hal ini sangat tergantung pada beberapa hal
seperti:
1)
Proses internalisasi
pranata sosial yang dialami sejak lahir sampai meninggal, merupakan
proses yang relative lama.
2)
Karena adanya
control sosial, yang ada dasarnya merupakan suatu mekanisme dalam kehidupan
masyarakat yang dijalankan untuk menjamin agar individu mematuhi norma-norma
yang berlaku.
Karena itu
walaupun pranata sosial dapat berubah tetapi dalam kenyataan Perubahan sosial
dalam masyarakat berdampak pada adanya perkembangan pada pranata sosial baru
dalam sistemem aspek kehidupan masyarakat.. Pranata-pranata sosial tersebut
membawa kemajuan dan kemudahan bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya, tetapi disisi lain melahirkan perubahan dalam pola hidup masyarakat
yang tidak sedikit membawa akses negative didalamnya.
Beberapa
perubahan pranata sosial yang dapat kita amati sebagai berikut:
1)
Dalam bidang
ekonomi, munculnya supermarket, berdirinya bank-bank dengan berbagai fasilitas
pelayanannya. Kondidi semacam ini membentuk pola hidup masyarakat tradisional
berubah menjadi masyarakat modern.
2)
Dalam bidang sosial,
timbulnya organisasi-organisasi yang banyak menampung kegiatan remaja sesuai
dengan minta dan bakatnya, seperti organisasi pencinta alam, basket, dan
modeling.
3)
Dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi, munculnya berbagai pranata baru yang menggantikan
pranata tradisional, seperti teknologi transportasi dan informasi (komputer dan
internet).
4)
Dalam bidang seni
budaya, tumbuh pesatnya tempat-tempat hiburan dan kelompok-kelompok seni
budaya, yang menggelar seni modern seperti bertambahnya setasiun TV swasta,
sanggar seni modern, diskorik. Penomena ini melahirkan pola budaya baru yang
secara tidak dasar telah mengubah pola kebudayaan lama.
5)
Dalam bidang
politik, demokratisasi mulai muncul mengeser budaya parochial yang sudah lama
dikenal oleh masyarakat Indonesia.
6)
Dalam pranata
keluarga mulai dilihat adanya pergeseran peran seorang ibu yang setelah adalah
perubahan sosial, seorang ibu tidak hanya sebagai ibu rumah tangga saja tetapi
juga bisa memiliki karier.
2.2.7 Cara dan
Manfaat Mempelajari Pranata Sosial
Keberadaan
proses sosial sangat penting dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia dan
menciptakan kehidupan yang teratur dari hubungan-hubungan antarmanusia dalam
masyarakat.. untuk itu sebagai anggota masyarakat yang baik sangat penting
untuk memepelajari dan menelitinya. Dalam meneniliti pranata sosial, banyak
ahli sosiologi memberikan beberapa pendekatan yang bias digunakan terhadap
masalah tersebut sebagai berikut :
1)
Analisis secara
histories, bertujuan untuk meneliti sejarah timbul dan berkembangnya suatu
lembaga kamasyarakat atau pranata sosial tertentu. Misalnya, diselidiki asal
mula serta berkembang lembaga demokrasi,dll.
2)
Analisis komparatif,
bertujuan menelaah suatu lembaga kemasyarakatan tertentu dalam berbagai
masyarakat berlainan atau lapisan sosial masyarakat.misalnya, bentuk-bentuk
milik,dll.
3)
Analisis
fungsional,yaitu dengan jalan menganalisis hubungan antar lembaga-lembaga di
dalam masyarakat tertentu.
Ada beberapa
manfaat yang dapat diperoleh dalam mempelajari pranata sosial, diantaranya:
1) Dapat mengerti dan memehami pranata sosial yang ada.
2)
Memperoleh
pengetahuan tentang keserasian antar norma dan berbagai bidang sehari-hari.
3)
Dapat mengetahui
hubungan antar pranata sosial.
4)
Dapat mengetahui
tatanan pranata sosial secara keseluruhan
2.2.8 Pranata, Kedudukan, dan Peranan Sosial
Sebelumnya telah dibahas
bahwa pranata-pranata dalam suatu masyarakat terdiri dari suatu kompleks tindakan dari berinteraksi
yang menyebabkan terwujudnya pola-pola sosial dalam masyarakat. Adapun manusia
yang melakukan tindakan interaksi itu biasanya menganggap dirinya berada dalam
suatu kedudukan sosial tertentu yang juga dikonsepsikan untuknya oleh norma-
norma yang menata seluruh tindakan tadi . Dengan demikian, konsep kedudukan
(status) menjadi unsur penting dalam setiap usaha kita untuk menganalisis
masyarakat . Pada kedudukan itulah para wargamasyarakat bertindak menurut norma-norma khusu dari pranata bersangkutan,
bahkan menurut norma-norma khusu dari kedudukan khusu dalam pranata itu.
Tingkah laku laku individu yang mementaskan suatu kedudukan tertentu disebut
dengan suatu istilah ilmiah yaitu “peranan sosial “ (social role atau role saja
).
Istilah “ peranan “ memang dipinjam
dari seni sandiwara . Berbeda dengan sandiwara, sipemain tidak hanya memainkan
satu peran saja, tetapi beberapa peranan sekaligus atau secara berganti-ganti.
Dalam ilmu antropologi dan ilmu-ilmu sosial lain, “peranan”diberi arti yang
lebih khusus, yaitu peranan khas yang dipentaskan atau ditindakan oleh individu
dalam kedudukan dimana ia berhadapan
dengan individu-individu dalam kedudukan-kedudukan lain. Itulah sebabnya konsep
peran menurut pengertian ilmiah mengandung kenyataan baahwa si individu dari waktu ke waktu dapat berpindah dari satu peranan ke peranan yang lain.
Bahkan jarak antara satu waktu dengan
waktu yang lain dapat sedemikian dekatnya sehingga seolah-olah tampak sebagai
satu waktu. Hal yang tersebut terakhir ini berarti bahwa seorang individu dapat
memantaskan sekaligus dua atau lebih peranan sosial pada satu saat tertentu.
Marilah
kita tinjau suatu contoh mengenai hal itu,yang kita ambil dari peanata
kekerabatan. Pada pranata kekerabatan itu ada kedudukan-kedudukan seperti ayah,
suami, anak laki-laki,kakak laki-laki,adik perempuan,paman senior,paman junior,
bahkan mungkin juga ayah angkat, ayah tiri,ayah mertua,ipar laki-laki dan
banyak yang lain. Kita dapat membayangkan bahwa satu orang individu bisa
menduduki semua status itu,dan dalam kehidupan sehari-hari mementaskan semua
peranan itu dengan beralih tiap saat dari satu kedudukan kedalam kedudukan yang
lain. Bahkan pada suatu saat ia mungkin berada dalam suatu keadaan dimana ia
bertindak dalam tiga – empat kedudukan sekaligus, dan harus memainkan tiga
sampai empat peranan yang berhubungan dengan itu sekaligus,dalam suatu waktu
tertentu. Individu tadi pada saat bertindak dengan berperan sosial ayah
terhadap anaknya, pada saat lain sebagai suami terhadap istrinya,pada keesokan
hariya ia mengunjungi ayahnya dan berperanan sebagai anak laki-laki dalam
kedudukannya itu,dan demikian selanjutnya. Namun pada suatu hari mungkin sekali
ia duduk dirumah bersama istrinya,anak laki-lakinya, istri anak
laki-lakinya,cucunya dan kebetulan seorang kenalan bekas teman sekolahnya
datang berkunjung. Pada saat seperti itu ia harus memainkan 5 peranan
sosial,yaitu sebagai suami,ayah,ayah mertua,kakek,dan juga sebagai seorang
bekas teman sekolah.
Untuk
tiap individu dalam masyarakat ada dua macam kedudukan, yaitu kedudukan yang
dapat diperoleh dengan sendirinya, dan kedudukan yang harus dapat diperoleh
dengan usaha. Golongan yang pertama disebut kedudukan tergariskan (ascribed
status ),dan yang kedua disebut kedudukan diusahakan (acbieved status).
Terutama
berdasarkan atas jenis kelamin dan tingkat umurnya, tiap individu dalam tiap
masyarakat harus menduduki berbagai kedudukan tergariskan. Wanita dalam semua
masyarakat mempunyai berbagai kewajiban tertentu yang seolah-olah sudah di
gariskan untuk mereka oleh adat masyarakat masing-masing dan dengan sendirinya
mereka harus belajar dan menyiapkan diri untuk menempati kedudukan-kedudukan
mereka dan menjalankan peranan mereka dengan baik. Hampir semua wanita
indonesia dengan pengecualian tergariskan sebagai ibu rumah tangga. Di
masyarakat lain wanita tergariskab kedudukan-kedudukan yang mungkin lain
sekali. Dalam masyarakat suku bangsa india iroquois di daerah sungai.
St.Lawrence di Amerika misalnya, dahulu wanita di gariskan sebagai pengaruh
kehidupan politik, dan sejak kecil anak gadis didikan untuk kemudian, bila
telah dewasa, dapat menjalankan peranan mereka dengan menjalankan peranan
mereka dengan sama. Hal itu berbeda dengan di indonesia. Dimana wanita dalam
politik. Memang ada, tetapi tidak lazim dalam masyarakat Eropa-Amerika di
kota-kota besar di duna, batas antara kedudukan tergariskan bagi wanita dan
bagi pria mulai kabur, karena disana terutama kaum wanitalah yang mulai
menempati kedudukan-kedudukan yang mula-mula hanya khusus digariskan untuk kaum
pria. Kecuali berdasarkan atas perbedaan jenis kelamin dan umur, di banyak
masyarakat di dunia kedudukan dan individu ditentukan oleh lapisan masyarakat
atau kelas sosial tempat mereka dilahirkan di banyak tempat di India terutama
di daerah pedesaan, dimana sistem kasta masih kuat, kedudukan individu
digariskan oleh kasta tempat ia dilahirkan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Struktur Sosial adalah tatanan atau susunan sosial yang membentuk
kelompok-kelompok sosial dalam suatu masyarakat.
Bentuk-bentuk
struktur sosial :Dilihat dari
Sifatnya= Struktur Sosial Kaku, Struktur Sosial Luwes, Struktur
sosial Formal, Struktur Sosial Informal. Dilihat dari Identitas Keanggotaan Masyarakatnya= Struktur Sosial Homogen, Struktur Sosial yang
Heterogen, Dilihat dari Ketidaksamaan
Sosial=Pengelompokan manusia secara horizontal dan vertikal.
Pranata sosial adalah tata cara atau prosedur yang telah
diciptakan untuk mengatur hubungan antar manusia yang berkelompok dalam suatu
kelompok kemasyarakatan yang dimanakan assosiation.
Macam-macam
pranata sosial : Pranata yang berfungsi untuk memenuhi keprluan kehidupan
kekerabatan, Pranata-pranata yang berfungsi untuk memenuhi keperluan manusia
untuk mata pencaharian hidup, Pranata-pranata yang berfungsi memenuhi kebutuhan
penerangan dan pendidikan manusia supaya menjadi anggota masyarakat yang
berguna, Pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan ilmiah manusia, Pranata-
pranata yang berfungsi memenuhi keperluan manusia dalam menghayati rasa
keindahannya, Pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan manusia untuk
berhubungan dengan dan berbakti kepada tuhan atau dengan alam gaib adalah
religious institutions,pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan
manusia untuk mengatur dan mengelola keseimbangan kekuasaan dalam kehidupan
masyarakat, Pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan fisik dan
kenyamanan hidup manusia adalah somatic institusions.
3.2 Saran
Pembahasan
mengenai struktur sosial dan pranata sosial di atas sangat lah terbatas dan singkat
maka dari itu, kami selaku penulis memberi saran kepada para pembaca supaya
mencari referensi lain guna pembahasan yang lebih luas dan mendalam.
DAFTAR PUSTAKA
Koentjadiningrat,2009.Ilmu Antropologi, PT
Rineka Cipta: Jakarta
Purwitaadjamja, 1997. Sosiologi
Antropologi, PT Widya Duta: Jakarta
Suharto,1991.Tanya Jawab Sosiologi, PT
Melton Putra: Jakarta
Syani,Abdul, 2002. Sosiologi, PT Bumi
Aksara: Jakarta
Wijayanti,Diamitka dan Widya Bakti Hesti
Kawedhar, 2012. Detik-detik Ujian Nasional, PT Intan Pariwara: Klaten.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar