MAKALAH
“ INTERAKSI SOSIAL DAN PELAPISAN SOSIAL”
Diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas
Mata kuliah pengantar sosiologi dan antropologi
Dosen : ibu sri damayanti, M.si
Disusun oleh :
Kelompok 1
Kelas AN-F/1
1138010209 Rani Marliana
1138010216 Rio Fransisco
1138010234 Santi Nurparidah
1138010237 Shara Amalia Putri
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA
BANDUNG
20113
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah, Tuhan sekian alam.
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan tertinggi Nabi Muhammad
SAW beserta seluruh keluarga, sahabat, serta pengikut-pengikutnya sampai akhir
zaman. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala
Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Berkat rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
akhirnya penulis dapat menyelesaikan. makalah dengan judul
”INTERAKSI SOSIAL DAN PELAPISAN SOSIAL” untuk memenuhi sebagian
tugas dalam mata kuliah pengantar Sosiologi dan Antropologi.
Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan baik dalam hal penyusunan, penggunaan bahasa, maupun kelengkapan
materi. Oleh karena itu penulis mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun. Tersusunnya makalah ini tidak luput dari berbagai kendala, teman-teman kelompok yang
telah bekerja melaksanakan tugas bersama-sama dengan penuh kekompakan dan
keikhlasan serta memberikan dukungan moral, bantuan, dan dorongan kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan baik. Ucapan
terimakasih juga penulis sampaikan kepada Sri Damayanti, M.Si selaku dosen mata
kuliah pengantar sosiologi dan antropologi yang telah memberikan kemudahan sehingga alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas
dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih
baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini
bermanfaat bagi semua pembaca.
Bandung, September 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR....................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang ...........................................................................4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................... 5
1.3 Tujuan......................................................................................... 5
1.4 Identifikasi Masalah....................................................................5
1.5
Sistematika Penulisan..................................................................5
1.6
kegunaan
makalah........................................................................6
BAB II INTERAKSI SOSIAL
2.1 Pengertian Interaksi Sosial.......................................................... ..7
2.2 Interaksi sebagai dasar proses sosial............................................11
2.3 Syarat terjadinya interaksi
sosial..................................................13
2.4 Bentuk-bentuk interaksi
sosial......................................................16
2.5
Unsur-unsur lapisan masyarakat ...................................................27
2.6 kelas-kelas dalam
masyarakat......................................................28
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan................................................................................. ..32
3.2 Saran...............................................................................................32
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Seiring
dengan perkembangan zaman,banyaknya kemajuan teknologi,yang di buat seperti
HP,Komputer,games, dll yang pada umumnya di gemari dan di butuhkan.
Dengan
kemajuan teknologi yang sangat pesat ini kita dapat berinteraksi dengan orang
lain melalui teknologi seperti Handphone, teknologi ini dapat menyambungkan
kita dengan orang lain yang berada jauh dengan kita dan masih dan masih banyak
lagi cara-cara berinteraksi yang lain menggunakan teknologi.
Dengan
cara berinteraksi menggunakan teknologi tentu ada sisi positiv dan negativ.
Namun sangat disayangkan, kemajuan teknologi yang sangat pesat pada saat ini
banyak orang yang menggunakan teknologi itu kearah yang negativ, terutama
dikalangan anak muda. Tanpa disadari bahwa interaksi itu sangat penting dalam
kehidupan manusia.
Di
dalam kehidupan sehari – hari tentunya manusia tidak dapat lepas dari hubungan
antara satu dengan yang lainnya,ia akan selalu perlu untuk mencari individu
ataupun kelompok lain untuk dapat berinteraksi ataupun bertukar fikiran.
Mungkin kita sudah tidak asing dengan
kata Interaksi. Tapi banyak juga orang yang tidak tahu apa arti Interaksi itu
sendiri.
Pada
kesempatan ini kami selaku mahasiswa
akan membuat makalah yang membahas tentang apa itu Interaksi. Makalah ini
dibuat bukan hanya sekedar tugas, tetapi makalah ini di buat agar kita semua
mengerti tentang interaksi sosial yang selalu kita temukan di kehidupan
sehari-hari. Semoga dengan diadakannya tugas makalah ini dapat memberikan manfaat
untuk kami selaku penulis dan penyusun maupun pembaca.
I.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat disusun rumusan masalah sebagai
berikut:
1.
Apakah pengetian dari interaksi
sosial dan lapisan sosial?
2.
Mengapa interaksi dijadikan sebagai
dasar proses sosial?
3.
Apa syarat-syarat terjadinya
interaksi sosial?
4.
Apa saja bentuk-bentuk interaksi
sosial?
5.
Bagaimana sifat sistem lapisan
masyarakat?
6.
Apa saja unsur-unsur lapisan
masyarakat?
7.
Apa pengertian dan penjelasan
tentang kelas-kelas sosial dalam masyarakat?
1.3
Tujuan
Penulisan makalah ini adalah
kewajiban kami sebagai mahasiswa dalam melaksanakan tugas yang telah diberikan
oleh Dosen yang bersangkutan. Selain itu adapun tujuannya untuk :
1.
Untuk mengetahui dan memahami lebih banyak
wawasan tentang Interaksi Sosial dan pelapisan sosial dalam masyarakat, agar
dapat di terapkan di kehidupan sehari-hari.
2.
Untuk mengetahui apa itu Interaksi Sosial,
Bentuk-bentuk Sosial dan Syarat untuk terjadinya Interaksi Sosial.
3.
Untuk memenuhi tugas yang di berikan.
1.4
Identifikasi
Masalah
1.
Banyak orang yang tidak tahu pengertian
Interaksi Sosial.
2.
Banyak yang tidak tahu aturan/norma dalam
berinteraksi.
3.
Banyaknya yang menyalahgunakan interaksi
dalam bentuk komunikasi.
1.5
Sistematika Penulisan
Dalam laporan ini penulis membuat
makalah ini menjadi beberapa bagian agar sesuai dengan standar makalah yang
telah di tentukan.
BAB
I PENDAHULUAN
Yang
berisikan tentang , latar belakang masalah,tujuan, identifikasi masalah dan
sistem penulisan makalah.
BAB
II INTERAKSI SOSIAL
Berisikan tentang pengertian
interaksi sosial, syarat terjadinya interaksi sosial, bentuk-bentuk interaksi
sosial, lapisan masyarakat dan lain-lain.
BAB
III PENUTUP
Pada bab ini berisikan kesimpulan dan
saran penulis dari makalah yang telah penulis susun.
1.6 kegunaan
makalah
1) Bagi penulis
Memperoleh pengetahuan mengenai interaksi sosial dan lapisan sosial , dasar lapisan masyarakat, unsur – unsur lapisan masyarakat, kelas-kelas dalam masyarakat.
1) Bagi penulis
Memperoleh pengetahuan mengenai interaksi sosial dan lapisan sosial , dasar lapisan masyarakat, unsur – unsur lapisan masyarakat, kelas-kelas dalam masyarakat.
2)
Bagi pembaca
Menambah pengetahuan mengenai interaksi sosial dan lapisan sosial , dasar lapisan masyarakat, unsur – unsur lapisan masyarakat, kelas-kelas dalam masyarakat.
Menambah pengetahuan mengenai interaksi sosial dan lapisan sosial , dasar lapisan masyarakat, unsur – unsur lapisan masyarakat, kelas-kelas dalam masyarakat.
3) Bagi mahasiswa
Untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pengantar Sosiologi dan Antropologi.
Untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pengantar Sosiologi dan Antropologi.
BAB II
INTERAKSI SOSIAL DAN PELAPISAN SOSIAL
2.1 Pengertian Interaksi Sosial
Interaksi
sosial adalah hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang
perseorangan, antar beberapa kelompok manusia, maupun antar perseorangan dengan
kelompok. Ineteraksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas sosial.
Sebagai mahluk sosial, tindakan
manusia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh lingkungan sosial. Adanya pengaruh
timbal balik itu dapat berlangsung dalam lingkungan keluarga atau yang lebih
luas lagi didalam lingkungan masyarakat. Itulah sebabnya tindakan yang
dilakukan oleh manusia disebut tindakan sosial.
Menurut max weber, tindakan sosial
adalah tindakan yang mempunyai makna, tindakan yang dilakukan seseorang dengan
memperhitungkan keberadaan orang lain atau tindakan individu yang dapat
memengaruhi individu-individu lain dalam masyarakat. Jadi tindakan sosial
adalah tindakan atau prilaku manusia yang mempunyai maksud subjektif bagi
dirinya, untuk mencapai tujuan tertentu dan juga merupakan perwujudan pola
pikir individu yang bersangkutan.
Pada dasarnya tindakan sosial dapat
dibedakan menjadi 4 tipe, yaitu tindakan sosial instrumental, sosial
berorientasi nilai, tindakan sosial tradisional, dan tindakan afektif.
1.
Tindakan sosial instrumental
Tindakan sosial instrumental dilakukan dengan memperhitungkan
kesesuaian antara cara yang digunakan dan tujuan yang akan dicapai. Tindakan
ini bersifat rasional ( masuk akal ) artinya, tindakan ini didasari oleh tujuan
yang telah matang dipertambangkan.
2.
Tindakan sosial berorientasi nilai
Tindakan sosial berorientasi nilai dilakukan dengan memperhitungkan
manfaatnya, tetapi tujuan yang ingin dicapai tidak terlalu dipertimbangkan.
Tindakan seperti ini menyangkut kriteria baik dan benar menurut penilaian
masyarakat. Tercapai atau tidaknya tujuan bukan persoalan dalam tindakan sosial
tipe ini. Yang penting adalah keseuaian dengan nilai-nilai dar yang berlaku
dalam kehiduapan masyarakat.
3.
Tindakan sosial tradisional
Tindakan
ini merupakan tindakan yang tidak rasional. Seseorang melakukan tindakan hanya
karena kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat tanpa menyadari alasannya
atau membuat perencanaan terlebih dahulu
mengenai tujuan dan cara yang akan digunakan, misalnya berbagai upacara adat
yang terdapat di masyarakat.
4.
Tindakan afektif
Tindakan
sosial afektif tergolong tindakan yang irasional, karena sebagian besar
tindakan dikuasai oleh perasaan (afeksi) ataupun emosi, tanpa perhitungan, atau
pertimbangan yang matang. Perasaan entah marah, cinta, gembira, atau sedih
muncul begitu saja sebagai ungkapan langsung terhadap keadaan tertentu. Itulah
sebabnya tindakan sosial ini lebih berupa reaksi spontan.
Faktor-faktor yang mendasari proses
interaksi yaitu :
1.
Imitasi
Imitasi artinya meniru atau tiruan. imitasi ialah
tindakan atau usaha untuk meniru tindakan orang lain sebagai tokoh idealnya.
Usaha meniru atau tidakan tiruannya tidak selalu persis sama, apabila tkoh itu
berasal dari kelompok tertent, maka tokoh ideal yang menjadi panutan disebut “
reference group “ , kelompok acuan atau kelompok referensi. Kelompok Reference
merupakan kelompok yang menjadi ukuran bagi seseorang yang bukan anggota kelompok
untuk membentuk pribadi dan kelakuannya. Reference group memiliki dua tipe,
yaitu :
1.
Tipe normatif, yaitu kelompok yang
menentukan dasar-dasar bagi kepribadian seseorang.
2.
Tipe pembanding, yaitu kelompok yang
menjadi pemegang bagi individu didalam menilai kepribadiannya.
Imitasi
memiliki segi negatif bagi pelakunya, yaitu daya kreasinya dapat tidak
berkembang karena hanya ingin meniru oranglain. Segi positifnya ialah apabila
orang yang ditiru adalah sikap dan prilaku yang sesuai dengan norma.
2.
Sugesti
Sugesti artinya pengaruh karena emosional/perasaan/kata hati
tersentuh oleh pandangan, sikap, dan anjuran dari pihak lain. Pengaruh ini
sifatnya kualitatif, bukan kuantitatif yang selalu di ukur dengan korelasi
regresif atau sejenisnya. Sugesti merupakan proses psikologis karena tindakan
pihak lain yang berpengaruh pada dirinya. Proses sugesti bisa terjadi bila yang
memberi pandangan adalah orang yang berwibawa, yang memiliki sifat otoriter,
atau merupakan sikap sebagian besar anggoa kelompok yang bersangkutan atau
masyarakat seluruhnya.
3.
Identifikasi
Identifikasi yaitu kecenderungan atau keinginan dalam diri
seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi mengakibatkan
terjadinya pengaruh yang lebih dalam dari sugesti dan imitasi . proses identifikasi
dapat dimulai dari sugesti ,kemudian simpati,imitasi,dan identifikasi.contoh:
seorang anak biasanya akan mengidentifikasikan gaya dan perilaku orang tuanya.
4.
Simpati
simpati merupakan suatu proses seseorang yang merasa tertarik
pada pihak lain . pada proses ini perasaan seseorang sangat didorong untuk
memahami pihak lain. Perbedaan utama dengan identifikasi ialah dorongan oleh
suatu keinginan untuk belajar dari pihak lainyang kedudukannya lebih tinggi dan
harus dihormati karena mempunyai kelebihan atau kemampuan tertentu yang patut
dijadikan contoh,dorongan utama pada simpati ialah keinginana untuk memahani
pihak lain untuk bekerja sama.contoh perasaan simpati adalah ungkapan selamat
atas keberhasilan seseorang,atau ungkapan turut berduka cita atas musibah yang
dialami seseorang.
5.
Empati
Empati adalah kemampuan mengambil ata memainkan peranan secara
efektif dari seseorang atau orang lain dalam kondisi yang sebenar
benarnya,seolah olah ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain
tersebut,seperti rasa senang,sakit,susah, dan bahagia .contoh, kita turut
merasakan empati terhadap masyarakat Yogyakarta yang menjadi korban Yogyakarta
.
6.
Motivasi
Motivasi adalah dorongan, rangsangan ,pengaruh atau stimulus yang
di berikan seorang individu keapada individu yang lain sedemikian rupa,sehingga
orang yang diberi motivasi tersebut menuruti atau melaksanakn apa yang di
motivasikan secara kritis, rasional, dan penuh tanggung jawab. Motivasi
memiliki sifat yang sama dengan sugesti karna memberikan dorongan kepada
individu lain untuk melakukan tindakan. Individu yang memberikan motivasi
biasanya memiliki status dan kelebihan dari individu yang diberikan
motivasi.contoh seorang guru memberikan motivasi kepada murid-muridnya untuk
belajar lebih giat agar mencapai prestasi .
Ciri – ciri interaksi sosial
Interaksi sosial yang dilakukan manusia sebagai anggota
masyarakat pada hakikatnya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Jumlah pelaku lebih dari satu orang
,artinya dalam sebuah interaksi sosial, setidaknya ada dua orang yang sedang
bertemu dan mengadakan hubungan .
2.
Ada komunikasi antar pelaku dengan
menggunakan simbol-simbol artinya dalam sebuah interaksi sosial didalamnya
terdapat proses tukar-menukar informasi atau biasa disebut dengan proses
komunikasi dengan menggunakan isyarat atau tanda yang dimaknai dengan
simbol-simbol yang hendak diungkapkan dalam komunikai itu.
3.
Ada dimensi waktu (masa lampau,masa
kini,masa mendatang) yang menetukan sifat aksi yang sedang berlangsung, artinya
dalam proses interaksi dibatasi oleh dimensi waktu sehingga dapat menetukan
sifat aksi yang sedang dilakukan oleh orang-orang yang terlibat dalam
interaksi.
4.
Ada tujuan-tujuan tertentu,terlepas
dari sama atau tidaknya tujuan tersebut dengan yang diperkirakan oleh pengamat
, artinya dalam sebuah interaksi sosial,orang-orang yang terlibat didalamnya
memiliki tujuan yang diinginkan oleh mereka. Apakah untuk menggali
informasi,atau sekedar berramah-tamah atau yang lainnya.
2.2 Interaksi sebagai dasar proses sosial
Hal-hal
yang mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap, tingkah laku sehingga menjadi pola
tingkah laku yaitu tatanilai, norma, lembaga/ institusi, status-posisi dan
peranan, serta kelas-kelas sosial merupakan unsur-unsur pembentuk kerangka
kehidupan bersama atau sebagai struktur sosial. Sedangkan berjalannya struktur
ini, yang diwujudkan dalam tingkah laku saling berhubungan atau interaksi
disebut proses sosial.
Proses
sosial berpangkal atau berdasar pada interaksi sosial yang terjadi, baik antara
orang dengan orang maupun kelompok dengan kelompok di dalam masyarakat.
Pengertian yang tegas dari interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua
orang atau lebih, dimana kelakukan orang yang satu mempengaruhi, mengubah atau
memperbaiki kelakukan yang lain secara timbal balik.
Persyaratan
terjadinya suatu interaksi sosial adalah karena kontak sosial, komunikasi dan
struktur sosial. Dengan kontak sosial dimaksudkan adanya tanggapan timbal balik
dan adanya penyesuaian perilaku dalam masing-masing diri yang melakukan kontak
itu. Sedangakn yang dimaksud dengan komunikasi adalah adanya saling tukar pesan
beserta tafsirnya, baik secra tertulis atau secara lisan. Baik kontak sosial
maupun komunikasi ini harus berjalan dalam suatu kerangka atau suatu struktur
sosial tertentu, dimana struktur sosial ini berkaitan dengan norma sosial.
Di dalam
wujudnya atau dalam bentuk nyatanya interaksi sosial atau proses sosial itu
dapat mengarah kerjasama, persaingan, pertikaian atau pertengkaran dan dapat
mengarah kepada perdamaian yaitu apabila terjadi pertikaian atau pertengkaran
itu. Kerjasama dikenal sebagai proses yang asosiatif atau konstruksi (termasuk
juga perdamaian atau akomodasi), sedangkan persaingan dan pertikaian disebut
proses yang diasosiatif atau destruktif.
Kerjasama.
Kerjasama penting bagi kelangsungan masyarakat itu yang berarti bekerja sama
dalam rangka mencapai tujuan bersama. Beberapa faktor yang mendorong terjadinya
kerjasama itu antara lain :
1. Dorongan pribadi, yang berarti bahwa tujuan pribadi itu terhimpun dalam usaha bersama untuk mencapainya; dengan perkataan lain keuntungan pribadi akan tercapai dengan bekerja sama.
2. Tujuan yang ingin dicapai merupakan kepentingan umum yang dianggap bernilai tinggi, sehingga mendorong untuk bekerja sama.
3. Dorongan yang timbul atau bersumber dari keinginan seseorang untuk mendorong pihak lain.
4. Adanya tuntutan situasi, misalnya karena menghadapi musibah banjir dan sebagainya, sedemikian rupa orang tergerak untuk menanggulangi bersama berbagai akibatnya.
1. Dorongan pribadi, yang berarti bahwa tujuan pribadi itu terhimpun dalam usaha bersama untuk mencapainya; dengan perkataan lain keuntungan pribadi akan tercapai dengan bekerja sama.
2. Tujuan yang ingin dicapai merupakan kepentingan umum yang dianggap bernilai tinggi, sehingga mendorong untuk bekerja sama.
3. Dorongan yang timbul atau bersumber dari keinginan seseorang untuk mendorong pihak lain.
4. Adanya tuntutan situasi, misalnya karena menghadapi musibah banjir dan sebagainya, sedemikian rupa orang tergerak untuk menanggulangi bersama berbagai akibatnya.
Dalam
masyarakat Indonesia kerjasama dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu tolong
menolong dan gotong royong. Gotong royong berbeda dengan tolong menolong, sebab
gotong royong merupakan kegiatan bekerja sama antara sejumlah warga desa untuk
menyelesaikan pekerjaan tertentu yang dianggap berguna bagi kepentingan umum.
Ada dua macam gotong royong :
1. Bekerja sama untuk suatu pekerjaan pembangunan (baik besar maupun kecil) yang timbul dari inisiatif dan dilaksanakan secara swadaya para warga desa itu sendiri
2. Bekerja sama untuk proyek-proyek yang dikenakan pada orang di desa oleh pengusaha dari luar Persaingan.
1. Bekerja sama untuk suatu pekerjaan pembangunan (baik besar maupun kecil) yang timbul dari inisiatif dan dilaksanakan secara swadaya para warga desa itu sendiri
2. Bekerja sama untuk proyek-proyek yang dikenakan pada orang di desa oleh pengusaha dari luar Persaingan.
Persaingan
merupakan suatu proses sosial atau bentuk interaksi sosial dimana dua orang
atau lebih, ataupun dua kelompok atau lebih berjuang dengan satu sama lain
untuk memiliki atau mempergunakan sesuatu. Persaingan dapat terjadi misalnya
dalam masalah penguasaan tanah, untuk mengejar kedudukan atau dalam hal mencari
jodoh. Namun persaingan ternyata mempunyai fungsi yang khusus dalam masyarakat,
misalnya dalam mendistribusikan barang-barang yang tersedia terbatas dalam
masyarakat dan sebagai alat pendorong bagi orang perorangan dan
kelompok-kelompok di dalam meningkatkan produktivitas dalam usaha industri dan
pertanian pertikaian.
Pertikaian sering merupakan puncak persaingan.
Persaingan berubah menjadi pertikaian ketika pihak yang bersaing tidak lagi
mengarahkan usahanya kearah tujuan yang ingin dicapai, melainkan untuk mencapai
tujuan itu masing-masing pihak berusaha menghancurkan atau melumpuhkan lawannya.
Pertikaian antar kelompok di dalam masyarakat dapat memberi akibat semakin
kuatnya struktur kelompok yang bertikai oleh karena setiap kelompok akan
memperkuat diri dan juga akan berusaha mengkonsolidasikan diri.
Perdamaian menunjukan pada usaha-usaha orang
atau kelompok untuk meredakan suatu pertentangan, untuk mencapai kestabilan
atau kelangsungan hubungan antar kelompok. Yang mereka usahakan adalah agar
pertikaian itu tidak timbul, jika timbul orang dapat menghindari hal-hal yang
tidak diinginkan seperti rusaknya keutuhan masyarakat atau putusnya hubungan
kerjasama yang telah dibina. Sebagai hasil interaksi sosial, perdamaian dapat
digambarkan sebagai suatu keadaan dimana terdapat suatu keseimbangan baru
setelah pihak-pihak yang bertikai berbaik kembali.
2.3 Syarat
terjadinya interaksi sosial
Menurut
Soerjono Soekanto, interaksi sosial tidak mungkin terjadi tanpa adanya dua
syarat, yaitu kontak sosial dan komunikasi.
·
Kontak Sosial
Kata “kontak”
berasal dari bahasa Latin con atau cum yang artinya bersama-sama
dan tangere yang artinya menyentuh. Jadi, kontak berarti bersama-sama
menyentuh. Dalam pengertian sosiologi, kontak sosial tidak selalu terjadi
melalui interaksi atau hubungan fisik, sebab orang bisa melakukan kontak sosial
dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, misalnya bicara melalui telepon, radio,
atau surat elektronik. Oleh karena itu, hubungan fisik tidak menjadi syarat
utama terjadinya kontak.
Kontak sosial memiliki sifat-sifat berikut.
1.
Kontak
sosial dapat bersifat positif atau negatif. Kontak sosial positif mengarah pada
suatu kerja sama, sedangkan kontak sosial negatif mengarah pada suatu
pertentangan atau konflik.
2.
Kontak
sosial dapat bersifat primer atau sekunder. Kontak sosial primer terjadi
apabila para peserta interaksi bertemu muka secara langsung. Misalnya, kontak
antara guru dan murid di dalam kelas, penjual dan pembeli di pasar tradisional,
atau pertemuan ayah dan anak di meja makan. Sementara itu, kontak sekunder
terjadi apabila interaksi berlangsung melalui suatu perantara. Misalnya,
percakapan melalui telepon. Kontak sekunder dapat dilakukan secara langsung dan
tidak langsung. Kontak sekunder langsung misalnya terjadi saat ketua RW
mengundang ketua RT datang ke rumahnya melalui telepon. Sementara jika Ketua RW
menyuruh sekretarisnya menyampaikan pesan kepada ketua RT agar datang ke
rumahnya, yang terjadi adalah kontak sekunder tidak langsung.
Dalam kehidupan
sehari-hari wujud kontak sosial dapat dibedakan menjadi
1.
Kontak
antarindividu
Kontak yang
terjadi antara inidividu dengan individu. Misalnya, kontak antarteman,kontak
anak dengan ibunya,kontak guru dengan siswanya,dan lain lain.
2.
Kontak
antarkelompok
Kontak yang
terjadi antara kelompok satu dengan kelopok yang lain. Misalnya ,kontak bisnis
antar perusahaan.
3.
Kontak
antarindividu dengan kelompok
Kontak yang
terjadi antara individu dengan suatu kelompok tertentu.misalnya,kontak calon
anggota DPR dengan DPR sebagai lembaga legislatif.
Sedangkan
dililhat dari langsung tidaknya kontak tersebut terjadi, kontak di bedakan
menjadi:
1.
Kontak primer
Kontak primer
yaitu hubungan timbal balik yang terjadi secara langsung. Kontak seperti itu
disebut pula kontak langsung.misalnya, tatap muka,saling memberikan senyum,dan
lain lain.
2.
Kontak
sekunder
Kontak sekunder
yaitu kontak sosial yang memerlukan pihak ketiga sebagai media untuk melakukan
timbal balik. Kontak seperti itu disebut pula kontak tidak langsung.misalnya,
seorang pengusaha yang meminta sekertarisnya untuk menyampaikan pesan kepada
kliennya.
·
Komunikasi
Kata komunikasi
berasal dari bahasa latin, “ communicare “ yang artinya memberi atau
menanamkan. Kata communicare itu sendiri berakar dari kata “ communis “ yang
artinya umum. Komunikasi dapat diartikan suatu cara menyampaikan pesan dari
suatu pihak ke pihak yang lain sehingga terjadi pengertian bersama. Pengertian
komunikasi lebih ditekankan pada bagaimana pesan tersebut diproses.
Komunikasi
merupakan syarat terjadinya interaksi sosial. Hal terpenting dalam komunikasi
yaitu adanya kegiatan saling menafsirkan perilaku (pembicaraan, gerakan-gerakan
fisik, atau sikap) dan perasaan-perasaan yang disampaikan. Ada enam unsur pokok
dalam komunikasi yaitu sebagai berikut.
1. Pengirim (
sender ) atau yang biasa disebut communicator, yaitu orang yang menyampaikan
pesan, perasaan, atau pikiran kepada pihak lain.
2. Penerima (
receiver ) yang biasa disebut communicant , yaitu orang atau sekelompok orang
yang dikirimi pesan, pikiran, atau perasaan.
3. Pesan (
message ), yaitu sesuatu yang disampaikan oleh komunikator. Pesan dapat berupa informasi,
instruksi, dan perasaan.
4. Umpan balik
( feed back ) adalah reaksi dari penerima atas pesan yang diterima.
5. Media, yaitu
alat untuk menyampaikan pesan. Media komunikasi dapat berupa lisan, tulisan,
gambar, dan film.
6. Efek, yaitu
perubahan yang diharapkan terjadi pada komunikan, setelah mendapatkan pesan
dari komunikator.
Ada tiga tahap
penting dalam proses komunikasi. Ketiga tahap tersebut adalah sebagai berikut.
·
Encoding
Pada tahap ini,
gagasan atau program yang akan dikomunikasikan diwujudkan dalam kalimat atau
gambar. Dalam tahap ini, komunikator harus memilih kata, istilah, kalimat, dan
gambar yang mudah dipahami oleh komunikan. Komunikator harus menghindari
penggunaan kode-kode yang membingungkan komunikan.
·
Penyampaian
Pada tahap ini,
istilah atau gagasan yang sudah diwujudkan dalam bentuk kalimat dan gambar
disampaikan. Penyampaian dapat berupa lisan, tulisan, dan gabungan dari
keduanya.
·
Decoding
Pada tahap ini
dilakukan proses mencerna dan memahami kalimat serta gambar yang diterima menurut
pengalaman yang dimiliki.
2.4 Bentuk -
bentuk interaksi sosial
Bentuk-bentuk interaksi sosial terbagi dua,
yaitu proses asosiatif ( kerja sama, akomodasi, asimilasi, akulturasi ) dan
proses disosiatif ( persaingan, kontrapensi, pertikaian, konflik sosial ).
1.
Proses Asosiatif
-> adalah
bentuk interaksi sosial yang menghasilkan kerja sama. Pembagiannya :
1. Kerja sama (cooperation)
kerja sama adalah suatu usaha bersama antar orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama dilakukan sejak manusia berinteraksi dengan sesamanya. Menurut Charles H Cooley seperti dikutip soekanto (1982:66) kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan tersebut.
1. Kerja sama (cooperation)
kerja sama adalah suatu usaha bersama antar orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama dilakukan sejak manusia berinteraksi dengan sesamanya. Menurut Charles H Cooley seperti dikutip soekanto (1982:66) kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan tersebut.
Kerja bakti
atau gotong royong misalnya, merupakan salah satu contoh bentuk kerjasama.
Bntuk kerja sama dibgi menjadi 4, yaitu :
1.
Kerja sama spontan (spontaneous cooperation) yaitu kerja
sama yang terjadi secara serta merta
2.
Kerja sama langsung (directed cooperation)
yaitu kerja
sama sebagai hasil dari perintah atasan kepada bawahan atau penguasa terhadap
rakyatnya
3.
Kerja sama kontrak (contractual cooperation)
yaitu kerja
sama atas dasar syarat-syarat atau ketetapan tertentu, yang di sepakati
bersama.
4.
Kerja sama tradisional (traditional
cooperation)
yaitu kerja sama sebagian atau unsur-unsur tertentu dari sistem sosial. Kerja
sama akan berkembang apabila menghadapi situasi tertentu, antara lain:
a)
Tantangan
alam yang berat
b)
Pekerjaan
yang membutuhkan tenaga masal
c)
Upacara
keagamaan yang sakral
d)
Musuh
yang datang dari luar
2. Akomodasi (accomodation)
Akomodasi adalah suatu proses penyesuaian diri dari orang perorang atau kelompok-kelompok manusia yang semula saling bertentangan sebagai upaya untuk mengatasi ketegangan-ketegangan. Ada beberapa macam bentuk akomodasi, berikut ini adalah penjelasan singkatnya:
1) Arbitrase
Arbitrase merupakan suatu pengendalian atau penyelesaian konflik yang menunjuk pihak ketiga untuk memutuskan konflik atau pertentangan tersebut. Dalam bentuk ini, pihak yang bertikai berusaha untuk mencari pihak ketiga untuk mengendalikan konflik tersebut.
2) Mediasi
Mediasi merupakan penyelesaian konflik yang dilakukan melalui suatu jasa perantara yang bersikap netral. Pada mediasi, terdapat pihak yang berusaha untuk mempertemukan pihak-pihak yang bertikai antara dua belah pihak.
3) Koersi
Koersi merupakan pengendalian konflik yang dilakukan dengan tindakan kekerasan. Sehingga, konflik tersebut tidak diselesaikan dengan cara damai tetapi dengan cara keras. Misalkan konflik antara masyarakat atas dan bawah yang saling bertikai dan pada akhirnya segerombolan masyarakat lain berusaha untuk melakukan tindakan anarkhis di antara salah satu anggota masyarakat tersebut misalnya dengan cara memukuli salah satu anggota masyarakatnya.
4) Konsiliasi
Konsiliasi merupakan suatu pengendalian konflik dengan cara melalui lembaga tertentu. Pada bentuk ini, lembaga tertentu melakukan persetujuan pada kedua pihak yang bertikai sehingga tidak terulang kembali konflik tersebut. Misalkan, telah terjadi konflik pada ketua RT daerah Petukangan dengan ketua RT daerah Tangerang mereka berdua saling bertutur kata dengan cara mengakui dirinya sendiri siapa yang paling hebat diantara mereka berdua. Karena saling mengakui kehebatannya itu dan tidak mau kalah, maka timbul lah konflik diantara mereka berdua. Kemudian, untuk diselesaikannya, lembaga masyarakat meminta persetujuannya dari kedua pihak yang bertikai tadi agar konflik dapat reda. Lembaga masyarakat itulah yang disebut lembaga tertentu.
5) Ajudikasi
Ajudikasi merupakan suatu pengendalian konflik yang diselesaikan dengan cara pengadilan atau diselesaikan di pengadilan. Pada bentuk ini, telah terjadi konflik yang terjadi antara dua belah pihak, kemudian pihak tersebut memilih untuk menyelesaikan konfliknya di pengadilan. Misalkan, Pak Ahmad dan Pak Ridwan sedang berbincang - bincang tentang masalah pekerjaan yang sedang dijalaninya. Kemudian, telah terjadi tidak persetujuan antara Pak Ahmad dan Pak Ridwan dalam bertutur kata, sehingga timbul lah konflik maka mereka berdua memutuskan untuk meredakan konflik tersebut di pengadilan.
6) Kompromi
Kompromi merupakan suatu persetujuan yang dilakukan dengan cara perdamaian untuk saling bersama-sama mengurangi tuntutan. Misalkan, Pedagang mie ayam melakukan protes terhadap pedagang gado-gado bahwa penghasilan yang di dapat oleh pedagang gado-gado lebih banyak dari pada pedagang mie ayam. Di karenakan yang paling laku terjual adalah pedagang gado-gado. Sehingga, pedagang mie ayam tidak setuju melihat hal itu, kemudian kedua pedagang tersebut saling marah-marahan dalam berbicara. Pada akhirnya, salah satu warga yang sedang membeli, melakukan persetujuan diantara mereka dengan cara damai untuk menyelesaikan masalah tersebut dan berusaha untuk saling mengurangi tuntutannya diantara mereka berdua.
7) Toleransi
Toleransi merupakan suatu sikap saling menghargai perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam masyarakat.
Dalam bentuk ini, masyarakat harus saling menghargai satu sama lainnya. Apa yang dianutnya, apa yang dipercayainya, dan sebagainya. Sebagai contoh, Pekerja kantoran selama ini telah berteman baik dengan seorang yang beragama Islam. Pada suatu saat ia di PHK dan terpaksa mencari pekerjaan baru. Setelah ia mendapatkan pekerjaan baru tersebut, tak lama ia saling akrab dan sudah mulai terbiasa berinterkasi dengan teman-teman barunya. Pada suatu ketika ia mendapatkan teman dekat, lama kelamaan mereka menjadi bersahabat. Pada saat hari raya Natal ia berjalan-jalan dengan keluarga di pagi hari, tak lama diperjalanan ia melihat sahabatnya itu ingin memasuki gereja. Ia mulai tau bahwa sahabatnya bergama non muslim yaitu beragama Kristen. Disitu ia mempertemukan sahabatnya dan saling menyapa. Itulah yang disebut toleransi, jadi kita harus menghargai perbedaan dalam masyarakat. Kita boleh bergaul antara berbeda agama tetapi, kita tidak boleh ikut campur dalam urusan agama karena hukumnya musyrik.
8) Stalamete
Stalamete merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan adanya kekuatan yang seimbang di antara kedua pihak yang bertikai. Sehingga, pertikaian tersebut terhenti pada titik tertentu.
Akomodasi adalah suatu proses penyesuaian diri dari orang perorang atau kelompok-kelompok manusia yang semula saling bertentangan sebagai upaya untuk mengatasi ketegangan-ketegangan. Ada beberapa macam bentuk akomodasi, berikut ini adalah penjelasan singkatnya:
1) Arbitrase
Arbitrase merupakan suatu pengendalian atau penyelesaian konflik yang menunjuk pihak ketiga untuk memutuskan konflik atau pertentangan tersebut. Dalam bentuk ini, pihak yang bertikai berusaha untuk mencari pihak ketiga untuk mengendalikan konflik tersebut.
2) Mediasi
Mediasi merupakan penyelesaian konflik yang dilakukan melalui suatu jasa perantara yang bersikap netral. Pada mediasi, terdapat pihak yang berusaha untuk mempertemukan pihak-pihak yang bertikai antara dua belah pihak.
3) Koersi
Koersi merupakan pengendalian konflik yang dilakukan dengan tindakan kekerasan. Sehingga, konflik tersebut tidak diselesaikan dengan cara damai tetapi dengan cara keras. Misalkan konflik antara masyarakat atas dan bawah yang saling bertikai dan pada akhirnya segerombolan masyarakat lain berusaha untuk melakukan tindakan anarkhis di antara salah satu anggota masyarakat tersebut misalnya dengan cara memukuli salah satu anggota masyarakatnya.
4) Konsiliasi
Konsiliasi merupakan suatu pengendalian konflik dengan cara melalui lembaga tertentu. Pada bentuk ini, lembaga tertentu melakukan persetujuan pada kedua pihak yang bertikai sehingga tidak terulang kembali konflik tersebut. Misalkan, telah terjadi konflik pada ketua RT daerah Petukangan dengan ketua RT daerah Tangerang mereka berdua saling bertutur kata dengan cara mengakui dirinya sendiri siapa yang paling hebat diantara mereka berdua. Karena saling mengakui kehebatannya itu dan tidak mau kalah, maka timbul lah konflik diantara mereka berdua. Kemudian, untuk diselesaikannya, lembaga masyarakat meminta persetujuannya dari kedua pihak yang bertikai tadi agar konflik dapat reda. Lembaga masyarakat itulah yang disebut lembaga tertentu.
5) Ajudikasi
Ajudikasi merupakan suatu pengendalian konflik yang diselesaikan dengan cara pengadilan atau diselesaikan di pengadilan. Pada bentuk ini, telah terjadi konflik yang terjadi antara dua belah pihak, kemudian pihak tersebut memilih untuk menyelesaikan konfliknya di pengadilan. Misalkan, Pak Ahmad dan Pak Ridwan sedang berbincang - bincang tentang masalah pekerjaan yang sedang dijalaninya. Kemudian, telah terjadi tidak persetujuan antara Pak Ahmad dan Pak Ridwan dalam bertutur kata, sehingga timbul lah konflik maka mereka berdua memutuskan untuk meredakan konflik tersebut di pengadilan.
6) Kompromi
Kompromi merupakan suatu persetujuan yang dilakukan dengan cara perdamaian untuk saling bersama-sama mengurangi tuntutan. Misalkan, Pedagang mie ayam melakukan protes terhadap pedagang gado-gado bahwa penghasilan yang di dapat oleh pedagang gado-gado lebih banyak dari pada pedagang mie ayam. Di karenakan yang paling laku terjual adalah pedagang gado-gado. Sehingga, pedagang mie ayam tidak setuju melihat hal itu, kemudian kedua pedagang tersebut saling marah-marahan dalam berbicara. Pada akhirnya, salah satu warga yang sedang membeli, melakukan persetujuan diantara mereka dengan cara damai untuk menyelesaikan masalah tersebut dan berusaha untuk saling mengurangi tuntutannya diantara mereka berdua.
7) Toleransi
Toleransi merupakan suatu sikap saling menghargai perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam masyarakat.
Dalam bentuk ini, masyarakat harus saling menghargai satu sama lainnya. Apa yang dianutnya, apa yang dipercayainya, dan sebagainya. Sebagai contoh, Pekerja kantoran selama ini telah berteman baik dengan seorang yang beragama Islam. Pada suatu saat ia di PHK dan terpaksa mencari pekerjaan baru. Setelah ia mendapatkan pekerjaan baru tersebut, tak lama ia saling akrab dan sudah mulai terbiasa berinterkasi dengan teman-teman barunya. Pada suatu ketika ia mendapatkan teman dekat, lama kelamaan mereka menjadi bersahabat. Pada saat hari raya Natal ia berjalan-jalan dengan keluarga di pagi hari, tak lama diperjalanan ia melihat sahabatnya itu ingin memasuki gereja. Ia mulai tau bahwa sahabatnya bergama non muslim yaitu beragama Kristen. Disitu ia mempertemukan sahabatnya dan saling menyapa. Itulah yang disebut toleransi, jadi kita harus menghargai perbedaan dalam masyarakat. Kita boleh bergaul antara berbeda agama tetapi, kita tidak boleh ikut campur dalam urusan agama karena hukumnya musyrik.
8) Stalamete
Stalamete merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan adanya kekuatan yang seimbang di antara kedua pihak yang bertikai. Sehingga, pertikaian tersebut terhenti pada titik tertentu.
9) konversi ( conversion )
Konversi yaitu konflik apabila salah satu pihak bersedia mengalah dan mau
menerima pendirian pihak lain.
10) Segregasi
Segregasi yaitu upaya untuk saling menghindar diantara pihak-pihak yang
bertikai untuk mengurangi ketegangan.
11) Ceasefire
Ceasefire yaitu menunda perselisihan dalam jangka waktu tertentu sambil
mengupayakan terselenggaranya penyelesaian konflik.
12) Dispasement
Dispasement yaitu mengakhiri konflik dengan mengalihkan pada objek
masing-masing.
Tujuan
akomodasi :
a). mengurangi perbedaan pandangan, pertentangan politik, atau permusuhan antarsuku atau antarnegara.
b). mencegah terjadinya ledakan konflik yang mengarah pada benturan fisik.
c). mengupayakan terjadinya akomodasi di antara masyarakat yang dipisahkan oleh sistem kelas atau kasta.
d). mengupayakan terjadinya proses pembauran atau asimilasi di antara kelompok kesukuan atau ras.
a). mengurangi perbedaan pandangan, pertentangan politik, atau permusuhan antarsuku atau antarnegara.
b). mencegah terjadinya ledakan konflik yang mengarah pada benturan fisik.
c). mengupayakan terjadinya akomodasi di antara masyarakat yang dipisahkan oleh sistem kelas atau kasta.
d). mengupayakan terjadinya proses pembauran atau asimilasi di antara kelompok kesukuan atau ras.
3. Asimilasi (assimilation)
similasi adalah pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru. Suatu asimilasi ditandai oleh usaha-usaha mengurangi perbedaan antara orang atau kelompok. Untuk mengurangi perbedaan itu, asimilasi meliputi usaha-usaha mempererat kesatuan tindakan, sikap, dan perasaan dengan memperhatikan kepentingan serta tujuan bersama.
Hasil
dari proses asimilasi yaitu semakin tipisnya batas perbedaan antarindividu
dalam suatu kelompok, atau bisa juga batas-batas antarkelompok. Selanjutnya,
individu melakukan identifikasi diri dengan kepentingan bersama. Artinya,
menyesuaikan kemauannya dengan kemauan kelompok. Demikian pula antara kelompok
yang satu dengan kelompok yang lain.
Asimilasi
dapat terbentuk apabila terdapat tiga persyaratan berikut:
·
Terdapat sejumlah kelompok yang
memiliki kebudayaan berbeda
·
Terjadi pergaulan antarindividu atau
kelompok secara intensif dan dalam waktu yang relatif lama
·
Kebudayaan masing-masing kelompok
tersebut saling berubah dan menyesuaikan diri
Faktor-faktor
umum yang mendorong atau mempermudah terjadinya asimilasi antara lain:
·
Toleransi di antara sesama kelompok
yang berbeda kebudayaan
·
Kesempatan yang sama dalam bidang
ekonomi
·
Kesediaan menghormati dan menghargai
orang asing dan kebudayaan yang dibawanya.
·
Sikap terbuka dari golongan yang
berkuasa dalam masyarakat
·
Persamaan dalam unsur-unsur
kebudayaan universal
·
Perkawinan antara kelompok yang
berbeda budaya
·
Mempunyai musuh yang sama dan
meyakini kekuatan masing-masing untuk menghadapi musuh tersebut.
Faktor-faktor
umum yang dapat menjadi penghalang terjadinya asimilasi antara lain:
·
Kelompok yang terisolasi atau
terasing (biasanya kelompok minoritas)
·
Kurangnya pengetahuan mengenai
kebudayaan baru yang dihadapi
·
Prasangka negatif terhadap pengaruh
kebudayaan baru. Kekhawatiran ini dapat diatasi dengan meningkatkan fungsi
lembaga-lembaga kemasyarakatan
·
Perasaan bahwa kebudayaan kelompok
tertentu lebih tinggi daripada kebudayaan kelompok lain. Kebanggaan berlebihan
ini mengakibatkan kelompok yang satu tidak mau mengakui keberadaan kebudayaan
kelompok lainnya
·
Perbedaan ciri-ciri fisik, seperti
tinggi badan, warna kulit atau rambut
·
Perasaan yang kuat bahwa individu
terikat pada kebudayaan kelompok yang bersangkutan
·
Golongan minoritas mengalami
gangguan dari kelompok penguasa
4. Akulturasi (acculturation)
Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu
kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu
kebudayaan asing. Dan kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah
dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan
kelompok itu sendiri.
Akulturasi merupakan sebuah istilah dalam ilmu Sosiologi yang
berarti proses pengambil alihan unsur-unsur (sifat) kebudayaan lain oleh sebuah
kelompok atau individu. Adalah suatu hal yang menarik ketika melihat dan
mengamati proses akulturasi tersebut sehingga nantinya secara evolusi menjadi
Asimilasi (meleburnya dua kebudayaan atau lebih, sehingga menjadi satu
kebudayaan). Menariknya dalam melihat dan mengamati proses akulturasi
dikarenakan adanya Deviasi Sosiopatik seperti mental disorder yang
menyertainya. Hal tersebut dirasa sangat didukung faktor kebutuhan, motivasi
dan lingkungan yang menyebabkan seseorang bertingkah laku.
INTERAKSI
SOSIAL DISOSIATIF
Interaksi
disosiatif merupakan bentuk interaksi sosial yang menghasilkan suatu
perpecahan. Ada beberapa bentuk proses sosial disosiatif, antara lain
kontravensi, persaingan (competition), dan pertentangan atau
konflik.
a.
Kontravensi
kontravensi
adalah proses sosial yang berada diantara persaingan dan pertentangan/konflik.
Kontravensi terwujud dengan adanya sikap tidak senang, rasa benci atau
keragu-raguan, baik secara jelas maupun tersembunyi terhadap orang-orang atau
unsur-unsur kebudayaan golongan tertentu tanpa menimbulkan perpecahan atau
pertentangan. Misalnya saja aksi Golput dalam pemilu. Menurut Leopold Von
Wise & Howard Becker, kontravensi memiliki lima bentuk, yaitu
:
1.
Bersifat umum (General Contravention),
misalnya aksi protes, perbuatan menghalang-halangi atau mengacaukan rencana
pihak lain.
2.
Bersifat sederhana (Medial Contravention),
misalnya memaki, memfitnah atau menyebarkan selebaran gelap.
3.
Bersifat intensif (Intensive Contravention),
misalnya menghasut, menyebarkn desas-desus.
4.
Bersifat rahasia (Mystery), misalnya
berkhianat atau menjadi mata-mata pihak musuh.
5.
Bersifat taktis (Tactic Contravention),
misalnya mengejutkan pihak lawan dalam pemilu.
b.
Persaingan (Competition)
Persaingan
atau kompetisi merupakan suatu proses sosial dimana individu-ndividu saling
bersaing untuk mencari keuntungan dalam bidang-bidang kehidupan dengan cara
menarik perhatian publik tanpa menggunakan ancaman atau cara-cara kekerasan.
Persaingan dapat dilakukan dengan cara perorangan (Rivalry) ataupun
secara kelompok (misalnya, antara dua kelompok perusahaan besar yang
bersaing untuk memenangkan tender). Ada beberapa bentuk persaingan yang terjadi
di masyarakat, yaitu sebagai berikut :
1.
Persaingan
ekonomi, timbul karena terbatasnya jumlah sumber daya alam
dibandingkan jumlah konsumen. Contoh konkretnya persaingan dua perusahaan besar
dalam menarik minat konsumen.
2.
Persaingan
kebudayaan, timbul akibat adanya dua kebudayaan atau lebih dalam
kehidupan masyarakat tertentu. Misalnya, kebudayaan belanda yang memasuki
Indonesia pada akhir abad ke-15 sehingga harus berhadapan dengan kebudayaan
asli masyarakat Indonesia.
3.
Persaingan
kedudukan/peran, dapat terjadi baik secara individu maupun secara
kelompok. Persaingan ini dapat timbul tergantung pada apa yang paling dihargai
oleh masyarakat yang bersangkutan. Misalnya seseorang yang ingin menjadi
presiden, mereka saling bersaing untuk mendapat kedudukan tersebut.
4.
Persaingan
ras, merupakan persaingan di bidang kebudayaan yang dicirikan oleh perbedaan
warna kulit, bentuk dan warna rambut, serta cirri-ciri fisik lainnya.
Persaingan ras jika tidak dikelola dengan baik, maka akan menimbulkan konflik
atau perpecahan dikalangan masyarakat.
Persaingan
atau kompetisi memiliki beberapa fungsi positif, antara lain seperti berikut
ini.
1.
Menyalurkan aspirasi individu atau kelompok secara
kompetitif
2.
Menyalurkan daya kreatifitas dan daya juang yang
dinamis
3.
Sebagai alternatif untuk menyalurkan
keinginan-keinginan masyarakat
4.
Mengadakan seleksi agar dapat menempatkan individu
sesuai dengan kedudukan, peran serta kemampuan
5.
Menghasilkan pembagian/spesialisasi kerja.
c.
Pertentangan (konflik)
Konflik
adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha untuk
memenuhi tujuannya dengan cara menentang pihak lawan dengan menggunakan ancaman
atau cara-cara kekerasan. Sebab-sebab munculnya pertentangan, antara lain :
1.
Perbedaan pendapat, pendirian atau perbedaan perasaan
antar individu
2.
Perbedaan kebudayaan
3.
Perbedaan kepentingan dan
4.
Perubahan sosial
Bentuk-bentuk pertentangan adalah
sebagai berikut :
1.
Pertentangan pribadi, yang terjadi
antar individu yang ditandai dengan rasa saling benci terhadap pihak lawan.
2.
Pertentangan rasial, misalnya
pertentangan antara ras kulit putih dengan ras negro/kulit hitam
3.
Pertentangan antarkelas sosial, misalnya
konflik antara majikan dengan buruh
4.
Pertentangan politik, misalnya
konflik antara pendukung partai politik dalam pemilu
5.
Pertentangan internasional, yang
diakibatkan adanya perbedaan-perbedaan kepentingan yang kemudian sampai pada
persoalan kedaulatan Negara. Misalnya, lonflik antara kaum majikan dan buruh
sering menimbulkan kasus hukum yang cukup pelik.
Beberapa
akibat dari pertentangan atau konflik yang bisa terjadi adalah sebagai berikut
:
1.
Timbulnya solidaritas in-group.
2.
Goyahnya persatuan kelompok, jika konflik terjadi di
dalam tubuh sebuah kelompok
3.
Perubahan kepribadian individu yang mengalami konflik
4.
Hancurnya harta benda atau korban manusia
5.
Akomodasi, dominasi, dan takluknya salah satu pihak
Upaya
yang dilakukan untuk mengurangi atau memperbaiki situasi konflik, antara lain
sebagai berikut :
1.
Kompromi, yaitu kedua belah pihak yang bertikai saling
mengalah. Mereka saling memberi dan menerima kebijakan tertentu tanpa adanya
paksaan
2.
Toleransi, yaitu sikap saling menghargai dan
menghormati pendirian masing-masing pihak.
3.
Konversi, yaitu salah pihak bersedia mengalah dan mau
menerima pendirian pihak lain
4.
Coercion, yaitu penyelesaian konflik melalui
suatu proses yang dipaksakan
5.
Mediasi, yaitu penyelesaian suatu konflik dengan
menggunakan pihak ketiga yang netral dan berfungsi sebagai penasehat
6.
Arbitrase, yaitu penyelesaian konflik melalui pihak
ketiga (Lembaga Arbitrase) yang dipilih oleh kedua belah pihak yang bertikai
7.
Konsiliasi, yaitu usaha untuk mempertemukan
pihak-pihak yang bertikai dalam suatu perundingan agar diperoleh suatu
persetujuan bersama.
8.
Ajudikasi, yaitu penyelesaian konflik di pengadilan
9.
Segresi, yaitu upaya untuk saling memisahkan diri dan
saling menghindar di antara pihak-pihak yang bertikai dalam rangka mengurangi
ketegangan dan menghilangkan konflik.
10. Gencatan
senjata, yaitu penangguhan konflik untuk jangka waktu tertentu sambil
mengupayakan terselenggaranya upaya-upaya penyelesaian konflik
Lapisan Masyarakat
Stratification
berasal dari stratum / strata yang berarti lapisan, Piritim A Sorokin
mengatakan bahwa social stratification adalah pembedaan penduduk atau
masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (Hirarkis).
Terjadinya
lapisan masyarakat biasanya karena ada tingkat kepandaian, tingkat senior
(umur), tingkat kekayaan, pendidikan, dan lain sebagainya.
Sifat
sistem masyarakat bisa bersifat tertutup (closed social stratification) dan
terbuka (open social stratification).
- Bersifat tertutup membatasi kemungkinan pinddahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan lain. Baik gerak ke atas maupun gerak ke bawah, dalam sistem ini satu-satunya jalan untuk menjadi anggota adalah dengan kelahiran.
- Bersifat tertutup membatasi kemungkinan pinddahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan lain. Baik gerak ke atas maupun gerak ke bawah, dalam sistem ini satu-satunya jalan untuk menjadi anggota adalah dengan kelahiran.
Ukuran
atau kriteria yang biasa dipakai untuk menngolongkan masyarakat ke dalam suatu
lapisan di antaranya
1. Ukuran kekayaan
2. Ukuran kekuasaan
3. Ukuran kehormatan
4. Ukuran ilmu pengetahuan
1. Ukuran kekayaan
2. Ukuran kekuasaan
3. Ukuran kehormatan
4. Ukuran ilmu pengetahuan
2.5 UNSUR – UNSUR LAPISAN MASYARAKAT
1. Kedudukan (status)
Kedudukan di artikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial.
Masyarakat pada umumnya mengembangkan 2 macam kedudukan
a. Ascribed-status, yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan.
b. Achieved-Status adalah kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja, kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran. Tetapi terbuka bagi siapa saja tergantung dari berbagai kemampuan.
1. Kedudukan (status)
Kedudukan di artikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial.
Masyarakat pada umumnya mengembangkan 2 macam kedudukan
a. Ascribed-status, yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan.
b. Achieved-Status adalah kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja, kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran. Tetapi terbuka bagi siapa saja tergantung dari berbagai kemampuan.
2. Peranan
(role)
Merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakn hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan.
- Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat.
- Suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat
- Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.
Merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakn hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan.
- Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat.
- Suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat
- Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.
Mobilitas
Sosial
Adalah suatu gerak dalam struktur sosial, terbagi dua, ada gerak sosial yang horizontal, dan ada juga gerak sosial vertikal
Adalah suatu gerak dalam struktur sosial, terbagi dua, ada gerak sosial yang horizontal, dan ada juga gerak sosial vertikal
2.6 Kelas-kelas dalam Masyarakat dan Pengaruhnya
Sudah merupakan rahasia umum jika dalam kehidupan bermasyarakat kini telah
banyak ditemui adanya kelompok-kelompok atau kelas-kelas yang berbeda satu sama
lain. Entah berdasarkan keayaan, kekuasaan, ilmu pengetahuan, jabatan, atau
apapun itu. Hal inilah yang kemudian dikenal dengan istilah stratifikasi atau
pelapisan kelas-kelas sosial. Stratifikasi sosial dan kelas sosial adalah dua
hal yang berbeda, tetapi seringkali dipergunakan secara bergantian sehingga
dalam beberapa bagian menjadi rancu. Stratifikasi sosial sebenarnya lebih
merujuk pada pembagian sekelompok orang ke dalam tingkatan-tingkatan atau
strata yang berjenjang secara vertikal. Jadi apabila kita berbicara tentang
stratifikasi sosial, kita akan berbicara tentang posisi yang tidak sederajat
antar-orang atau antar-kelompok dalam masyarakat. Secara umum, stratifikasi
sosial juga sering dikaitkan dengan persoalan kesenjangan atau polarisasi
sosial.
Sedangkan istilah kelas sosial lebih sempit
dari itu. Istilah kelas lebih merujuk pada satu lapisan atau satu strata
tertentu dalam sebuah stratifikasi sosial. Orang-orang yang berasal dari
suatu kelas sosial pada umumnya memiliki orientasi politik, nilai dan budaya,
sikap, dan perilaku sosial yang pada umumnya sama. Masyarakat kelas atas,
misalnya, dalam banyak hal memiliki karakteristik yang berbeda dengan
masyarakat miskin, bukan hanya dalam penampilan fisik mereka, seperti cara
berpakaian dan saara transportasi yang dipergunakan, atau bahkan mereknya.
Tetapi, antarmereka biasanya juga berbeda ideologi politik, nilai yang dianut,
sikap, dan perilaku sehari-harinya.
Secara sederhana, perbedaan kelas sosial bisa
terjadi dan dilihat dari perbedaan besar penghasilan rata-rata seseorang setiap
hari atau setiap bulannya. Namun, seperti yang dikatakan oleh Paul B. Horton
dan Chester L. Hunt (1984) bahwa terbentuknya stratifikasi dan kelas-kelas
sosial di dalamnya sesungguhnya tidak hanya berkaitan dengan uang. Kelas sosial
adalah suatu strata atau pelapisan orang-orang yang berkedudukan relatif sama
dalam kontinum atau rangkaian kesatuan status sosial. Mereka mempunyai jumlah
penghasilan yang relatif sama. Namun, lebih penting dari itu, mereka memiliki
sikap, nilai-nilai, dan gaya hidup yang sama. Semakin rendah kedudukan
seseorang di dalam pelapisan sosial, biasanya semakin sedikit pula perkumpulan
dan hubungan sosialnya. Orang-orang dari lapisan rendah lebih sedikit
berpartisipasi dalam jenis organisasi apa pun (klub, organisasi sosial, lembaga
formal, atau bahkan lembaga keagamaan) daripada orang-orang yang berasal dari
strata atau kelas menengah dan atas.
Terkait dengan adanya pembagian kelas-kelas
dalam masyarakat seperti kelas atas dan kelas bawah diatas, setidaknya terdapat
dua teori dasar yangmana saling bertolak belakang satu sama lain. Mereka adalah
teori struktural fungsional dan teori konflik. Teori struktural fungsional
adalah suatu bangunan teori yang paling besar pengaruhnya dalam ilmu sosial di
abad sekarang. Tokoh-tokoh yang pertama kali mencetuskan fungsional yaitu
August Comte, Emile Durkheim dan Herbet Spencer. Pemikiran structural
fungsional sangat dipengaruhi oleh pemikiran biologis yaitu
menganggap masyarakat sebagai organisme biologis yaitu terdiri dari organ-organ
yang saling ketergantungan, ketergantungan tersebut merupakan hasil atau
konsekuensi agar organisme tersebut tetap dapat bertahan hidup. Sama halnya
dengan pendekatan lainnya pendekatan struktural fungsional ini juga bertujuan
untuk mencapai keteraturan sosial. Jadi secara sederhana dapat dikatakan bahwa
teori ini mendukung adanya pelapisan atau kelas-kelas dalam masyarakat.
Diibaratkan orang kaya pasti akan membutuhkan orang miskin, begitupun
sebaliknya. Jika semua orang di dunia ini kaya, maka siapa yang akan menjadi
petani dan peternak yang mau memproduksi bahan makanan untuk orang kaya.
Hal tersebut sangat bertolak belakang dengan
teori konflik yang memiliki beberapa asumsi dasar yaitu: Masyarakat senantiasa
berada di dalam proses perubahan yang tidak pernah berakhir. Proses perubahan
masyarakat adat sederhana menjadi modern. Masyarakat mengandung konflik di
dalam dirinya (konflik antar individu, antar kelompok, individu dengan
kelompok). Setiap unsur dalam masyarakat memberikan sumbangan terjadinya
disintegrasi atau perubahan sosial. Dari asumsi-asumsi dasar tersebut jelas
terlihat bahwa teori ini menolak adanya stratifikasi atau pelapisan kelas-kelas
sosial.
Adanya wacana yang mengatakan bahwa kelas
menengah keatas berpeluang lebih luas untuk menempati kedudukan-kedudukan
diatas tidak dapat disangkal lagi. Secara langsung maupun tidak, golongan atas
lebih mempunyai modal baik itu secara finansial, kekuasaan, wewenang maupun
relasi antar sesama kelas menengah keatas. Walaupun dalam kenyataanya di
lapangan tidak semua orang dari kalangan menengah keatas tersebut memiliki
kemampuan atau daya saing yang memadai seperti dalam hal kecerdasan,
ketanggapan dan kemampuan soft skills yang memadai. Namun,
itu semua dapat ditutupi dengan modal yang telah dimiliki oleh kalangan
menengah keatas tadi. Dengan adanya kekuasaan, kekayaan dan relasi, kalangan
menengah keatas bisa saja memperoleh jabatan atau wewenang dan kekuasaan apapun
sesuai yang ia inginkan.
Sementara sebaliknya yang terjadi pada kalangan
menengah kebawah. Walaupun sebenarnya diantara mereka terdapat beberapa
individu yang cukup berkompeten, atau setidaknya lebih berkompeten daripada
orang-orang yang lebih bermodal di kalangan menengah keatas, mereka seakan
begitu sulit untuk mendapatkan posisi atau jabatan yang sejajar apalagi lebih
tinggi dari orang-orang di kalangan menengah keatas. Kurangnya modal dan relasi
menjadi faktor terpenting yang menyebabkan orang-orang di kalangan ini susah
memperoleh jabatan atas.
Contoh nyata yang sederhana saja, jika dilihat
dari perekrutan PNS di daerah-daerah. Sudah merupakan rahasia umum lagi bahwa
orang-orang yang mampu memberikan uang penghalus lebih banyak, apalagi mempunyai
kenalan dengan orang-orang kalangan atas yang berwenang untuk itu, pasti mereka
akan mempunyai kesempatan lebih besar untuk diterima walaupun pada kenyataannya
tak selalu mereka yang diterima tersebut merupakan orang-orang dengan hasil
nilai tes terbaik. Itu hanyalah sebagian fakta yang terjadi di daerah saja,
belum di cakupan yang lebih luas dan tentunya tidak sesederhana hal tersebut.
Dari semua penjabaran diatas dapat disimpulkan
bahwa adanya pembagian kelas ataupun stratifikasi sosial secara tidak langsung
telah membatasi ruang gerak tiap-tiap individu di masing-masing kelas untuk
saling berinteraksi satu sama lain. Kalangan menengah keatas akan merasa lebih
nyaman jika tetap berada di dalam kalangannya dan akan enggan untuk mencoba
bergabung dengan kalangan menengah kebawah. Begitupun sebaliknya yang terjadi
di kalangan menengah kebawah. Semua itu tergantung bagaimana kita melihat dan
menyikapinya. Bukan hal yang mustahil jika orang-orang dari kalangan menengah
kebawah memperoleh jabatan yang tinggi. Sekali lagi semuanya tergantung
bagaimana kita menanggapi fenomena tersebut. Yang jelas kecenderungan tentu
akan tetap ada yangseakan menjadi jurang pemisah antar masing-masing kelas
dalam stratifikasi sosial
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Interaksi sosial tidak dapat
di pisahkan dari dari kehidupan masyarakat, antarindividu ataupun antar
kelompok akan bisa berkomunikasi dan saling mengenal karna adanya interaksi
yang mereka lakukan. Banyak sekali faktor-faktor yang mendasari proses
interaksi, diantaranya :
·
Imitasi
·
Sugesti
·
Identifikasi
·
Simpati
·
Empati
·
Motivasi
Interaksi juga tejadi bila memenuhu syarat terjadinya interaksi,
yaitu:
·
Kontak sosial
·
Komunikasi
Dalam kehidupan masyarakat secara
sendirinya muncul yang dinamakan dengan lapiasan sosial, ini di karnakan
perbedaan dari segi ekonomi,keturunan dan pendidikan.
3.2 saran
Kami berharap semoga makalah yang kami buat
bisa bermanfaat dan memberi pengaruh positif kepada semua pihak. Kami juga
berharap setelah pembaca membaca makalah yang kami buat, pembaca bisa lebih
mengerti dan memahami tentang interaksi dan lapisan sosial yang ada di
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Budiarti, Atik Catur.2009. BSE
Sosiologi Kontesktual x untuk SMA dan MA. Jakarta: Pusat Perbukuan
Cohen, Bruce J. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar (terjemahan).
Jakarta: Bina Aksara
Depdiknas.2006. kurikulum KTSP. Depdiknas, Jakarta
Hartono Paul B. et.al.1993.
Sosiologi Sistematik. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Kartono Kartini.1992. Patologi
Sosial, jilid 1. Edisi baru. Jakarta: Rajawali Pers
Sears, David, O. et.al. 1994. Psikologi
Sosial, jilid 1 dan 2. Jakarta: Erlangga
Soekanto, Soerjono.2005. Sosiologi
Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar