Kamis, 05 Maret 2015

MAKALAH “ INTERAKSI SOSIAL DAN PELAPISAN SOSIAL”



 MAKALAH

       “ INTERAKSI SOSIAL DAN PELAPISAN SOSIAL”
              Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
Mata kuliah pengantar sosiologi dan antropologi
Dosen : ibu sri damayanti, M.si



logo uin.jpg




Disusun oleh :
Kelompok 1
Kelas AN-F/1

1138010209         Rani Marliana
1138010216                  Rio Fransisco
1138010234                  Santi Nurparidah
1138010237                  Shara Amalia Putri





FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA
BANDUNG
20113

                             Kata Pengantar
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah, Tuhan sekian alam. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan tertinggi Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga, sahabat, serta pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Berkat rahmat, hidayah, dan inayah-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan. makalah dengan judul ”INTERAKSI SOSIAL DAN PELAPISAN SOSIAL” untuk memenuhi sebagian tugas dalam mata kuliah pengantar Sosiologi dan Antropologi.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini  masih banyak kekurangan baik dalam hal penyusunan, penggunaan bahasa, maupun kelengkapan materi. Oleh karena itu penulis mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Tersusunnya makalah ini tidak luput dari berbagai kendala, teman-teman  kelompok yang telah bekerja melaksanakan tugas bersama-sama dengan penuh kekompakan dan keikhlasan serta memberikan dukungan moral, bantuan, dan dorongan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan baik. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Sri Damayanti, M.Si selaku dosen mata kuliah pengantar sosiologi dan antropologi yang telah memberikan kemudahan sehingga alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Bandung, September 2013

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...........................................................................4
1.2  Rumusan Masalah....................................................................... 5
1.3  Tujuan......................................................................................... 5
1.4  Identifikasi Masalah....................................................................5
1.5 Sistematika Penulisan..................................................................5
1.6 kegunaan makalah........................................................................6
BAB II  INTERAKSI SOSIAL
2.1  Pengertian Interaksi Sosial.......................................................... ..7
              2.2  Interaksi sebagai dasar proses sosial............................................11
2.3  Syarat terjadinya interaksi sosial..................................................13
2.4  Bentuk-bentuk interaksi sosial......................................................16
2.5 Unsur-unsur lapisan masyarakat ...................................................27
2.6  kelas-kelas dalam masyarakat......................................................28
BAB III  PENUTUP
3.1  Kesimpulan................................................................................. ..32
3.2 Saran...............................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA         
BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang

       Seiring dengan perkembangan zaman,banyaknya kemajuan teknologi,yang di buat seperti HP,Komputer,games, dll yang pada umumnya di gemari dan di butuhkan.
       Dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat ini kita dapat berinteraksi dengan orang lain melalui teknologi seperti Handphone, teknologi ini dapat menyambungkan kita dengan orang lain yang berada jauh dengan kita dan masih dan masih banyak lagi cara-cara berinteraksi yang lain menggunakan teknologi.

       Dengan cara berinteraksi menggunakan teknologi tentu ada sisi positiv dan negativ. Namun sangat disayangkan, kemajuan teknologi yang sangat pesat pada saat ini banyak orang yang menggunakan teknologi itu kearah yang negativ, terutama dikalangan anak muda. Tanpa disadari bahwa interaksi itu sangat penting dalam kehidupan manusia.
       Di dalam kehidupan sehari – hari tentunya manusia tidak dapat lepas dari hubungan antara satu dengan yang lainnya,ia akan selalu perlu untuk mencari individu ataupun kelompok lain untuk dapat berinteraksi ataupun bertukar fikiran.
Mungkin kita sudah tidak asing dengan kata Interaksi. Tapi banyak juga orang yang tidak tahu apa arti Interaksi itu sendiri.
       Pada kesempatan ini  kami selaku mahasiswa akan membuat makalah yang membahas tentang apa itu Interaksi. Makalah ini dibuat bukan hanya sekedar tugas, tetapi makalah ini di buat agar kita semua mengerti tentang interaksi sosial yang selalu kita temukan di kehidupan sehari-hari. Semoga dengan diadakannya tugas makalah ini dapat memberikan manfaat untuk kami selaku penulis dan penyusun maupun pembaca.


 I.2  Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:
1.        Apakah pengetian dari interaksi sosial dan lapisan sosial?
2.        Mengapa interaksi dijadikan sebagai dasar proses sosial?
3.        Apa syarat-syarat terjadinya interaksi sosial?
4.        Apa saja bentuk-bentuk interaksi sosial?
5.        Bagaimana sifat sistem lapisan masyarakat?
6.        Apa saja unsur-unsur lapisan masyarakat?
7.        Apa pengertian dan penjelasan tentang kelas-kelas sosial dalam masyarakat?


1.3    Tujuan    
Penulisan makalah ini adalah kewajiban kami sebagai mahasiswa dalam melaksanakan tugas yang telah diberikan oleh Dosen yang bersangkutan. Selain itu adapun tujuannya untuk :
1.        Untuk mengetahui dan memahami lebih banyak wawasan tentang Interaksi Sosial dan pelapisan sosial dalam masyarakat, agar dapat di terapkan di kehidupan sehari-hari.
2.        Untuk mengetahui apa itu Interaksi Sosial, Bentuk-bentuk Sosial dan Syarat untuk terjadinya Interaksi Sosial.
3.        Untuk memenuhi tugas yang di berikan.

1.4   Identifikasi  Masalah
1.        Banyak orang yang tidak tahu pengertian Interaksi Sosial.
2.        Banyak yang tidak tahu aturan/norma dalam berinteraksi.
3.        Banyaknya yang menyalahgunakan interaksi dalam bentuk komunikasi.

1.5     Sistematika Penulisan
Dalam laporan ini penulis membuat makalah ini menjadi beberapa bagian agar sesuai dengan standar makalah yang telah di tentukan.

BAB I  PENDAHULUAN
       Yang berisikan tentang , latar belakang masalah,tujuan, identifikasi masalah dan sistem penulisan makalah.

BAB II   INTERAKSI SOSIAL
Berisikan tentang pengertian interaksi sosial, syarat terjadinya interaksi sosial, bentuk-bentuk interaksi sosial, lapisan masyarakat dan lain-lain.

BAB III   PENUTUP
Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran penulis dari makalah yang telah penulis susun.
1.6 kegunaan makalah
       1) Bagi penulis
       Memperoleh pengetahuan mengenai interaksi sosial dan lapisan sosial , dasar   lapisan masyarakat, unsur – unsur lapisan masyarakat, kelas-kelas dalam masyarakat.
       2) Bagi pembaca
Menambah pengetahuan mengenai interaksi sosial dan lapisan sosial , dasar   lapisan masyarakat, unsur – unsur lapisan masyarakat, kelas-kelas dalam masyarakat.
       3) Bagi mahasiswa
Untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pengantar Sosiologi dan Antropologi.






BAB II

INTERAKSI SOSIAL DAN PELAPISAN SOSIAL

2.1 Pengertian Interaksi Sosial

               Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perseorangan, antar beberapa kelompok manusia, maupun antar perseorangan dengan kelompok. Ineteraksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas sosial.
               Sebagai mahluk sosial, tindakan manusia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh lingkungan sosial. Adanya pengaruh timbal balik itu dapat berlangsung dalam lingkungan keluarga atau yang lebih luas lagi didalam lingkungan masyarakat. Itulah sebabnya tindakan yang dilakukan oleh manusia disebut tindakan sosial.
               Menurut max weber, tindakan sosial adalah tindakan yang mempunyai makna, tindakan yang dilakukan seseorang dengan memperhitungkan keberadaan orang lain atau tindakan individu yang dapat memengaruhi individu-individu lain dalam masyarakat. Jadi tindakan sosial adalah tindakan atau prilaku manusia yang mempunyai maksud subjektif bagi dirinya, untuk mencapai tujuan tertentu dan juga merupakan perwujudan pola pikir individu yang bersangkutan.
               Pada dasarnya tindakan sosial dapat dibedakan menjadi 4 tipe, yaitu tindakan sosial instrumental, sosial berorientasi nilai, tindakan sosial tradisional, dan tindakan afektif.
1.    Tindakan sosial instrumental
Tindakan sosial instrumental dilakukan dengan memperhitungkan kesesuaian antara cara yang digunakan dan tujuan yang akan dicapai. Tindakan ini bersifat rasional ( masuk akal ) artinya, tindakan ini didasari oleh tujuan yang telah matang dipertambangkan.
2.    Tindakan sosial berorientasi nilai
Tindakan sosial berorientasi nilai dilakukan dengan memperhitungkan manfaatnya, tetapi tujuan yang ingin dicapai tidak terlalu dipertimbangkan. Tindakan seperti ini menyangkut kriteria baik dan benar menurut penilaian masyarakat. Tercapai atau tidaknya tujuan bukan persoalan dalam tindakan sosial tipe ini. Yang penting adalah keseuaian dengan nilai-nilai dar yang berlaku dalam kehiduapan masyarakat.
3.    Tindakan sosial tradisional
          Tindakan ini merupakan tindakan yang tidak rasional. Seseorang melakukan tindakan hanya karena kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat tanpa menyadari alasannya atau  membuat perencanaan terlebih dahulu mengenai tujuan dan cara yang akan digunakan, misalnya berbagai upacara adat yang terdapat di masyarakat.
4.    Tindakan afektif
          Tindakan sosial afektif tergolong tindakan yang irasional, karena sebagian besar tindakan dikuasai oleh perasaan (afeksi) ataupun emosi, tanpa perhitungan, atau pertimbangan yang matang. Perasaan entah marah, cinta, gembira, atau sedih muncul begitu saja sebagai ungkapan langsung terhadap keadaan tertentu. Itulah sebabnya tindakan sosial ini lebih berupa reaksi spontan.
Faktor-faktor yang mendasari proses interaksi yaitu :
1.    Imitasi
              Imitasi artinya meniru atau tiruan. imitasi ialah tindakan atau usaha untuk meniru tindakan orang lain sebagai tokoh idealnya. Usaha meniru atau tidakan tiruannya tidak selalu persis sama, apabila tkoh itu berasal dari kelompok tertent, maka tokoh ideal yang menjadi panutan disebut “ reference group “ , kelompok acuan atau kelompok referensi. Kelompok Reference merupakan kelompok yang menjadi ukuran bagi seseorang yang bukan anggota kelompok untuk membentuk pribadi dan kelakuannya. Reference group memiliki dua tipe, yaitu :
1.    Tipe normatif, yaitu kelompok yang menentukan dasar-dasar bagi kepribadian seseorang.
2.    Tipe pembanding, yaitu kelompok yang menjadi pemegang bagi individu didalam menilai kepribadiannya.
     Imitasi memiliki segi negatif bagi pelakunya, yaitu daya kreasinya dapat tidak berkembang karena hanya ingin meniru oranglain. Segi positifnya ialah apabila orang yang ditiru adalah sikap dan prilaku yang sesuai dengan norma.
2.    Sugesti
     Sugesti artinya pengaruh karena emosional/perasaan/kata hati tersentuh oleh pandangan, sikap, dan anjuran dari pihak lain. Pengaruh ini sifatnya kualitatif, bukan kuantitatif yang selalu di ukur dengan korelasi regresif atau sejenisnya. Sugesti merupakan proses psikologis karena tindakan pihak lain yang berpengaruh pada dirinya. Proses sugesti bisa terjadi bila yang memberi pandangan adalah orang yang berwibawa, yang memiliki sifat otoriter, atau merupakan sikap sebagian besar anggoa kelompok yang bersangkutan atau masyarakat seluruhnya.
3.    Identifikasi
     Identifikasi yaitu kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi mengakibatkan terjadinya pengaruh yang lebih dalam dari sugesti dan imitasi . proses identifikasi dapat dimulai dari sugesti ,kemudian simpati,imitasi,dan identifikasi.contoh: seorang anak biasanya akan mengidentifikasikan gaya dan perilaku orang tuanya.
4.    Simpati
     simpati merupakan suatu proses seseorang yang merasa tertarik pada pihak lain . pada proses ini perasaan seseorang sangat didorong untuk memahami pihak lain. Perbedaan utama dengan identifikasi ialah dorongan oleh suatu keinginan untuk belajar dari pihak lainyang kedudukannya lebih tinggi dan harus dihormati karena mempunyai kelebihan atau kemampuan tertentu yang patut dijadikan contoh,dorongan utama pada simpati ialah keinginana untuk memahani pihak lain untuk bekerja sama.contoh perasaan simpati adalah ungkapan selamat atas keberhasilan seseorang,atau ungkapan turut berduka cita atas musibah yang dialami seseorang.
5.    Empati
     Empati adalah kemampuan mengambil ata memainkan peranan secara efektif dari seseorang atau orang lain dalam kondisi yang sebenar benarnya,seolah olah ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain tersebut,seperti rasa senang,sakit,susah, dan bahagia .contoh, kita turut merasakan empati terhadap masyarakat Yogyakarta yang menjadi korban Yogyakarta .
6.    Motivasi
     Motivasi adalah dorongan, rangsangan ,pengaruh atau stimulus yang di berikan seorang individu keapada individu yang lain sedemikian rupa,sehingga orang yang diberi motivasi tersebut menuruti atau melaksanakn apa yang di motivasikan secara kritis, rasional, dan penuh tanggung jawab. Motivasi memiliki sifat yang sama dengan sugesti karna memberikan dorongan kepada individu lain untuk melakukan tindakan. Individu yang memberikan motivasi biasanya memiliki status dan kelebihan dari individu yang diberikan motivasi.contoh seorang guru memberikan motivasi kepada murid-muridnya untuk belajar lebih giat agar mencapai prestasi .
                           Ciri – ciri interaksi sosial
     Interaksi sosial yang dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat pada hakikatnya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.    Jumlah pelaku lebih dari satu orang ,artinya dalam sebuah interaksi sosial, setidaknya ada dua orang yang sedang bertemu dan mengadakan hubungan .
2.    Ada komunikasi antar pelaku dengan menggunakan simbol-simbol artinya dalam sebuah interaksi sosial didalamnya terdapat proses tukar-menukar informasi atau biasa disebut dengan proses komunikasi dengan menggunakan isyarat atau tanda yang dimaknai dengan simbol-simbol yang hendak diungkapkan dalam komunikai itu.
3.    Ada dimensi waktu (masa lampau,masa kini,masa mendatang) yang menetukan sifat aksi yang sedang berlangsung, artinya dalam proses interaksi dibatasi oleh dimensi waktu sehingga dapat menetukan sifat aksi yang sedang dilakukan oleh orang-orang yang terlibat dalam interaksi.
4.    Ada tujuan-tujuan tertentu,terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut dengan yang diperkirakan oleh pengamat , artinya dalam sebuah interaksi sosial,orang-orang yang terlibat didalamnya memiliki tujuan yang diinginkan oleh mereka. Apakah untuk menggali informasi,atau sekedar berramah-tamah atau yang lainnya.
      

2.2  Interaksi sebagai dasar proses sosial

          Hal-hal yang mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap, tingkah laku sehingga menjadi pola tingkah laku yaitu tatanilai, norma, lembaga/ institusi, status-posisi dan peranan, serta kelas-kelas sosial merupakan unsur-unsur pembentuk kerangka kehidupan bersama atau sebagai struktur sosial. Sedangkan berjalannya struktur ini, yang diwujudkan dalam tingkah laku saling berhubungan atau interaksi disebut proses sosial.
          Proses sosial berpangkal atau berdasar pada interaksi sosial yang terjadi, baik antara orang dengan orang maupun kelompok dengan kelompok di dalam masyarakat. Pengertian yang tegas dari interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua orang atau lebih, dimana kelakukan orang yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakukan yang lain secara timbal balik.
          Persyaratan terjadinya suatu interaksi sosial adalah karena kontak sosial, komunikasi dan struktur sosial. Dengan kontak sosial dimaksudkan adanya tanggapan timbal balik dan adanya penyesuaian perilaku dalam masing-masing diri yang melakukan kontak itu. Sedangakn yang dimaksud dengan komunikasi adalah adanya saling tukar pesan beserta tafsirnya, baik secra tertulis atau secara lisan. Baik kontak sosial maupun komunikasi ini harus berjalan dalam suatu kerangka atau suatu struktur sosial tertentu, dimana struktur sosial ini berkaitan dengan norma sosial.
          Di dalam wujudnya atau dalam bentuk nyatanya interaksi sosial atau proses sosial itu dapat mengarah kerjasama, persaingan, pertikaian atau pertengkaran dan dapat mengarah kepada perdamaian yaitu apabila terjadi pertikaian atau pertengkaran itu. Kerjasama dikenal sebagai proses yang asosiatif atau konstruksi (termasuk juga perdamaian atau akomodasi), sedangkan persaingan dan pertikaian disebut proses yang diasosiatif atau destruktif.
Kerjasama. Kerjasama penting bagi kelangsungan masyarakat itu yang berarti bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan bersama. Beberapa faktor yang mendorong terjadinya kerjasama itu antara lain :
1. Dorongan pribadi, yang berarti bahwa tujuan pribadi itu terhimpun dalam usaha bersama untuk mencapainya; dengan perkataan lain keuntungan pribadi akan tercapai dengan bekerja sama.
2. Tujuan yang ingin dicapai merupakan kepentingan umum yang dianggap bernilai tinggi, sehingga mendorong untuk bekerja sama.
3. Dorongan yang timbul atau bersumber dari keinginan seseorang untuk mendorong pihak lain.
4. Adanya tuntutan situasi, misalnya karena menghadapi musibah banjir dan sebagainya, sedemikian rupa orang tergerak untuk menanggulangi bersama berbagai akibatnya.
          Dalam masyarakat Indonesia kerjasama dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu tolong menolong dan gotong royong. Gotong royong berbeda dengan tolong menolong, sebab gotong royong merupakan kegiatan bekerja sama antara sejumlah warga desa untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu yang dianggap berguna bagi kepentingan umum. Ada dua macam gotong royong :
1. Bekerja sama untuk suatu pekerjaan pembangunan (baik besar maupun kecil) yang timbul dari inisiatif dan dilaksanakan secara swadaya para warga desa itu sendiri
2. Bekerja sama untuk proyek-proyek yang dikenakan pada orang di desa oleh pengusaha dari luar
Persaingan.
          Persaingan merupakan suatu proses sosial atau bentuk interaksi sosial dimana dua orang atau lebih, ataupun dua kelompok atau lebih berjuang dengan satu sama lain untuk memiliki atau mempergunakan sesuatu. Persaingan dapat terjadi misalnya dalam masalah penguasaan tanah, untuk mengejar kedudukan atau dalam hal mencari jodoh. Namun persaingan ternyata mempunyai fungsi yang khusus dalam masyarakat, misalnya dalam mendistribusikan barang-barang yang tersedia terbatas dalam masyarakat dan sebagai alat pendorong bagi orang perorangan dan kelompok-kelompok di dalam meningkatkan produktivitas dalam usaha industri dan pertanian pertikaian.
           Pertikaian sering merupakan puncak persaingan. Persaingan berubah menjadi pertikaian ketika pihak yang bersaing tidak lagi mengarahkan usahanya kearah tujuan yang ingin dicapai, melainkan untuk mencapai tujuan itu masing-masing pihak berusaha menghancurkan atau melumpuhkan lawannya. Pertikaian antar kelompok di dalam masyarakat dapat memberi akibat semakin kuatnya struktur kelompok yang bertikai oleh karena setiap kelompok akan memperkuat diri dan juga akan berusaha mengkonsolidasikan diri.
Perdamaian menunjukan pada usaha-usaha orang atau kelompok untuk meredakan suatu pertentangan, untuk mencapai kestabilan atau kelangsungan hubungan antar kelompok. Yang mereka usahakan adalah agar pertikaian itu tidak timbul, jika timbul orang dapat menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti rusaknya keutuhan masyarakat atau putusnya hubungan kerjasama yang telah dibina. Sebagai hasil interaksi sosial, perdamaian dapat digambarkan sebagai suatu keadaan dimana terdapat suatu keseimbangan baru setelah pihak-pihak yang bertikai berbaik kembali.
2.3 Syarat terjadinya interaksi sosial
Menurut Soerjono Soekanto, interaksi sosial tidak mungkin terjadi tanpa adanya dua syarat, yaitu kontak sosial dan komunikasi.
·                                                  Kontak Sosial
Kata “kontak” berasal dari bahasa Latin con atau cum yang artinya bersama-sama dan tangere yang artinya menyentuh. Jadi, kontak berarti bersama-sama menyentuh. Dalam pengertian sosiologi, kontak sosial tidak selalu terjadi melalui interaksi atau hubungan fisik, sebab orang bisa melakukan kontak sosial dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, misalnya bicara melalui telepon, radio, atau surat elektronik. Oleh karena itu, hubungan fisik tidak menjadi syarat utama terjadinya kontak.
 Kontak sosial memiliki sifat-sifat berikut.
1.                                               Kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif. Kontak sosial positif mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan kontak sosial negatif mengarah pada suatu pertentangan atau konflik.
2.                                               Kontak sosial dapat bersifat primer atau sekunder. Kontak sosial primer terjadi apabila para peserta interaksi bertemu muka secara langsung. Misalnya, kontak antara guru dan murid di dalam kelas, penjual dan pembeli di pasar tradisional, atau pertemuan ayah dan anak di meja makan. Sementara itu, kontak sekunder terjadi apabila interaksi berlangsung melalui suatu perantara. Misalnya, percakapan melalui telepon. Kontak sekunder dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Kontak sekunder langsung misalnya terjadi saat ketua RW mengundang ketua RT datang ke rumahnya melalui telepon. Sementara jika Ketua RW menyuruh sekretarisnya menyampaikan pesan kepada ketua RT agar datang ke rumahnya, yang terjadi adalah kontak sekunder tidak langsung.
Dalam kehidupan sehari-hari wujud kontak sosial dapat dibedakan menjadi
1.                                              Kontak antarindividu
Kontak yang terjadi antara inidividu dengan individu. Misalnya, kontak antarteman,kontak anak dengan ibunya,kontak guru dengan siswanya,dan lain lain.
2.                                               Kontak antarkelompok
Kontak yang terjadi antara kelompok satu dengan kelopok yang lain. Misalnya ,kontak bisnis antar perusahaan.
3.                                               Kontak antarindividu dengan kelompok
Kontak yang terjadi antara individu dengan suatu kelompok tertentu.misalnya,kontak calon anggota DPR dengan DPR sebagai lembaga legislatif.

Sedangkan dililhat dari langsung tidaknya kontak tersebut terjadi, kontak di bedakan menjadi:
1.                        Kontak primer
Kontak primer yaitu hubungan timbal balik yang terjadi secara langsung. Kontak seperti itu disebut pula kontak langsung.misalnya, tatap muka,saling memberikan senyum,dan lain lain.
2.                       Kontak sekunder
Kontak sekunder yaitu kontak sosial yang memerlukan pihak ketiga sebagai media untuk melakukan timbal balik. Kontak seperti itu disebut pula kontak tidak langsung.misalnya, seorang pengusaha yang meminta sekertarisnya untuk menyampaikan pesan kepada kliennya.
·                                                  Komunikasi
Kata komunikasi berasal dari bahasa latin, “ communicare “ yang artinya memberi atau menanamkan. Kata communicare itu sendiri berakar dari kata “ communis “ yang artinya umum. Komunikasi dapat diartikan suatu cara menyampaikan pesan dari suatu pihak ke pihak yang lain sehingga terjadi pengertian bersama. Pengertian komunikasi lebih ditekankan pada bagaimana pesan tersebut diproses.
Komunikasi merupakan syarat terjadinya interaksi sosial. Hal terpenting dalam komunikasi yaitu adanya kegiatan saling menafsirkan perilaku (pembicaraan, gerakan-gerakan fisik, atau sikap) dan perasaan-perasaan yang disampaikan. Ada enam unsur pokok dalam komunikasi yaitu sebagai berikut.
1. Pengirim ( sender ) atau yang biasa disebut communicator, yaitu orang yang menyampaikan pesan, perasaan, atau pikiran kepada pihak lain.
2. Penerima ( receiver ) yang biasa disebut communicant , yaitu orang atau sekelompok orang yang dikirimi pesan, pikiran, atau perasaan.
3. Pesan ( message ), yaitu sesuatu yang disampaikan oleh komunikator. Pesan dapat berupa informasi, instruksi, dan perasaan.
4. Umpan balik ( feed back ) adalah reaksi dari penerima atas pesan yang diterima.
5. Media, yaitu alat untuk menyampaikan pesan. Media komunikasi dapat berupa lisan, tulisan, gambar, dan film.
6. Efek, yaitu perubahan yang diharapkan terjadi pada komunikan, setelah mendapatkan pesan dari komunikator.
Ada tiga tahap penting dalam proses komunikasi. Ketiga tahap tersebut adalah sebagai berikut.
·         Encoding
Pada tahap ini, gagasan atau program yang akan dikomunikasikan diwujudkan dalam kalimat atau gambar. Dalam tahap ini, komunikator harus memilih kata, istilah, kalimat, dan gambar yang mudah dipahami oleh komunikan. Komunikator harus menghindari penggunaan kode-kode yang membingungkan komunikan.
·         Penyampaian
Pada tahap ini, istilah atau gagasan yang sudah diwujudkan dalam bentuk kalimat dan gambar disampaikan. Penyampaian dapat berupa lisan, tulisan, dan gabungan dari keduanya.
·         Decoding
Pada tahap ini dilakukan proses mencerna dan memahami kalimat serta gambar yang diterima menurut pengalaman yang dimiliki.
2.4 Bentuk - bentuk interaksi sosial
  Bentuk-bentuk interaksi sosial terbagi dua, yaitu proses asosiatif ( kerja sama, akomodasi, asimilasi, akulturasi ) dan proses disosiatif ( persaingan, kontrapensi, pertikaian, konflik sosial ).
1.                                                                                               Proses Asosiatif
-> adalah bentuk interaksi sosial yang menghasilkan kerja sama. Pembagiannya :

1. Kerja sama (cooperation)
  kerja sama adalah suatu usaha bersama antar orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama dilakukan sejak manusia berinteraksi dengan sesamanya. Menurut Charles H Cooley seperti dikutip soekanto (1982:66) kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama  dan  pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan tersebut.
Kerja bakti atau gotong royong misalnya, merupakan salah satu contoh bentuk kerjasama. Bntuk kerja sama dibgi menjadi 4, yaitu :
1.                       Kerja sama spontan (spontaneous cooperation) yaitu kerja sama yang terjadi secara serta merta
2.                       Kerja sama langsung (directed cooperation) yaitu kerja sama sebagai hasil dari perintah atasan kepada bawahan atau penguasa terhadap rakyatnya
3.                       Kerja sama kontrak (contractual cooperation) yaitu kerja sama atas dasar syarat-syarat atau ketetapan tertentu, yang di sepakati bersama.
4.                       Kerja sama tradisional (traditional cooperation) yaitu kerja sama sebagian atau unsur-unsur tertentu dari sistem sosial. Kerja sama akan berkembang apabila menghadapi situasi tertentu, antara lain:
a)                       Tantangan alam yang berat
b)                      Pekerjaan yang membutuhkan tenaga masal
c)                       Upacara keagamaan yang sakral
d)                      Musuh yang datang dari luar
2. Akomodasi (accomodation)
  Akomodasi adalah suatu proses penyesuaian diri dari orang perorang atau kelomp
ok-kelompok manusia yang semula saling bertentangan sebagai upaya untuk mengatasi ketegangan-ketegangan. Ada beberapa macam bentuk akomodasi, berikut ini adalah penjelasan singkatnya:
  1) Arbitrase
Arbitrase merupakan suatu pengendalian atau penyelesaian konflik yang menunjuk pihak ketiga untuk memutuskan konflik atau pertentangan tersebut. Dalam bentuk ini, pihak yang bertikai berusaha untuk mencari pihak ketiga untuk mengendalikan konflik tersebut.

  2) Mediasi
Mediasi merupakan penyelesaian konflik yang dilakukan melalui suatu jasa perantara yang bersikap netral. Pada mediasi, terdapat pihak yang berusaha untuk mempertemukan pihak-pihak yang bertikai antara dua belah pihak.

  3) Koersi
Koersi merupakan pengendalian konflik yang dilakukan dengan tindakan kekerasan. Sehingga, konflik tersebut tidak diselesaikan dengan cara damai tetapi dengan cara keras. Misalkan konflik antara masyarakat atas dan bawah yang saling bertikai dan pada akhirnya segerombolan masyarakat lain berusaha untuk melakukan tindakan anarkhis di antara salah satu anggota masyarakat tersebut misalnya dengan cara memukuli salah satu anggota masyarakatnya.

  4) Konsiliasi
Konsiliasi merupakan suatu pengendalian konflik dengan cara melalui lembaga tertentu. Pada bentuk ini, lembaga tertentu melakukan persetujuan pada kedua pihak yang bertikai sehingga tidak terulang kembali konflik tersebut. Misalkan, telah terjadi konflik pada ketua RT daerah Petukangan dengan ketua RT daerah Tangerang mereka berdua saling bertutur kata dengan cara mengakui dirinya sendiri siapa yang paling hebat diantara mereka berdua. Karena saling mengakui kehebatannya itu dan tidak mau kalah, maka timbul lah konflik diantara mereka berdua. Kemudian, untuk diselesaikannya, lembaga masyarakat meminta persetujuannya dari kedua pihak yang bertikai tadi agar konflik dapat reda. Lembaga masyarakat itulah yang disebut lembaga tertentu.

  5) Ajudikasi
Ajudikasi merupakan suatu pengendalian konflik yang diselesaikan dengan cara pengadilan atau diselesaikan di pengadilan. Pada bentuk ini, telah terjadi konflik yang terjadi antara dua belah pihak, kemudian pihak tersebut memilih untuk menyelesaikan konfliknya di pengadilan. Misalkan, Pak Ahmad dan Pak Ridwan sedang berbincang - bincang tentang masalah pekerjaan yang sedang dijalaninya. Kemudian, telah terjadi tidak persetujuan antara Pak Ahmad dan Pak Ridwan dalam bertutur kata, sehingga timbul lah konflik  maka mereka berdua memutuskan untuk meredakan konflik tersebut di pengadilan.

  6) Kompromi
Kompromi merupakan suatu persetujuan yang dilakukan dengan cara perdamaian untuk saling bersama-sama mengurangi tuntutan. Misalkan, Pedagang mie ayam melakukan protes terhadap pedagang gado-gado bahwa penghasilan yang di dapat oleh pedagang gado-gado lebih banyak dari pada pedagang mie ayam. Di karenakan yang paling laku terjual adalah pedagang gado-gado. Sehingga, pedagang mie ayam tidak setuju melihat hal itu, kemudian kedua pedagang tersebut saling marah-marahan dalam berbicara. Pada akhirnya, salah satu warga yang sedang membeli, melakukan persetujuan diantara mereka dengan cara damai untuk menyelesaikan masalah tersebut dan berusaha untuk saling mengurangi tuntutannya diantara mereka berdua.

  7) Toleransi
Toleransi merupakan suatu sikap saling menghargai perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam masyarakat.
Dalam bentuk ini, masyarakat harus saling menghargai satu sama lainnya. Apa yang dianutnya, apa yang dipercayainya, dan sebagainya. Sebagai contoh, Pekerja kantoran selama ini telah berteman baik dengan seorang yang beragama Islam. Pada suatu saat ia di PHK dan terpaksa mencari pekerjaan baru. Setelah ia mendapatkan pekerjaan baru tersebut, tak lama ia saling akrab dan sudah mulai terbiasa berinterkasi dengan teman-teman barunya. Pada suatu ketika ia mendapatkan teman dekat, lama kelamaan mereka menjadi bersahabat. Pada saat hari raya Natal ia berjalan-jalan dengan keluarga di pagi hari, tak lama diperjalanan ia melihat sahabatnya itu ingin memasuki gereja. Ia mulai tau bahwa sahabatnya bergama non muslim yaitu beragama Kristen. Disitu ia mempertemukan sahabatnya dan saling menyapa. Itulah yang disebut toleransi, jadi kita harus menghargai perbedaan dalam masyarakat. Kita boleh bergaul antara berbeda agama tetapi, kita tidak boleh ikut campur dalam urusan agama karena hukumnya musyrik.

  8) Stalamete
Stalamete merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan adanya kekuatan yang seimbang di antara kedua pihak yang bertikai. Sehingga, pertikaian tersebut terhenti pada titik tertentu.
  9) konversi ( conversion )
Konversi yaitu konflik apabila salah satu pihak bersedia mengalah dan mau menerima pendirian pihak lain.
   10) Segregasi
Segregasi yaitu upaya untuk saling menghindar diantara pihak-pihak yang bertikai untuk mengurangi ketegangan.
   11) Ceasefire
Ceasefire yaitu menunda perselisihan dalam jangka waktu tertentu sambil mengupayakan terselenggaranya penyelesaian konflik.
    12) Dispasement
Dispasement yaitu mengakhiri konflik dengan mengalihkan pada objek masing-masing.
                        Tujuan akomodasi :
  a).  mengurangi perbedaan pandangan, pertentangan politik, atau  permusuhan antarsuku atau antarnegara.
  b). mencegah terjadinya ledakan konflik yang mengarah pada benturan fisik.
  c).  mengupayakan terjadinya akomodasi di antara masyarakat yang dipisahkan   oleh sistem kelas atau kasta.
d). mengupayakan terjadinya proses pembauran atau asimilasi di antara kelompok kesukuan atau ras.


3. Asimilasi (assimilation)
  similasi adalah pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru. Suatu asimilasi ditandai oleh usaha-usaha mengurangi perbedaan antara orang atau kelompok. Untuk mengurangi perbedaan itu, asimilasi meliputi usaha-usaha mempererat kesatuan tindakan, sikap, dan perasaan dengan memperhatikan kepentingan serta tujuan bersama.
Hasil dari proses asimilasi yaitu semakin tipisnya batas perbedaan antarindividu dalam suatu kelompok, atau bisa juga batas-batas antarkelompok. Selanjutnya, individu melakukan identifikasi diri dengan kepentingan bersama. Artinya, menyesuaikan kemauannya dengan kemauan kelompok. Demikian pula antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.
Asimilasi dapat terbentuk apabila terdapat tiga persyaratan berikut:
·         Terdapat sejumlah kelompok yang memiliki kebudayaan berbeda
·         Terjadi pergaulan antarindividu atau kelompok secara intensif dan dalam waktu yang relatif lama
·         Kebudayaan masing-masing kelompok tersebut saling berubah dan menyesuaikan diri
Faktor-faktor umum yang mendorong atau mempermudah terjadinya asimilasi antara lain:
·         Toleransi di antara sesama kelompok yang berbeda kebudayaan
·         Kesempatan yang sama dalam bidang ekonomi
·         Kesediaan menghormati dan menghargai orang asing dan kebudayaan yang dibawanya.
·         Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat
·         Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan universal
·         Perkawinan antara kelompok yang berbeda budaya
·         Mempunyai musuh yang sama dan meyakini kekuatan masing-masing untuk menghadapi musuh tersebut.

Faktor-faktor umum yang dapat menjadi penghalang terjadinya asimilasi antara lain:
·         Kelompok yang terisolasi atau terasing (biasanya kelompok minoritas)
·         Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan baru yang dihadapi
·         Prasangka negatif terhadap pengaruh kebudayaan baru. Kekhawatiran ini dapat diatasi dengan meningkatkan fungsi lembaga-lembaga kemasyarakatan
·         Perasaan bahwa kebudayaan kelompok tertentu lebih tinggi daripada kebudayaan kelompok lain. Kebanggaan berlebihan ini mengakibatkan kelompok yang satu tidak mau mengakui keberadaan kebudayaan kelompok lainnya
·         Perbedaan ciri-ciri fisik, seperti tinggi badan, warna kulit atau rambut
·         Perasaan yang kuat bahwa individu terikat pada kebudayaan kelompok yang bersangkutan
·         Golongan minoritas mengalami gangguan dari kelompok penguasa



4. Akulturasi (acculturation)

Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Dan kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri.
Akulturasi merupakan sebuah istilah dalam ilmu Sosiologi yang berarti proses pengambil alihan unsur-unsur (sifat) kebudayaan lain oleh sebuah kelompok atau individu. Adalah suatu hal yang menarik ketika melihat dan mengamati proses akulturasi tersebut sehingga nantinya secara evolusi menjadi Asimilasi (meleburnya dua kebudayaan atau lebih, sehingga menjadi satu kebudayaan). Menariknya dalam melihat dan mengamati proses akulturasi dikarenakan adanya Deviasi Sosiopatik seperti mental disorder yang menyertainya. Hal tersebut dirasa sangat didukung faktor kebutuhan, motivasi dan lingkungan yang menyebabkan seseorang bertingkah laku.


INTERAKSI SOSIAL DISOSIATIF
Interaksi disosiatif merupakan bentuk interaksi sosial yang menghasilkan suatu perpecahan. Ada beberapa bentuk proses sosial disosiatif, antara lain kontravensi, persaingan (competition), dan pertentangan atau konflik.
a.                                               Kontravensi
kontravensi adalah proses sosial yang berada diantara persaingan dan pertentangan/konflik. Kontravensi terwujud dengan adanya sikap tidak senang, rasa benci atau keragu-raguan, baik secara jelas maupun tersembunyi terhadap orang-orang atau unsur-unsur kebudayaan golongan tertentu tanpa menimbulkan perpecahan atau pertentangan. Misalnya saja aksi Golput dalam pemilu. Menurut Leopold Von Wise & Howard Becker, kontravensi memiliki lima bentuk, yaitu :
1.                                               Bersifat umum (General Contravention), misalnya aksi protes, perbuatan menghalang-halangi atau mengacaukan rencana pihak lain.
2.                                               Bersifat sederhana (Medial Contravention), misalnya memaki, memfitnah atau menyebarkan selebaran gelap.
3.                                               Bersifat intensif (Intensive Contravention), misalnya menghasut, menyebarkn desas-desus.
4.                                               Bersifat rahasia (Mystery), misalnya berkhianat atau menjadi mata-mata pihak musuh.
5.                                               Bersifat taktis (Tactic Contravention), misalnya mengejutkan pihak lawan dalam pemilu.

b.                                               Persaingan (Competition)
Persaingan atau kompetisi merupakan suatu proses sosial dimana individu-ndividu saling bersaing untuk mencari keuntungan dalam bidang-bidang kehidupan dengan cara menarik perhatian publik tanpa menggunakan ancaman atau cara-cara kekerasan. Persaingan dapat dilakukan dengan cara perorangan (Rivalry) ataupun secara kelompok (misalnya, antara dua kelompok perusahaan besar yang bersaing untuk memenangkan tender). Ada beberapa bentuk persaingan yang terjadi di masyarakat, yaitu sebagai berikut :
1.       Persaingan ekonomi, timbul karena terbatasnya jumlah sumber daya alam dibandingkan jumlah konsumen. Contoh konkretnya persaingan dua perusahaan besar dalam menarik minat konsumen.
2.       Persaingan kebudayaan, timbul akibat adanya dua kebudayaan atau lebih dalam kehidupan masyarakat tertentu. Misalnya, kebudayaan belanda yang memasuki Indonesia pada akhir abad ke-15 sehingga harus berhadapan dengan kebudayaan asli masyarakat Indonesia.
3.       Persaingan kedudukan/peran, dapat terjadi baik secara individu maupun secara kelompok. Persaingan ini dapat timbul tergantung pada apa yang paling dihargai oleh masyarakat yang bersangkutan. Misalnya seseorang yang ingin menjadi presiden, mereka saling bersaing untuk mendapat kedudukan tersebut.
4.       Persaingan ras, merupakan persaingan di bidang kebudayaan yang dicirikan oleh perbedaan warna kulit, bentuk dan warna rambut, serta cirri-ciri fisik lainnya. Persaingan ras jika tidak dikelola dengan baik, maka akan menimbulkan konflik atau perpecahan dikalangan masyarakat.
Persaingan atau kompetisi memiliki beberapa fungsi positif, antara lain seperti berikut ini.
1.      Menyalurkan aspirasi individu atau kelompok secara kompetitif
2.      Menyalurkan daya kreatifitas dan daya juang yang dinamis
3.      Sebagai alternatif untuk menyalurkan keinginan-keinginan masyarakat
4.      Mengadakan seleksi agar dapat menempatkan individu sesuai dengan kedudukan, peran serta kemampuan
5.      Menghasilkan pembagian/spesialisasi kerja. 

c.                                               Pertentangan (konflik)
Konflik adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan cara menentang pihak lawan dengan menggunakan ancaman atau cara-cara kekerasan. Sebab-sebab munculnya pertentangan, antara lain :
1.                                               Perbedaan pendapat, pendirian atau perbedaan perasaan antar individu
2.                                               Perbedaan kebudayaan
3.                                               Perbedaan kepentingan dan
4.                                               Perubahan sosial 
Bentuk-bentuk pertentangan adalah sebagai berikut :
1.                                               Pertentangan pribadi, yang terjadi antar individu yang ditandai dengan rasa saling benci terhadap pihak lawan.
2.                                               Pertentangan rasial, misalnya pertentangan antara ras kulit putih dengan ras negro/kulit hitam
3.                                               Pertentangan antarkelas sosial, misalnya konflik antara majikan dengan buruh
4.                                               Pertentangan politik, misalnya konflik antara pendukung partai politik dalam pemilu
5.                                               Pertentangan internasional, yang diakibatkan adanya perbedaan-perbedaan kepentingan yang kemudian sampai pada persoalan kedaulatan Negara. Misalnya, lonflik antara kaum majikan dan buruh sering menimbulkan kasus hukum yang cukup pelik.
Beberapa akibat dari pertentangan atau konflik yang bisa terjadi adalah sebagai berikut :
1.      Timbulnya solidaritas in-group.
2.      Goyahnya persatuan kelompok, jika konflik terjadi di dalam tubuh sebuah kelompok
3.      Perubahan kepribadian individu yang mengalami konflik
4.      Hancurnya harta benda atau korban manusia
5.      Akomodasi, dominasi, dan takluknya salah satu pihak
  Upaya yang dilakukan untuk mengurangi atau memperbaiki situasi konflik, antara lain sebagai berikut :
1.      Kompromi, yaitu kedua belah pihak yang bertikai saling mengalah. Mereka saling memberi dan menerima kebijakan tertentu tanpa adanya paksaan
2.      Toleransi, yaitu sikap saling menghargai dan menghormati pendirian masing-masing pihak.
3.      Konversi, yaitu salah pihak bersedia mengalah dan mau menerima pendirian pihak lain
4.      Coercion, yaitu penyelesaian konflik melalui suatu proses yang dipaksakan
5.      Mediasi, yaitu penyelesaian suatu konflik dengan menggunakan pihak ketiga yang netral dan berfungsi sebagai penasehat
6.      Arbitrase, yaitu penyelesaian konflik melalui pihak ketiga (Lembaga Arbitrase) yang dipilih oleh kedua belah pihak yang bertikai
7.      Konsiliasi, yaitu usaha untuk mempertemukan pihak-pihak yang bertikai dalam suatu perundingan agar diperoleh suatu persetujuan bersama.
8.      Ajudikasi, yaitu penyelesaian konflik di pengadilan
9.      Segresi, yaitu upaya untuk saling memisahkan diri dan saling menghindar di antara pihak-pihak yang bertikai dalam rangka mengurangi ketegangan dan menghilangkan konflik.
10.  Gencatan senjata, yaitu penangguhan konflik untuk jangka waktu tertentu sambil mengupayakan terselenggaranya upaya-upaya penyelesaian konflik


Lapisan Masyarakat

Stratification berasal dari stratum / strata yang berarti lapisan, Piritim A Sorokin mengatakan bahwa social stratification adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (Hirarkis).
Terjadinya lapisan masyarakat biasanya karena ada tingkat kepandaian, tingkat senior (umur), tingkat kekayaan, pendidikan, dan lain sebagainya.
Sifat sistem masyarakat bisa bersifat tertutup (closed social stratification) dan terbuka (open social stratification).
- Bersifat tertutup membatasi kemungkinan pinddahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan lain. Baik gerak ke atas maupun gerak ke bawah, dalam sistem ini satu-satunya jalan untuk menjadi anggota adalah dengan kelahiran.
Ukuran atau kriteria yang biasa dipakai untuk menngolongkan masyarakat ke dalam suatu lapisan di antaranya
1. Ukuran kekayaan
2. Ukuran kekuasaan
3. Ukuran kehormatan
4. Ukuran ilmu pengetahuan
2.5 UNSUR – UNSUR LAPISAN MASYARAKAT
1. Kedudukan (status)
Kedudukan di artikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial.
Masyarakat pada umumnya mengembangkan 2 macam kedudukan
a. Ascribed-status, yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan.
b. Achieved-Status adalah kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja, kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran. Tetapi terbuka bagi siapa saja tergantung dari berbagai kemampuan.
2. Peranan (role)
Merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakn hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan.
- Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat.
- Suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat
- Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.
Mobilitas Sosial
Adalah suatu gerak dalam struktur sosial, terbagi dua, ada gerak sosial yang horizontal, dan ada juga gerak sosial vertikal

2.6 Kelas-kelas dalam Masyarakat dan Pengaruhnya


            Sudah merupakan rahasia umum jika dalam kehidupan bermasyarakat kini telah banyak ditemui adanya kelompok-kelompok atau kelas-kelas yang berbeda satu sama lain. Entah berdasarkan keayaan, kekuasaan, ilmu pengetahuan, jabatan, atau apapun itu. Hal inilah yang kemudian dikenal dengan istilah stratifikasi atau pelapisan kelas-kelas sosial. Stratifikasi sosial dan kelas sosial adalah dua hal yang berbeda, tetapi seringkali dipergunakan secara bergantian sehingga dalam beberapa bagian menjadi rancu. Stratifikasi sosial sebenarnya lebih merujuk pada pembagian sekelompok orang ke dalam tingkatan-tingkatan atau strata yang berjenjang secara vertikal. Jadi apabila kita berbicara tentang stratifikasi sosial, kita akan berbicara tentang posisi yang tidak sederajat antar-orang atau antar-kelompok dalam masyarakat. Secara umum, stratifikasi sosial juga sering dikaitkan dengan persoalan kesenjangan atau polarisasi sosial.
  Sedangkan istilah kelas sosial lebih sempit dari itu. Istilah kelas lebih merujuk pada satu lapisan atau satu strata tertentu dalam sebuah stratifikasi sosial.  Orang-orang yang berasal dari suatu kelas sosial pada umumnya memiliki orientasi politik, nilai dan budaya, sikap, dan perilaku sosial yang pada umumnya  sama. Masyarakat kelas atas, misalnya, dalam banyak hal memiliki karakteristik yang berbeda dengan masyarakat miskin, bukan hanya dalam penampilan fisik mereka, seperti cara berpakaian dan saara transportasi yang dipergunakan, atau bahkan mereknya. Tetapi, antarmereka biasanya juga berbeda ideologi politik, nilai yang dianut, sikap, dan perilaku sehari-harinya.
  Secara sederhana, perbedaan kelas sosial bisa terjadi dan dilihat dari perbedaan besar penghasilan rata-rata seseorang setiap hari atau setiap bulannya. Namun, seperti yang dikatakan oleh Paul B. Horton dan Chester L. Hunt (1984) bahwa terbentuknya stratifikasi dan kelas-kelas sosial di dalamnya sesungguhnya tidak hanya berkaitan dengan uang. Kelas sosial adalah suatu strata atau pelapisan orang-orang yang berkedudukan relatif sama dalam kontinum atau rangkaian kesatuan status sosial. Mereka mempunyai jumlah penghasilan yang relatif sama. Namun, lebih penting dari itu, mereka memiliki sikap, nilai-nilai, dan gaya hidup yang sama. Semakin rendah kedudukan seseorang di dalam pelapisan sosial, biasanya semakin sedikit pula perkumpulan dan hubungan sosialnya. Orang-orang dari lapisan rendah lebih sedikit berpartisipasi dalam jenis organisasi apa pun (klub, organisasi sosial, lembaga formal, atau bahkan lembaga keagamaan) daripada orang-orang yang berasal dari strata atau kelas menengah dan atas.
  Terkait dengan adanya pembagian kelas-kelas dalam masyarakat seperti kelas atas dan kelas bawah diatas, setidaknya terdapat dua teori dasar yangmana saling bertolak belakang satu sama lain. Mereka adalah teori struktural fungsional dan teori konflik. Teori struktural fungsional adalah suatu bangunan teori yang paling besar pengaruhnya dalam ilmu sosial di abad sekarang. Tokoh-tokoh yang pertama kali mencetuskan fungsional yaitu August Comte, Emile Durkheim dan Herbet Spencer. Pemikiran structural fungsional sangat dipengaruhi oleh pemikiran biologis yaitu menganggap masyarakat sebagai organisme biologis yaitu terdiri dari organ-organ yang saling ketergantungan, ketergantungan tersebut merupakan hasil atau konsekuensi agar organisme tersebut tetap dapat bertahan hidup. Sama halnya dengan pendekatan lainnya pendekatan struktural fungsional ini juga bertujuan untuk mencapai keteraturan sosial. Jadi secara sederhana dapat dikatakan bahwa teori ini mendukung adanya pelapisan atau kelas-kelas dalam masyarakat. Diibaratkan orang kaya pasti akan membutuhkan orang miskin, begitupun sebaliknya. Jika semua orang di dunia ini kaya, maka siapa yang akan menjadi petani dan peternak yang mau memproduksi bahan makanan untuk orang kaya.
  Hal tersebut sangat bertolak belakang dengan teori konflik yang memiliki beberapa asumsi dasar yaitu: Masyarakat senantiasa berada di dalam proses perubahan yang tidak pernah berakhir. Proses perubahan masyarakat adat sederhana menjadi modern. Masyarakat mengandung konflik di dalam dirinya (konflik antar individu, antar kelompok, individu dengan kelompok). Setiap unsur dalam masyarakat memberikan sumbangan terjadinya disintegrasi atau perubahan sosial. Dari asumsi-asumsi dasar tersebut jelas terlihat bahwa teori ini menolak adanya stratifikasi atau pelapisan kelas-kelas sosial.
  Adanya wacana yang mengatakan bahwa kelas menengah keatas berpeluang lebih luas untuk menempati kedudukan-kedudukan diatas tidak dapat disangkal lagi. Secara langsung maupun tidak, golongan atas lebih mempunyai modal baik itu secara finansial, kekuasaan, wewenang maupun relasi antar sesama kelas menengah keatas. Walaupun dalam kenyataanya di lapangan tidak semua orang dari kalangan menengah keatas tersebut memiliki kemampuan atau daya saing yang memadai seperti dalam hal kecerdasan, ketanggapan dan kemampuan soft skills yang memadai. Namun, itu semua dapat ditutupi dengan modal yang telah dimiliki oleh kalangan menengah keatas tadi. Dengan adanya kekuasaan, kekayaan dan relasi, kalangan menengah keatas bisa saja memperoleh jabatan atau wewenang dan kekuasaan apapun sesuai yang ia inginkan.
  Sementara sebaliknya yang terjadi pada kalangan menengah kebawah. Walaupun sebenarnya diantara mereka terdapat beberapa individu yang cukup berkompeten, atau setidaknya lebih berkompeten daripada orang-orang yang lebih bermodal di kalangan menengah keatas, mereka seakan begitu sulit untuk mendapatkan posisi atau jabatan yang sejajar apalagi lebih tinggi dari orang-orang di kalangan menengah keatas. Kurangnya modal dan relasi menjadi faktor terpenting yang menyebabkan orang-orang di kalangan ini susah memperoleh jabatan atas.
  Contoh nyata yang sederhana saja, jika dilihat dari perekrutan PNS di daerah-daerah. Sudah merupakan rahasia umum lagi bahwa orang-orang yang mampu memberikan uang penghalus lebih banyak, apalagi mempunyai kenalan dengan orang-orang kalangan atas yang berwenang untuk itu, pasti mereka akan mempunyai kesempatan lebih besar untuk diterima walaupun pada kenyataannya tak selalu mereka yang diterima tersebut merupakan orang-orang dengan hasil nilai tes terbaik. Itu hanyalah sebagian fakta yang terjadi di daerah saja, belum di cakupan yang lebih luas dan tentunya tidak sesederhana hal tersebut.
  Dari semua penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa adanya pembagian kelas ataupun stratifikasi sosial secara tidak langsung telah membatasi ruang gerak tiap-tiap individu di masing-masing kelas untuk saling berinteraksi satu sama lain. Kalangan menengah keatas akan merasa lebih nyaman jika tetap berada di dalam kalangannya dan akan enggan untuk mencoba bergabung dengan kalangan menengah kebawah. Begitupun sebaliknya yang terjadi di kalangan menengah kebawah. Semua itu tergantung bagaimana kita melihat dan menyikapinya. Bukan hal yang mustahil jika orang-orang dari kalangan menengah kebawah memperoleh jabatan yang tinggi. Sekali lagi semuanya tergantung bagaimana kita menanggapi fenomena tersebut. Yang jelas kecenderungan tentu akan tetap ada yangseakan menjadi jurang pemisah antar masing-masing kelas dalam stratifikasi sosial








BAB III
          PENUTUP
3.1 Kesimpulan
  Interaksi sosial tidak dapat di pisahkan dari dari kehidupan masyarakat, antarindividu ataupun antar kelompok akan bisa berkomunikasi dan saling mengenal karna adanya interaksi yang mereka lakukan. Banyak sekali faktor-faktor yang mendasari proses interaksi, diantaranya :
·         Imitasi
·         Sugesti
·         Identifikasi
·         Simpati
·         Empati
·         Motivasi
Interaksi juga tejadi bila memenuhu syarat terjadinya interaksi, yaitu:
·         Kontak sosial
·         Komunikasi
Dalam kehidupan masyarakat secara sendirinya muncul yang dinamakan dengan lapiasan sosial, ini di karnakan perbedaan dari segi ekonomi,keturunan dan pendidikan.
3.2 saran
   Kami berharap semoga makalah yang kami buat bisa bermanfaat dan memberi pengaruh positif kepada semua pihak. Kami juga berharap setelah pembaca membaca makalah yang kami buat, pembaca bisa lebih mengerti dan memahami tentang interaksi dan lapisan sosial yang ada di masyarakat.
 


DAFTAR PUSTAKA
Budiarti, Atik Catur.2009. BSE Sosiologi Kontesktual x untuk SMA dan MA. Jakarta: Pusat Perbukuan
Cohen, Bruce J. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar (terjemahan). Jakarta:      Bina Aksara
Depdiknas.2006. kurikulum KTSP. Depdiknas, Jakarta
Hartono Paul B. et.al.1993. Sosiologi Sistematik. Yogyakarta:   Penerbit Kanisius
Kartono Kartini.1992. Patologi Sosial, jilid 1. Edisi baru. Jakarta: Rajawali Pers
Sears, David, O. et.al. 1994. Psikologi Sosial, jilid 1 dan 2. Jakarta: Erlangga
Soekanto, Soerjono.2005. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tutorial Lengkap Agar disetujui Daftar Google Adsense

Sejak membuat BLOGOOBLOK, ratusan sudah postingan yang saya buat. Tidak sedikit diantaranya membahas  Google Adsense . Ini menandakan...