Selasa, 11 November 2014

Hubungan Filsafat dengan Ilmu Akhlak



HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN ILMU AKHLAK
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Filsafat
Dosen :
Prof. Dr. Adang Hambali, M.Pd


Disusun Oleh :
Dedi Mulyana (1136000028)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2013



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Filsafat memang sedikit membingungkan. Namun dari filsafat itulah kita dapat mengetahui esensi suatu hal. Hingga kini menjadi pertanyaan. Filsafat masih saja menjadi kajian wajib diberbagai ajang pendidikan. Di Universitas Negeri maupun swasta. Dalam islam juga ada filsafat Islam, filsafat yang mengupas tentang keberadaan Islam itu sendiri.
Salah satu pengembangnya adalah ilmu akhlak, bagaimana keterkaitan filsafat dengan ilmu akhlak. Dimana ilmu akhlak membahasa tentang manusia dan filsafatpun membahas tentang segala yang ada. Artinya manusiapun dibahas oleh filsafat. Contoh para filosof muslim, diantaranya Ibn Sina dan Al-Ghazali, mereka memiliki pemikiran tentang manusia sebagaimana pemikirannya tentang jiwa.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan filsafat?
2.      Apa yang dimaksud Akhlak?
3.      Bagaimana hubungan filsafat dan Ilmu Akhlak?

C.    Tujuan Pembahasan
Selaras dengan rumusan masalah maka tujuan pembahasannya ialah:
1.      Untuk mengetahui pengertian filsafat.
2.      Untuk mengetahui pengertian Akhlak.
3.      Untuk mengetahui hubungan antara filsafat dan ilmu akhlak.

BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pengertian Filsafat

Dilihat dari arti praktisnya filsafat adalah alam berfikir atau alam pikiran. berfilsafat adalah berpikir. Langeveld, dalam bukunya “Pengantar pada pemikira filsafat” (1959) menyatakan, bahwa filsafat adalah perbincangan mengenai suatu hal, sarwa sekalian alam secara sistematis sampai ke akar-akarnya. Apabila dirumuskan kembali, filsafat adalah suatu wacana, atau perbincangan mengenai segala hal secara sistematis sampai konsekuensi terakhir dengan tujuan menemukan hakekatnya.[1]

2.      Perngertian Akhlak
Ibn Miskawaih (w. 412 H/1030 M) dikenal sebagai pakar bidang akhlak terkemuka dan terdahulu, secara singkat mengakatan, bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.[2]

3.      Hubungan Filsafat dengan Ilmu Akhlak
Di antara obyek pemikiran filsafat yang erat kaitannya dengan Ilmu Akhlak adalah tentang manusia. Para filosof muslim seperti Ibn Sina (9980-1037M.) dan Al-ghazali ( 1059-1111 M) memiliki pemikiran tentang manusia seperti terlihat dalam pemikirannya tentang jiwa.
[1] Sutardjo A. wirahimrardja, pengantar filsafat, Bandung: Refika Aditama, Cet I, 2006, hlm. 9-10
[2] Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: RajaGrafindo persada, Cet I, 1996, hlm. 2
Ibn Sina misalnya menyatakan bahwa jiwa manusia merupakan satu unit yang tersendiri dan mempunyai wujud terlepas dari badan. Jiwa manusia timbul dan tercipta tiap kali ada badan, yang sesuai dan dapat menerima jiwa, lahir di dunia ini. Pada permulaan wujudnya badanlah yang menolong jiwa manusia untuk dapat berpikir. Pancaindera yang lima dan daya-daya batin dari jiwa biatanglah yang seperti indera bersam, estimasi dan rekoleksi yang menolong jiwa manusia untuk memperoloh konsep-konsep dan ide-ide dari alam sekelilingnya.[3]
Pemikiran filsafat tentang yang dikemukakan Ibn Sina tersebut memberi petunjuk bahwa dalam pemikiran filsafat terdapat bahan-bahan atau sumber yang dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi konsep Ilmu Akhlak.
Pemikiraan tentang manusia dapat pula kita jumpai pada Ibn Khaldun. Dalam melihat manusia Ibn Khaldun mendasarkan diri pada asumsi-asumsi kemanusiaan yang sebelumnya lewat pengetahuan yang ia peroleh dalam ajaran Islam. Ia melihat manusia sebagai makhluk berpikir. Oleh karena itu manusia mampu melahirkan ilmu pengetahua dan ternologi. Manusia tidak hanya membuat kehidupannya, tetapi juga menaruh perhatian terhadap berbagai cara guna memperoleh makna hidup. Proses-proses semacam ini melahirkan peradaban.[4]
Tatapi kesempurnaan manusia tidak lahir begitu saja, melainkan malalui suatu proses tertentu. Khaldun menghubungkan kejadian manusia (sempurna) dalam perkembangan dan pertumbuhan alam semesta. Dalam pemikirannya tersebut tampak bahwa manusia adalah makhluk budaya yang kesempurnaanya baru akan terwujud jika ia berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Ini menunjukan tentang perlunya pembinaan manusia, termasuk dalam pembinaan akhlaknya.


 
[3] Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme dalm Islam, Jakarta: Bulan Bintang, Cet. III, hlm.38.
[4] M. Dawan Rajardjo (Ed.), Insan Kamil Konsepsi Manusia Menurut Islam, Jakarta: Grafiti Pers,        Cet. II, 1987, hlm. 151.
BAB III
KESIMPULAN

A.    KESIMPULAN

Filsafat ialah berpikir ke akar-akarnya untuk menemukan hakekat kebenaran, sedangkan Akhlak ialah kebiasaan seseorang atau perilahu seseorang yang dilakukan tanpa mempertimbangannya terlebih dahulu.
Filsafat dan ilmu Akhlak memang sangat erak hubungannya, karena filsafat membahas tentang manusia, dan manusia mempunyai jiwa yang menimbulkan perilaku. Perilaku tersebut disebut akhlak. Pemikiran filsafat tentang manusia dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi ilmu Akhlak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tutorial Lengkap Agar disetujui Daftar Google Adsense

Sejak membuat BLOGOOBLOK, ratusan sudah postingan yang saya buat. Tidak sedikit diantaranya membahas  Google Adsense . Ini menandakan...