Minggu, 27 Desember 2015

Makalah Penyusunan Rancangan Penelitian



PENYUSUNAN RANCANGAN PENELITIAN
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Metodologi Penelitian I

Dosen Pegampu         : Elis Anisah Fitriah, S.Psi., M.Psi.

Oleh    :
Kelompok 6
Dedi Mulyana (1136000028)
Yori Ambara Wati (1136000165)
Ratu erim muria nalar (1126000116)

 











FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2015/1436H

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik serta hidayahNyasehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Rancangan Penelitian (Research Design)”, dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian.
Makalah ini selesai tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dorongan atau bantuan secara langsung maupun tidak langsung, Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua , kritik dan saran kami harapkan bagi penyempurnaan makalah ini.







Bandung, 06 juli  2015


Penulis









BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Penelitian adalah suatu proses mencari sesuatu secara sistematik dalam waktuyang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku. Untukdapat menghasilkan suatu penelitian yang baik, maka si peneliti bukan saja harus mengetahuiaturan permainan, tetapi juga harus memiliki keterampilan-keterampilan dalammelaksanakan penelitian. Untuk menerapkan metode ilmiah dalam praktek penelitian, makadiperlukan suatu rancangan atau desain penelitian yang sesuai dengan kondisi, seimbangdengan dalam dangkalnya penelitian yang akan dilaksanakan. Desain penelitian harusmengikuti metode penelitian.Setelah menemukan permasalahan yang akan diteliti, maka langkah selanjutnyaadalah merumuskan rancangan penelitian. Dalam rancangan penelitian tersebut, akan tergambar langkah-langkah operasional yang akan dilakukan selama tahapan penelitian .Dengan demikian, pembuatan rancangan penelitian adalah sesuatu yang harus didahulukan oleh peneliti, sebelum melakukan serangkaian kegiatan penelitian. Karena di dalam rancangan penelitian kita akan mengetahui arti dari rancangan penelitian, kegunaan penelitian, langkah-langkah penelitian, dan jenis-jenis rancangan penelitian.










BAB II
PEMBAHASAN

B.   Pengertian Rancangan Penelitian

Menurut Karlinger,2014 Rancangan Penelitian (Research Design) ; ‘.. is the plan , structure, and strategy of investigation conserved so as to obtain yhe answer of research question and to control variance”.
Atau rencana, struktur, dan strategi penelitian untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan penelitian dan utuk mengendalikan varians.

Rancangan penelitian diartikan sebagai desain atau pola-pola operasional yangdapat dijadikan panduan atau pedoman teknis oleh peneliti dalam melaksanakan rangkaiankegiatan penelitian. Dikatakan sebagai pedoman teknis, mengingat dalam rancangan penelitian tersebut, dijelaskan langkah-langkah operasional pelaksanaan penelitian, mulaidari jenis penelitian yang digunakan, teknik pengumpulan data yang akan digunakan, teknik pengolahan dan analisis data, serta proses penarikan kesimpulan penelitian.
Dalam pengertian lainnya, rancangan penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam pengertian yang lebih sempit, rancangan penelitian hanya mengenai pengumpulan dan analisa data saja. Dalam pengertian yang lebihluas, rancangan penelitian mencakup proses-proses berikut :
a. Identifikasi dan pemilihan masalah penelitian.
b. Pemilihan kerangka konseptual untuk masalah penelitian serta hubungan-hubungandengan penelitian sebelumnya.
c. Memformulasikan masalah penelitian termasuk membuat spesifikasi dari tujuan, lingkup(scope) penelitian, dan hipotesa untuk diuji.
d. Membangun penyelidikan atau percobaan.
e. Memilih serta memberi definisi terhadap pengukuran variabel-variabel.
f. Memilih prosedur dan teknik sampling yang digunakan.
g. Menyusun alat serta teknik untuk mengumpulkan data.
h. Membuat coding serta mengadakan editing dan prosesing data.
i. Menganalisa data serta pemilihan prosedur statistik untuk mengadakan generalisasi sertainferensi statistik. 
j. Pelaporan hasil penelitian, termasuk proses penelitian, diskusi serta interpretasi data,generalisasi, kekurangan-kekurangan dalam penemuan, serta menganjurkan beberapa sarandan kerja penelitian yang akan datang.
Dari proses di atas, jelas terlihat bahwa proses tersebut terdiri dari dua bagian, yaitu:
a. Perencanaan penelitian. Proses perencanaan penelitian dimulai dari identifikasi, pemilihanserta rumusan masalah sampai dengan perumusan hipotesa serta kaitannya dengan teori dankepustakaan yang ada. 
b. Pelaksanaan penelitian atau proses operasional penelitian. Proses selebihnya merupakantahap operasional dari penelitian

 B.1 Tahap-Tahap Rancangan Penelitian

1.      Rencana : keseluruhan skema dalam penelitian (berkaitan dengan prosedur/termasuk di dalamnya garis besar tentang apa yang akan di lakukan).
2.      Struktur : memperlihatkan pradigma dari suatu penelitian ( yang di maksud dengan pradigma adalah gambaran model/struktur dari hubungan antar variabel serta operasionalisasnya).
3.      Strategi : menggambarkan metode pengumpulan data serta teknik analisis yang akan di gunakan.

B.2 Rancangan Penelitian Dapat Menentukan :
a. Apa yang akan di lakukan .
b. Bagaimana melakukan observasi dan berapa kali observasi harus di lakukan.
c. Menyarankan arah dari observasi dan analisis ..

d. Teknik statistik apa yang akan di gunakan.
e. Garis besar kesimpulan yang akan di tarik dari hasil analisis statistik.

B.3 Kegunaan Design Penelitian :
- Menyedaikan jawaban atas pertanyaan penelitian.
- Mengontrol/ mngendalikan varian.  

B.4 Fungsi Teknis Utama dari Rancangan Penelitian adalah Mengontrol Varians :
·         Mempertinggi/ memaksimalkan varians primer : memaksimalkan varians dari variabel – variabel yang ada dalam hipotesis substantif penelitian.
·         Mengendalikan varians sekunder : mengendalikan varians dari exstraneous variabel/ dapat emperngaruhi hasil penelitian.
·         Mengurangi eror variance : meminimalkan sekecil-kecilnya varian galat/ kesalahan eror , misalnya determinannya : perbedaan individu dan galat pengukurannya.

B.5 Jenis-Jenis Rancangan Penelitian :

1. Experimental Design
A.    Pra-Experimental Designs (non-designs).
            Dikatakan pre-experimental design, karena desain ini belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh. Hal ini disebabkan karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel terikat (dependen). Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel terikat (dependen) itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel bebas (independen). Hal ini bisa saja terjadi karena tidak adanya variabel kontrol dan sampel tidak dipilih secara acak (random). Bentuk pra-experimental designs antara lain:

 a. One-Shot Case Study (Studi Kasus Satu Tembakan) 
Dimana dalam desain penelitian ini terdapat suatu kelompok diberi treatment (perlakuan) dan selanjutnya diobservasi hasilnya (treatment adalah sebagai variabel independen dan hasil adalah sebagai variabel dependen). Dalam eksperimen ini subjek disajikan dengan beberapa jenis perlakuan lalu diukur hasilnya.

b.One Group Pretest-Posttest Design (Satu Kelompok Prates-Postes)
Kalau pada desain “a” tidak ada pretest, maka pada desain ini terdapat pretest sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.

c.Intact-GroupComparison
Pada desain ini terdapat satu kelompok yang digunakan untuk penelitian, tetapi dibagi dua yaitu; setengah kelompok untuk eksperimen (yang diberi perlakuan) dan setengah untuk kelompok kontrol (yang tidak diberi perlakuan).

B.     True Experimental Design.
Dikatakan true experimental (eksperimen yang sebenarnya/betul-betul) karena dalam desain ini peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan demikian validitas internal (kualitas pelaksanaan rancangan penelitian) dapat menjadi tinggi. Ciri utama dari true experimental adalah bahwa, sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara random (acak) dari populasi tertentu. Jadi cirinya adalah adanya kelompok kontrol dan sampel yang dipilih secara random. Desain true experimental terbagi atas :



a.Posstest-Only Control Design
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol.

b. Pretest-Posttest Control Group Design
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara acak/random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

c.The Solomon Four-Group Design
Dalam desain ini, dimana salah satu dari empat kelompok dipilih secara random. Dua kelompok diberi pratest dan dua kelompok tidak. Kemudian satu dari kelompok pratest dan satu dari kelompok nonpratest diberi perlakuan eksperimen, setelah itu keempat kelompok ini diberi posttest.

C.    Quasi Experimental Design
Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true experimental design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan experimen. Walaupun demikian, desain ini lebih baik dari pre-experimental design.
Quasi Experimental Design digunakan karena pada kenyataannya sulit medapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian.
Dalam suatu kegiatan administrasi atau manajemen misalnya, sering tidak mungkin menggunakan sebagian para karyawannya untuk eksperimen dan sebagian tidak. Sebagian menggunakan prosedur kerja baru yang lain tidak. Oleh karena itu, untuk mengatasi kesulitan dalam menentukan kelompok kontrol dalam penelitian, maka dikembangkan desain Quasi Experimental.

Desain eksperimen model ini diantarnya sebagai berikut:
 a.Time Series Design
Dalam desain ini kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak dapat dipilih secara random. Sebelum diberi perlakuan, kelompok diberi pretest sampai empat kali dengan maksud untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok sebelum diberi perlakuan. Bila hasil pretest selama empat kali ternyata nilainya berbeda-beda, berarti kelompok tersebut keadaannya labil, tidak menentu, dan tidak konsisten. Setelah kestabilan keadaan kelompok dapay diketahui dengan jelas, maka baru diberi treatment/perlakuan. Desain penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok saja, sehingga tidak memerlukan kelompok kontrol.

b.Nonequivalent Control Group Design
Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random.
Dalam desain ini, baik kelompok eksperimental maupun kelompok kontrol dibandingkan, kendati kelompok tersebut dipilih dan ditempatkan tanpa melalui random. Dua kelompok yang ada diberi pretes, kemudian diberikan perlakuan, dan terakhir diberikan postes.

c.Conterbalanced Design
Desain ini semua kelompok menerima semua perlakuan, hanya dalam urutan perlakuan yang berbeda-beda, dan dilakukan secara random.
          
2. Non- Experimental Design
a)      Rancangan Penelitian Korelasional
RP Korelasional menurut Gay (dalam Sukardi, 2008:165) penelitian korelasional merupakan salah satu bagian penelitian ex-post facto karena biasanya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam koefesien korelasi.



b)      Rancangan Penelitian Cross Sectional
RP Cross Sectional adalah penelitian yang di lakukan pada satu waktu dan satu kali, tidak ada follow up, untuk mencari hubungan antara variabel independen (faktor resio) dengan variabel dependen (efek).

c)      Rancangan Penelitian Longitudinal
RP Longitudinal adalah penelitian yang di lakukan dengan ciri : waktu penelitian laa, memerlukan biaya yang relatif besar dan melibatkan populasi yang mendiami wilayah tertentu, dan di pusatkan pada perubahan variabel amatan dari waktu ke wakktu.















KESIMPULAN

Penelitian adalah suatu proses mencari sesuatu secara sistematik dalam waktuyang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku. Dalam proses penelitian harus dibuat terlebih dahulu rancangan penelitian.
Rancangan penelitian adalah rancangan penelitian diartikan sebagai desain atau pola-pola operasional yangdapat dijadikan panduan atau pedoman teknis oleh peneliti dalam melaksanakan rangkaiankegiatan penelitian.
Ada beberapa tahap dalam proses pembuatan rancangan penelitian yang perlu diperhatikan , tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Rencana
2.      Struktur
3.      Strategi

Rancangan penelitian dapat menentukan beberapa hal penting, diantaranya yaitu :
a. Apa yang akan di lakukan .
b. Bagaimana melakukan observasi dan berapa kali observasi harus di lakukan.
c. Menyarankan arah dari observasi dan analisis ..

d. Teknik statistik apa yang akan di gunakan.
e. Garis besar kesimpulan yang akan di tarik dari hasil analisis statistik.
Ada juga fungsi Teknis Utama dari Rancangan Penelitian adalah Mengontrol Varians :
·         Mempertinggi/ memaksimalkan varians primer : memaksimalkan varians dari variabel – variabel yang ada dalam hipotesis substantif penelitian.
·         Mengendalikan varians sekunder : mengendalikan varians dari exstraneous variabel/ dapat emperngaruhi hasil penelitian.
·         Mengurangi eror variance : meminimalkan sekecil-kecilnya varian galat/ kesalahan eror , misalnya determinannya : perbedaan individu dan galat pengukurannya.
Jenis-jenis rancangan penelitian :
1. Experimental Design
A.    Pra-Experimental Designs (non-designs).

B.     True Experimental Design.
C.     Quasi Experimental Design






Jurnal Anxiety Disorder dan Analisisnya



Nama : Dedi Mulyana
NIM  : 1136000028

Judul :
Efek terapi kelompok bermain pada pengurangan gangguan kecemasan pemisahan pada anak-anak sekolah primitif
Latar belakang
            Gangguan kecemasan pada anak-anak di Teheran muncul karena mereka takut berpisah dengan orang tua mereka, bahkan mereka enggan berangkat kesekolah karena tidak ingin berpisah dengan orang tua, karena setiap berpisah mereka cemas.
            Terapi bermain dipakai karena melihat dari penelitian atau terapi bermain sebelumnya yang dilakukan telah berhasil mengontrol perilaku anak. Pada jurnal ini, untuk menentukan seberapa efek terapi bermain untuk mengobati kecemasan pada anak-anak di Teheran yang merasa cemas jika berpisah dengan orang tua mereka.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan efek terapi kelompok bermain pada gangguan kecemasan pemisahan pada anak-anak berusia 7-9 tahun di Teheran.
Hipotesis
Terdapat pengaruh terapi bermain dalam mengobati kecemasan pada ana-anak di Teheran.
Metodologi
Menggunakan semi eksperimental dengan kelompok kontrol. Sampel diambil dari 20 anak yang telah didiagnosis mengalami kecemasan, lalu di bagi menjadi 2 kelompok secara acak, yakni kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen menerima 10 kali terapi kelompok bermain sekali seminggu.
            Alat yang digunakan yakni memakai Raven BPT dan SCAS. Dalam sesi pengobatan dilakukan dalam 9 kali sesi, dimana dari sesi pertama sampai akhir dilakukan terus pendekatan secara bertahap.
Hasil
            Hasil IQ ditunjukan pada tabel.1 dengan IQ terendah 104 dan tertinggi 125. Tabel.2 disajikan mean dan standar Divisi anak-anak dan orang tua dalam pra-pos dan menindaklanjuti tes SCAS. Tabel.3 menunjukan adanya penurunan setelah terapi bermain. Tabel.4 menunjukan analisis kovarians dari gangguan kecemasan.
Dengan demikian terapi bermain yang dilakukan pada anak-anak yang mengalami gangguan kecemasan di Teheran, mengalami efek yang signifikan dan rata-rata kecemasan pada anak-anak tersebeut mengalami penurunan dan Juga tindak lanjut hasil menunjukkan bahwa efektivitas dari intervensi bisa bertahan setelah 1 bulan.
            Terapi bermain memberi anak-anak permain dan keterampilan, mengajarkan mereka agar lebih bersabar untuk menemui orang tua. Penelitian ini dilakukan terhadap anak-anak yang mengalami gangguan kecemasan karena terpisah dengan oratua mereka karena anak-anak itu harus pergi kesekolah. Terapi bermain ini cukup efektif dalam mengobati kecemasan anak, terapi ini memanfaatkan berbagai metode agar anak terstimulasi.

Penelitian selanutnya
saya kira penelitian ini menarik untuk dilakukan kembali, khususnya di indonesia dengan lebih banyak lagi sampel yang digunakan. Mengapa penelitian ini layak untuk diteliti lagi atau dipakai di indonesia karena melihat dari anak-anak indonesia pada jaman sekarang yang dimana-mana terjadi pelecehan sexsual pada anak. Nah, terapi bermain ini cocok jika diguanakan pada anak yang mengalami kecemasan karena pelecehan sexsual.





Available online at www.sciencedirect.com



Procedia - Social and Behavioral Sciences 69 (2012) 95 – 103



International Conference on Education and Educational Psychology (ICEEPSY 2012)


Efek terapi kelompok bermain pada pengurangan gangguan kecemasan pemisahan pada anak-anak sekolah primitif

Mehrangiz SHoaakazemi a* 1, Mehravar Momeni Javid b, Fariba Ebrahimi Tazekand c Zahra Shamloo Radd

Nayereh  Gholamie,


a,phd, Depatment of Counseling, Alzahra University,Tehran,Iran

b phd student, Depatment of Counseling, Shahid Chamran University,Ahvaz,Iran c MA, Depatment of Counseling ,Alzahra University,Tehran,Iran

dMA, , Department of Counseling, Azad University, Rudehen, Iran eMA, , Department of Counseling, Azad University, Rudehen, Iran
Abstrak

Itu normal untuk cemas dalam keadaan tertentu tetapi kecemasan gangguan adalah ketika anak-anak gelisah ketika tidak ada alasan untuk menjadi takut. Terjadinya gangguan kecemasan perpisahan masa kanak-kanak menempatkan individu pada peningkatan risiko mengembangkan beberapa jenis masalah psikologis lain di masa dewasa. Terapi bermain adalah cara yang baik untuk anak-anak terlibat dalam proses terapi. Ini memberikan perspektif kecerdasan beberapa dan mungkin memenuhi kebutuhan khusus anak-anak lebih efektif daripada 'berbicara' terapi tradisional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan efek terapi kelompok bermain pada gangguan kecemasan pemisahan pada anak-anak berusia 7-9 tahun di Teheran. Sampling adalah tujuan di mana 20 anak-anak yang didiagnosis sebagai gangguan kecemasan pemisahan, dipilih, dan secara acak dibagi menjadi dua eksperimental dan kelompok kontrol (10 mata pelajaran masing-masing). Kelompok eksperimental yang menerima 9 sesi terapi kelompok bermain sekali seminggu alat itu: 1) The Raven berwarna progresif matriks pengujian. Sebuah tes kecerdasan non-verbal untuk anak-anak muda with36 matriks desain. 2) Spence anak kecemasan skala (SCAS) dengan 44 pertanyaan dan analisis varians & kovarians 6 subscale digunakan untuk analisis data. Hasil analisis kovarians menunjukkan efek yang signifikan dari terapi kelompok bermain pada pengurangan gangguan kecemasan pemisahan pada anak-anak dalam posting uji dan menindaklanjuti panggung. (p < 0,05)

Kata kunci: grup terapi bermain, pemisahan gangguan kecemasan, anak-anak


1.       Pendahuluan



1 Mehrangiz SHoaakazemi

E-mail address: 0BVKND]HPL#\DKRR FRP

1877-0428 © 2012 The Authors. Published by Elsevier Ltd. Open access under CC BY-NC-ND license.

Selection and peer-review under responsibility of Dr. Zafer Bekirogullari of Cognitive – Counselling, Research & Conference Services C-crcs.

doi:10.1016/j.sbspro.2012.11.387

96                               Mehrangiz SHoaakazemi et al. / Procedia - Social and Behavioral Sciences 69 (2012) 95 – 103

Pemisahan kegelisahan biasanya muncul tiba-tiba pada anak-anak yang telah ada sebelumnya tanda-tanda kecemasan. Kecemasan begitu parah bahwa anak-anak tersebut tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari (American Psychiatric Association, 2000). Kontrol berlebihan atau perawatan orangtua cenderung untuk menyampaikan pesan kepada anak-anak bahwa mereka tidak mampu menghadapi keadaan menantang, karena itu mengintensifkan rasa ketidakamanan atau kecemasan (Gastel, & etal 2008). Ketika dipisahkan, mereka menjadi sibuk dengan ketakutan yang mengerikan dari bahaya yang akan datang kepada mereka atau kekhawatiran bahwa orangtua mereka tidak akan kembali. Perpisahan kecemasan dapat memberikan cara untuk sekolah fobia, dimana anak-anak akan menolak untuk pergi ke sekolah karena mereka takut pemisahan dari orang tua mereka (American Psychiatric Association., 2000). Prevalensi dari gangguan antara anak laki-laki dan perempuan dilaporkan sama Namun, dalam sampel epidemiologi gangguan ini lebih umum di kalangan girls(Scott&etal,2005). Gangguan mungkin bahkan mulai pada usia pra-sekolah, tapi sering dimulai pada (7 atau 8 Sadock & etal, 2003). Bukti menunjukkan bahwa masa kanak-kanak pemisahan kegelisahan menempatkan anak pada risiko tinggi untuk mengembangkan berbagai gangguan mental (Schneider et al 2011). terjadinya gangguan kecemasan perpisahan masa kanak-kanak menempatkan individu pada peningkatan risiko mengembangkan beberapa jenis masalah psikologis lain di masa dewasa. Mereka dapat mencakup dewasa pemisahan gangguan kecemasan, gangguan kepribadian (Osone & Takahashi, 2006).

Banyak anak-anak yang didiagnosis dengan gangguan kecemasan menjalani pengobatan perilaku kognitif yang sukses, meskipun beberapa anak menunjukkan paling tidak menanggapi pengobatan (Victor & etal, 2007). Telah diusulkan bahwa dalam konteks konseling, bermain untuk anak, apa verbalization adalah untuk orang dewasa (Tharinger & Stafford, 1995) dan sastra yang berkaitan dengan penggunaan terapi bermain dengan anak-anak sering menggambarkan bermain sebagai bahasa dan mainan sebagai kata-kata mereka (Hall & etali, 2002).

Terapi bermain adalah pendekatan terapeutik yang efektif untuk mengurangi kecemasan selama jangka waktu (Althy, 2005). Hal ini diketahui bahwa bermain adalah kegiatan pusat tunggal masa kanak-kanak dan spontan, menyenangkan, sukarela dan nongoal diarahkan kegiatan (Landreth, 2002). Permainan dapat membangun link antara anak-anak batin pikiran dan dunia luar mereka dan dapat membantu anak-anak yang mengontrol objek. Hal ini memungkinkan anak-anak untuk mengungkapkan pengalaman mereka, pikiran, emosi dan kecenderungan yang dianggap mengancam untuk mereka (Wethinton & et al, 2008).

Terapi kelompok bermain (kombinasi terapi bermain dan terapi kelompok) adalah alam hubungan antara dua pengobatan yang efektif. Terapi kelompok bermain adalah proses psikologis dan sosial di mana anak-anak belajar cara belajar dari diri sendiri maupun orang lain dengan menempa hubungan dengan satu sama lain di ruang bermain. Terapi bermain kelompok menyediakan terapis kesempatan untuk membantu anak-anak belajar bagaimana untuk memecahkan masalah (Dayle, 2002). Tujuan utama dari intervensi terapi bermain kelompok adalah untuk membantu anak-anak yang berpartisipasi dalam belajar, penghindaran diri, mendapatkan rasa tanggung jawab, mengendalikan emosi, menunjukkan rasa hormat, penerimaan diri dan menerima orang lain, meningkatkan perilaku seperti keterampilan sosial, meningkatkan harga diri dan mengurangi depresi (Baggerly & Parker, 2005).

Banyak penelitian menunjukkan bahwa terapi bermain telah berhasil membawa gangguan kecemasan pemisahan antara anak-anak di bawah kendali. Penelitian oleh Kendall (2007), 47 anak dengan Generalized kecemasan Disorder (GAD), gangguan kecemasan pemisahan, Avoidant gangguan berpartisipasi. Analisis data mengungkapkan bahwa gejala gangguan kecemasan antara 64 persen anak-anak di kelompok eksperimental menghilang. al(2007) ollendik & et dirancang sebuah program untuk anak-anak dengan gangguan kecemasan pemisahan. Beberapa program lanjutan juga dilakukan untuk periode 3 bulan, 6 bulan atau satu tahun setelah pengobatan. Hasilnya menunjukkan bahwa intervensi memiliki efek yang luar biasa pada pengobatan. Juga terakhir & et al(1998) melakukan penelitian tentang efektivitas terapi bermain pada peningkatan pemisahan gangguan kecemasan, yang hasilnya menunjukkan peningkatan antara anak-anak sekolah (Bernsyein & etal, 2005)

LEBLAN & Ritchie (2001) dilakukan suatu meta-analisis hasil terapi bermain dengan anak-anak untuk menentukan efektivitas keseluruhan terapi bermain dan variabel yang terkait dengan efektivitas. Hubungan yang kuat antara efektivitas pengobatan dan masuknya orang tua dalam proses terapi dilaporkan. Terapi bermain tampaknya sebagai efektif sebagai bebas-bermain terapi dalam mengobati anak-anak yang mengalami kesulitan emosional.

Shen(2002) menyelidiki efektivitas jangka pendek kelompok anak bermain terapi di sekolah dasar pengaturan dengan anak-anak Cina di Taiwan yang mengalami gempa bumi pada tahun 1999. 65 anak (usia 8-12 thn) diputar. Temuan mengungkapkan anak dalam kelompok eksperimental mencetak secara signifikan lebih rendah pada risiko kecemasan tingkat dan bunuh diri setelah terapi bermain daripada anak-anak dalam kelompok kontrol.
Baggerly (2004) diselidiki terapi bermain kelompok Effects of Child-Centered pada konsep-diri, depresi, dan kecemasan anak-anak yang Homeless.S analisis tatistical mengungkapkan anak-anak menerima anak bermain terapi secara signifikan meningkat dalam harga diri, kecemasan, dan depresi

Bretton & etal (2005) menyelidiki efektivitas terapi bermain dengan anak-anak: review meta analitik hasil pengobatan. Analisis mengungkapkan bahwa efek yang lebih positif untuk humanistik daripada untuk humanistik bebas perawatan dan yang menggunakan orangtua dalam terapi bermain menghasilkan efek terbesar. Terapi bermain muncul sama-sama efektif di usia, jenis kelamin, dan masalah presentasi.

Bratton & Ray, (2000) diringkas hasil kajian pustaka komprehensif 82 terapi bermain penelitian dari 1942 – 2000 di mana hasil positif dicatat dengan masing-masing bidang penelitian. Konsep-diri, penyesuaian perilaku, keterampilan sosial, emosional penyesuaian, intelijen, dan kecemasan ketakutan adalah topik yang menunjukkan signifikans kebanyakan mengenai efektivitas terapi bermain.
2. metodologi

Metode penelitian adalah semi eksperimental dengan kelompok kontrol. Prosedur pengambilan sampel adalah tujuan di mana 20 anak-anak yang didiagnosis sebagai gangguan kecemasan pemisahan, dipilih dan secara acak dibagi menjadi dua eksperimental dan kelompok kontrol (10 mata pelajaran masing-masing). Kelompok eksperimental menerima 10 sesi terapi kelompok bermain sekali seminggu.

2.1. peralatan

Raven berwarna progresif matriks pengujian Natalie Bass

Raven BPT dikenal secara internasional sebagai budaya-adil atau budaya berkurang tes kecerdasan non-verbal untuk anak-anak muda (Raven et al., 1990). The sasaran pengujian ditampilkan serangkaian pola dengan bagian-bagian yang hilang. Dalam standardisations hari, keandalan tes ulang Raven BPT diturunkan menjadi.90 atas seluruh jajaran pengembangan (Raven & et al, 1990), (Natalie Bass, 2002).

Anak-anak Spence kecemasan skala

SCAS pada awalnya dikembangkan untuk menilai gejala kecemasan diakui untuk mewakili subtipe anak kecemasan, konsisten dengan gangguan kecemasan DSM-IV tertentu (Spence, 1998). Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa telah meneliti sifat psikometrik SCAS. Skala telah menunjukkan konsistensi internal yang tinggi, tidak hanya untuk total score, tetapi juga untuk setiap subscale, dengan keandalan memuaskan testretest (Spence, 1998; Spence et al., 2003; Muris et al, 2002).

2.2. sesi perencanaan pengobatan

Sesi pertama: Membangun hubungan yang tepat dengan anak dalam cara bahwa anak merasa nyaman ketika terapis hadir, berbicara tentang kepentingan anak, menggambar sebuah lukisan oleh anak dan bertanya tentang lukisan digambar untuk pengumpulan informasi tentang kepribadian anak dan perilaku, menyelesaikan kalimat untuk mengevaluasi tingkat keparahan anak kecemasan oleh terapis dalam kondisi yang berbeda dan keadaan.

Sesi kedua: Sesi ini bertujuan untuk menilai anak pemahaman dan pengetahuan tentang emosi dan juga mengajar emosi utama (ketakutan, kemarahan, kesedihan dan kebahagiaan) dan wajah-fisik perubahan terkait dengan berbagai emosi melalui buku pendidikan dan pemodelan langsung.

Sesi ketiga: Sesi ini bertujuan untuk menyelesaikan kesadaran anak emosi yang berbeda. Untuk tujuan ini, bermain dilakukan dengan kata-kata yang emosional. Terapis memberitahu cerita dan anak harus mengakui perasaan karakter yang berbeda dalam cerita.

Sesi keempat: Sesi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran anak mereka sendiri perilaku dan bertindak dalam emosi yang berbeda dan juga bertujuan mempromosikan kesadaran tentang perubahan fisiologis yang berhubungan dengan mereka. Untuk tujuan ini, terapis dan anak bertindak dalam keadaan-keadaan yang digambarkan oleh anak sebagai penyebab kecemasan dan setiap kali peran terapis dan anak adalah bergeser dengan penekanan pada tindakan raga dan perubahan fisiologis.

Kelima sesi: Bertindak berdasarkan emosi terapis dan anak itu bergantian memainkan mime di mana aktor emosi harus ditebak oleh terapis atau anak. Menceritakan cerita (dengan tema anak kecemasan) dan kemungkinan partisipasi anak dalam proses bercerita dengan tujuan terapeutik cerita dalam pikiran.

Sesi keenam: Sesi ini bertujuan untuk membiarkan emosi yang tidak diinginkan dan katarsis (merobek-robek kertas teknik) dan menampilkan simpati bagi anak.

Ketujuh sesi: Sesi ini bertujuan untuk menyediakan metode komparatif dan positif monolog anak. Dalam sesi ini terapis dapat menceritakan sebuah cerita yang didasarkan pada anak kecemasan dan meminta anak untuk membantu anak dalam cerita mengurangi / takut atau kesedihan. Kemudian, anak dan terapis dapat berlatih memberikan solusi dalam kerangka permainan.

Kedelapan sesi: Ikhtisar sesi terakhir ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran anak / emosi dan tindakan dalam menyebabkan kecemasan situasi. Menyediakan "My Book" dengan bantuan terapis dan analisis faktor berulang Spence kecemasan.

Sesi kesembilan: Sesi ini diadakan satu bulan setelah sesi pengobatan terakhir untuk menindaklanjuti efek pengobatan. Dalam sesi ini faktor Analisis Spence kecemasan dilakukan untuk menilai keberlanjutan efek pengobatan.

Statistical analysis

TABLE 1

Mean and standard deviation of two groups in Quality of life (pre-Test).

variable
Groups
N
M
SD







Physical heath
Experimental
12
8/8
3/73


Control
12
10
4/87

Psycho logical
Experimental
12
10
3/29

heath
Control
12
8/5
4/11

Social relationship
Experimental
12
7/9
2/84


Control
12
8/6
2/22

Environment of life
Experimental
12
9/4
4/27


Control
12
5/6
3/56







Mehrangiz SHoaakazemi et al. / Procedia - Social and Behavioral Sciences 69 (2012) 95 – 103
99







TABLE 2

Mean and Standard deviation in Quality of life (post-Test)
variable
Groups
N
M
SD





Physical heath
Experimental
12
6/8
3/35

Control
12
9/6
5/12
Psycho logical
Experimental
12
5/5
2/83
heath
Control
12
8/1
3/47

Experimental
12
6/2
2/2
Social relationship
Control
12
8/4
2/2

Experimental
12
4/8
3/67
Environment of life
Control
12
5/7
3/62







TABLE 3

T –Test to independent group (experimental and control) in physical heath
Variable
N
Different score
Standard
Error
Different   T



deviation


mean







Experimental
12
-2
2/26
0/71
-1/6
2/13
Control
12
-0/4
0/69
0/22



For all variables, Df= 22 and P<0/05


TABLE 4

T – Test for independent groups in psychological health
Variable
N
Different score
Standard
Error
Different   T



deviation


mean







Experimental
12
-4/5
1/84
0/58
-4/6
2/13


Control         12            -0/4            0/69                         0/22

100                              Mehrangiz SHoaakazemi et al. / Procedia - Social and Behavioral Sciences 69 (2012) 95 – 103


For all variables, Df= 22 and P<0/001










TABLE 5

T – Test for independent groups in social relation
Variable
N
Different score
Standard
Error
Different
T



deviation


mean








Experimental
12
-1/7
2/66
0/84
-1/5
1/70

Control
12
-0/2
0/42
0/13



For all variables, Df=22 and P<0/05




TABLE 6

T – Test for independent groups in environment life
Variable
N
Different score
Standard
Error
Different  T



deviation


mean







Experimental
12
-4/6
2/91
0/92
-4/7
5/07
Control
12
0/1
0/31
0/1


For all variables, Df=22 and P<0/001


2.3. hasil

Tingkat makna yang dipilih untuk semua analisis adalah 0,05. Hasil IQ di Raven (BPT) tes menunjukkan di table1. Seperti yang ditunjukkan IQ rendah = IQ 104 dan tinggi = 125. Tabel 2 disajikan mean dan standar Divisi anak-anak dan orang tua dalam pra-pos dan menindaklanjuti tes (SCAS). Sesuai dengan tabel 2, ada perbedaan yang signifikan dalam gangguan kecemasan pemisahan berupa anak (SCAS). Dan juga ada perbedaan yang signifikan dalam gangguan kecemasan pemisahan berupa orangtua (SCAS). Tabel 3 menunjukkan analisis kovarians gangguan kecemasan pemisahan di stage1. Sesuai Tabel 3 ada tidak ada interaksi antara pretest dan variabel independen yang menunjukkan bahwa terapi bermain secara signifikan menurun rata-rata pemisahan gangguan kecemasan. Tabel 4 menunjukkan analisis kovarians dari separatio
gangguan kecemasan dalam tahap 2. Dengan demikian ada tidak ada interaksi antara pretest, test posting dan variabel independen yang menunjukkan bahwa terapi bermain secara signifikan menurun rata-rata pemisahan gangguan kecemasan. Juga tindak lanjut hasil menunjukkan bahwa efektivitas dari intervensi bisa bertahan setelah 1 bulan.

3. diskusi

Penelitian ini dilakukan untuk menilai efektivitas terapi bermain mengurangi gangguan kecemasan pemisahan antara 7-9 tahun anak. Sepertinya anak-anak dengan gangguan kecemasan pemisahan di usia sekolah mulai perjuangan dengan gangguan setelah mengalami periode pertama pemisahan dari orang tua mereka dan mengatasi dengan menunda keinginan mereka. Bermain terapi dapat membantu anak-anak mengenali pikiran mereka tidak tepat dan tidak logis melalui menunjukkan bertindak dan wayang. Melalui drama ini dan yang komplementer, seperti miming emosi, anak dibantu dengan katarsis dan melepaskan emosi yang merupakan langkah perbaikan. Melalui bermain, anak-anak belajar mereka akan dapat mengunjungi orang tua mereka jika mereka menjadi sedikit lebih sabar. Anak-anak belajar bertanggung jawab terutama dalam istilah sosial, dan mempercayai orang lain. Untuk anak-anak yang gelisah dan tidak stabil dalam studi mereka, terapis dapat mengambil keuntungan dari merobek-robek kertas teknik untuk menilai anak ketegangan. Kemudian terapis dapat menggunakan metode mengurangi dan kelompok bermain dalam bentuk kelompok-kelompok yang homogen, dan membantu anak-anak untuk katarsis. Peranserta orangtua mengawasi anak-anak memperoleh perilaku dan mengelola perilaku anak-anak dapat berguna dan akibatnya dapat meningkatkan hasil pengobatan. Temuan ini juga konsisten dengan bukti-bukti yang ada efektivitas terapi bermain dengan anak-anak (e.g.Baggerly,2004; Bratton & etal, 2000; Leblann & Ritchie, 2001; Dayle, 2002; Shen, 2002) terutama dalam mengurangi gangguan kecemasan pemisahan (misalnya, Kandall, 2007; ollendik & etal, 2007; Terakhir &etal1998; Bernsyein & etal, 2005). Dalam menjelaskan penemuan ini dapat dikatakan bahwa terapi bermain berfokus pada pikiran tidak tepat dan tidak logis anak-anak dengan berbagai metode dan menggantikan pikiran ini dengan tepat dan logis yang melalui teknik bermain. Oleh karena itu, karena metode pengobatan ini perhatian dua komponen utama dari gangguan pada anak-anak dan remaja, yaitu pengakuan dan perilaku, dan mengambil keuntungan dari permainan yang merupakan kegiatan yang menarik untuk anak-anak, pengobatan menghasilkan hasil yang efektif.

References

American Psychiatric Association. Anxiety Disorders. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision. Washington, DC: APA; 2000:429-484

Althy, A.L. (2005). Effects of a trained therapy dog in child-centered play therapy on children’s biobehavioral measures of anxiety. Dissertation, Unevesity of North Texas.


Baggerly, J.(2004). The Effects of Child-Centered Group Play Therapy on Self-Concept, Depression, and Anxiety of Children Who Are Homeless. International Journal of Play Therapy, Vol 13(2), 31-51

Baggerly, J., & Parker, M., (2005). Child-centered group play therapy with African American boys of the elementary school level, Journal of Counseling & Development, 83. 387-396.

Bass, N.(2000) The Raven’s Coloured Progressive Matrices Test. partial fulfillment of the requirements for the degree of Master of Social Science. (Clin Psych) in the Department of Psychology, Rhodes University, Grahamstown.

Bernsyein ,A, Gail, Layne,Egone,Tennison(2005),school- baced interview for anxious children ,journal of the American academy of child and adolescent psychiatry, Baltimore,vol 44.Iss 11,pg.1118

102                              Mehrangiz SHoaakazemi et al. / Procedia - Social and Behavioral Sciences 69 (2012) 95 – 103


Bratton, S,. Ray, D., (2000) What the research shows about play therapy. International Journal of Play Therapy, Vol 9(1), 2000, 47-88.

Bratton, S, C.,Ray,D,. Rhine, T,. Jones, L(2005) The Efficacy of Play Therapy With Children: A Meta-Analytic Review of Treatment Outcomes. Professional Psychology: Research and Practice, Vol 36(4), 376-390

Dayle J, K., (2002). Group play therapy with sexually abused preschool children: Group behaviors and interventions, Journal for Special in Group Work.

Gastel, W.V., Legerstee, J.S, & Ferdinade, R.F. (2008). The role of perceived parenting in familial aggregation of anxiety disorder in children. Anxiety Disorder. Article in press.

Hall, T., Gerard-Kaduson, H., & Schaefer, C. (2002). Fifteen effective play therapy techniques.

Kendall, P .C (2007), Anxiety disorders: Researchers from tempie university,Department of psychology describe findings in anxiety disorders in children,www.prequest.com

Landreth, G. (2002). Play therapy: The art of relationship. New York: Brunner-Routledge. Professional Psychology: Research and Practice, 33, 515-522.

Leblan ,M., &Ritchie, M. (2001). A meta-analysis of play therapy outcomes. Counselling Psychology Quarterly, Vol 14 (2),149-163

Muris, P., et al., (2002). "Three Traditional and Three new Childhood Anxiety Questioners: Their Reliability and Validity in a Normal Adolescent Sample".Journal of Behavior Research and Therapy. 40:753- 772.

Ollendick,H, Thomas,Horsch,M,Laura(2007),Fears in clinic referred children; relations with child anxiety sensitivity,behavior therapy,vol 38,Iss,Pg.402

Osone, A., & Takahashi, S. (2006). Possible link between childhood separation anxiety and adulthood personality disorder in patients with anxiety disorders in Japan. Journal of Clinical Psychiatry, 67, 1451–1457.

Raven, J.C., Court, J.H. & Raven, J.C. (1990). Manual for Raven’s Progressive Matrices and Vocabulary Scales - Section 2: Coloured Progressive Matrices. Oxford: Oxford Psychologists Press.

Sadock, B.J. et al., (2003). Synopsis of Psychiatry Behavioral Sciences and Clinical Psychiatry. 9th editions, New York: John Wiley and Sons.

Schneider, S., Blatter-Meunier, J., Herren, C., Adornetto, C. In-Albon, T. & Lavallee, K. (2011) Disorder-specific cognitive-behavioral therapy for separation anxiety disorder in young children: A randomized waiting-list-controlled trial. Psychotherapy and Psychosomatics, 80(4), 206-215.

Scott, W, Roxanne, Mughelli and Deas (2005). An overview of controlled studies of anxiety disorders treatment in children and olderscents. journal of national medical association, 97,1,Proquest Health Module pg.147

Shen, Y. (2002). Short-term group play therapy with Chinese earthquake victims: Effects on anxiety, depression and adjustment. International Journal of Play Therapy, Vol 11(1),43-63.

Mehrangiz SHoaakazemi et al. / Procedia - Social and Behavioral Sciences 69 (2012) 95 – 103
103


Spence, S.H., Nauta, M.H., Abbott, M., Boomsma, A., Emmelkamp, P.M.G., Rapee, R.M., (2003). Psychometric Properties of the Spence children's Anxiety Scale with young adolescents. Journal of Anxiety Disorder. 17:605-625.

Spence, S.H., (1998). A Measure of Anxiety Symptoms among Children, BehavioralResearch. 36-5:545-566.

Tharinger, D., & Stafford, M. (1995). Best practices in individual counseling of elementary-age students. In A. Thomas & J. Grimes (Eds.), Best practices in school psychology.Washington: National Association of School Psychologists.

Victor, A.M., Bernat, D.H., Bernstein, GA. & Layne, A.E.(2007). Effect of parent and family characteristics on treatment outcome of anxious children. Journal of Anxiety Disorder.835-848.


Wethinton, H. R. Hahn, R.A. Fugua-Whitley, et al (2008). The effectiveness of interventions to reduce psychology harm form traumatic events among child and adolescents.

American Journal of Preventive Medicine. 35 (3). 287-373.

Tutorial Lengkap Agar disetujui Daftar Google Adsense

Sejak membuat BLOGOOBLOK, ratusan sudah postingan yang saya buat. Tidak sedikit diantaranya membahas  Google Adsense . Ini menandakan...