BERFIKIR
KREATIF
(CREATIVE
THINKING)
MAKALAH
Dosen
Pengampu : Ila Nurlaila Hidayat,
S.Psi
Pada
Tanggal : 16 April 2014
Disusun
Oleh : Afina Ratnasari (1136000003)
Ayu Sarah (1136000021)
Annisa Nurfitriani (1136000015)
Azhar Nurzaman (1136000022)
Awal Rochman (1136000020)
Dedi Mulyana (1136000028)
Engkos Kosasih (1136000038)
Kelas : II A
Jurusan : Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
2014/1436H
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berfikir Kreatif
Berfikir Kreatif,
itulah yang harus dimiliki setiap orang. Mungkin tanpa Berfikir Kreatif orang
akan kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan hidup di dunia. Kekreatifan akan
membedakan manusia satu dengan yang lain sebab memang orang yang kreatif itu
lebih maju daripada teman-temannya dan banyak idenya kelihatan aneh atau tidak
mungkin bagi mereka.
Berfikir
Kreatif bukanlah suatu yang baru.
Ahli-ahli fikir kreatif telah ada ribuan tahun yang lalu, mungkin jauh sebelum
menusia menemukan api dan roda. Para ahli fikir tersebut memberdayakan akal
pikirannya dan kemampuan kreatifitasnya untuk menghasilkan sesuatu yang baru.
Maka dari itu bukan tidak mungkin bagi kita untuk memaksimalkan kemampuan
kreatifitas kita sehingga menghasilkan prestasi.
Misalnya
pada wisausaha, Seorang wirausaha adalah seorang yang memiliki jiwa dan
kemampuan tertentu dalam berkreasi dan berinovasi. Ia adalah seseorang yang
memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to
create the new and different) atau kemampuan kreatif dan inovatif. Kemampuan
kreatif dan inovatif tersebut secara riil tercermin dalam kemampuan dan kemauan
untuk memulai usaha (start up), kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang baru
(creative), kemampuan untuk mencari peluang (opportunity), keberanian untuk
menanggung risiko(risk bearing) dan kemampuan untuk mengembangkan ide.
Disinilah suatu kreatifitas sangat diperlukan untuk mengembangkan ide dan
bahkan untuk mempertahankan suatu ide yang telah ada.
Dalam
berwirausaha terdapat persaingan yang ketat. Untuk memenangkan persaingan, maka
seorang wirausahawan harus memiliki daya kreativitas yang tinggi. Daya
kreativitas tersebut sebaiknya dilandasi oleh cara berpikir yang maju, penuh
dengan gagasan-gagasan baru yang berbeda dengan produk-produk yang telah ada
selama ini di pasar. Gagasan-gagasan yang kreatif umumnya tidak dapat dibatasi
oleh ruang, bentuk ataupun waktu. Justru seringkali ide-ide jenius yang memberikan
terobosan-terobosan baru dalam dunia usaha awalnya adalah dilandasi oleh
gagasan-gagasan kreatif yang kelihatannya mustahil.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
Apa pengertian kreativitas serta manfaatnya bagi manusia ?
1.2.2
Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi kreativitas manusia?
1.2.3
Bagaimana Teori Kreativitas?
1.2.4
Sebutkan tahapan dalam berfikir kreatif?
1.2.5
Bagaimana Kreativitas dalam Prespektif Alquran?
1.3
Tujuan
1.3.1
Untuk mengetahui pengertian kreativitas serta manfaatnya bagi manusia
1.3.2
Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi kreativitas manusia
1.3.3
Untuk mengetahui Teori Kreativitas
1.3.4
Untuk mengetahui tahapan dalam berfikir kreatif
1.3.5
Untuk mengetahui Kreativitas dalam Prespektif Alquran
1.4 Manfaat
1.4.1 Tercapainya tujuan makalah sehingga
hasilnya dapat dijadikan pertimbangan dalam
menganalisi tentang psikologi umum khususnya berfikir kreatif
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian kreativitas serta manfaatnya bagi manusia
A.
Pengertian kreativitas
Berikut ini kami sajikan beberapa pengertian
kreativitas yang dikemukakan oleh para ahli:
·
Pengertian Kreativitas
Menurut Widayatun: Kreativitas adalah
suatu kemampuan untuk memecahkan masalah, yang memberikan individu menciptakan
ide-ide asli/adaptif fungsi kegunaannya secara penuh untuk berkembang.
·
Pengertian Kreativitas
Menurut James R. Evans: Kreativitas
adalah keterampilan untuk menentukan pertalian baru, melihat subjek perspektif
baru, dan membentuk kombinasi-kombinasi baru dari dua atau lebih konsep yang
telah tercetak dalam pikiran
·
Pengertian Kreativitas
Menurut Santrock: Kreativitas adalah
kemampuan untuk memikirkan tentang sesuatu dalam cara yang baru dan tidak
biasanya serta untuk mendapatkan solusi-solusi yang unik.
·
Pengertian Kreativitas
Menurut Semiawan: Kreativitas adalah kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan
baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah. Kreativitas meliputi baik
ciri-ciri aptitude seperti kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), dan
keaslian (originality) dalam pemikiran, maupun ciri-ciri non aptitude, seperti
rasa ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan dan selalu ingin mencari
pengalaman-pengalaman baru.
·
Pengertian Kreativitas
Menurut Munandar: Kreativitas adalah
kemampuan untuk mengkombinasikan, memecahkan atau menjawab masalah, dan
cerminan kemampuan operasional anak kreatif.
Dalam KBBI, kreatif didefenisikan sebagai kemampuan
untuk mencipta atau proses timbulnya ide baru. Pada intinya pengertian
kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menciptakan sesuatu yang baru,
baik berupa gagasan maupun karya nyata, dalam bentuk ciri-ciri aptitude maupun
non aptitude, dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada,
dan semuanya relatif berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya. Sebenarnya, ada
banyak pengertian kreativitas, misalnya ada yang mengartikan kreativitas
sebagai upaya melakukan aktivitas baru dan mengagumkan. Di lain pihak, ada yang
menganggap bahwa kreativitas adalah menciptakan inovasi baru yang
mencengangkan.
·
Campbell (dalam
Manguhardjana, 1986) mengemukakan kreativitas sebagai suatu kegiatan yang
mendatangkan hasil yang sifatnya :
a. Baru atau novel, yang diartikan sebagai inovatif,
belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh dan mengejutkan.
b. Berguna atau useful, yang diartikan sebagai lebih
enak, lebih praktis, mempermudah, mendorong, mengembangkan, mendidik,
memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan
hasil yang baik.
c. Dapat dimengerti atau understandable, yang
diartikan hasil yang sama dapat dimengerti dan dapat dibuat di lain waktu, atau
sebaliknya peristiwa-peristiwa yang terjadi begitu saja, tak dapat dimengerti,
tak dapat diramalkan dan tak dapat diulangi.
·
Ciri-ciri kreativitas
Guilford (dalam Munandar, 2009) mengemukakan ciri-ciri
dari kreativitas antara lain:
a. Kelancaran berpikir (fluency of thinking), yaitu
kemampuan untuk menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran seseorang
secara cepat. Dalam kelancaran berpikir, yang ditekankan adalah kuantitas, dan
bukan kualitas.
b. Keluwesan berpikir (flexibility), yaitu kemampuan
untuk memproduksi sejumlah ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang
bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda,
mencari alternatif atau arah yang berbeda-beda, serta mampu menggunakan
bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran. Orang yang kreatif adalah orang
yang luwes dalam berpikir. Mereka dengan mudah dapat meninggalkan cara berpikir
lama dan menggantikannya dengan cara berpikir yang baru.
c. Elaborasi (elaboration), yaitu kemampuan dalam
mengembangkan gagasan dan menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu
objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.
d. Originalitas (originality), yaitu kemampuan untuk
mencetuskan gagasan unik atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli.
Maka,kreativitas merupakan kemampuan seseorang
berfikir dan bertingkah laku. Seseorang yang memiliki kreativitas atau
kemampuan berfikir divergensi yang tinggi tidak banyak kesulitan dalam
memecahkan masalah yang dihadapinya. Oleh karena itu, kreativitas yang
didefinisikan para ahli selalu berkaitan
dengan kemampuan berfikir dan bertingkah laku.
B. manfaat kreativitas bagi manusia
Seorang Albert Einstein berkata bahwa imajinasi lebih
baik dibanding kecerdasan. Imajinasi
berkait dengan kreatifitas. Kreativitas memberikan banyak manfaat bagi individu
maupun masyarakat luas. Berbagai manfaat dari kreativitas sebagai berikut:
·
Membuat Hidup Lebih Indah
Kreativitas akan membuat hidup menjadi lebih indah
karena akan dikelilingi oleh hal-hal yang bervariasi dan tidak monoton.
Menjalankan kegiatan yang penuh rutinitas akan membuat cepat merasa bosan,
tidak semangat, dan pasif. Melakukan hal-hal kreatif yang bervariasi akan
memberikan sesuatu yag baru dan segar. Selain bersekolah, sebagai remaja kita
juga perlu mencoba hal-hal baru yang positif.
·
Meningkatkan Apresiasi
terhadap Ide Orang Lain
Kreativitas akan meningkatkan pengertian dan apresiasi
akan berbagai gagasan orang lain. Orang yang kreatif pasti bisa menerima dan
menghargai ide-ide orang lain, tanpa memandang siapapun yang memberikan ide
tersebut.
·
Meningkatkan Motivasi dan
Semangat Hidup
Kreativitas akan meningkatkan semangat atau motivasi
hidup. Orang yang kreatif tidak akan takut kehilangan peluang, sebab ia bisa menciptakan
peluang sendiri. Orang yang kreatif tidak takut menghadapi masalah karena ia
mampu menyelesaikan masalah dengan daya kreatifnya.
·
Salah Satu Faktor
Kesuksesan Usaha
Semakin hari kreativtas dalam dunia usaha akan semakin
diperlukan. Dalam dunia bisnis kreativitas menjadi salah satu faktor kesuksesan
usaha. Semua kegiatan usaha memerlukan kreativitas, mulai penciptaan barang
atau jasa, cara produksinya, cara pemasaran, cara pembayaran, dan menjaga
kesetiaan pembeli untuk terus menggunakan produknya. Dengan semakin
meningkatnya persaingan usaha, kreativitas mutlak diperlukan oleh seorang
wirausaha untuk memenangkan persaingan.
·
Awal Terjadinya Inovasi
dan Perubahan
Kreativitas menjadi langkah awal terjadinya inovasi
(penemuan) perubahan-perubahan. Inovasi adalah hasil pendayagunaan kreativitas
tertentu sehingga menjadi sebuah cara, proses, produk, atau sumber nilai baru,
yang berbeda dari sebelumnya.
·
Meningkatkan Kualitas dan
Taraf Hidup Manusia
Kreativitas berperan besar dalam meningkatkan
kesejahteraan dan kualitas hidup manusia. Salah satu ciri karya yang kreatif
adalah yang memberikan manfaat sosial sebab jika tidak memberikan manfaat,
tidak ada artinya.
2.2
Factor-faktor yang mempengaruhi kreativitas manusia
·
Menurut Rogers (dalam
Munandar, 2009), faktor-faktor yang dapat mendorong terwujudnya kreativitas
individu diantaranya:
a.
Dorongan dari dalam diri sendiri (motivasi intrinsik)
Menurut
Roger (dalam Munandar, 2009) setiap individu memiliki kecenderungan atau
dorongan dari dalam dirinya untuk berkreativitas, mewujudkan potensi,
mengungkapkan dan mengaktifkan semua kapasitas yang dimilikinya. Dorongan ini
merupakan motivasi primer untuk kreativitas ketika individu membentuk
hubungan-hubungan baru dengan lingkungannya dalam upaya menjadi dirinya sepenuhnya
(Rogers dalam Munandar, 2009). Hal ini juga didukung oleh pendapat Munandar
(2009) yang menyatakan individu harus memiliki motivasi intrinsik untuk
melakukan sesuatu atas keinginan dari dirinya sendiri, selain didukung oleh
perhatian, dorongan, dan pelatihan dari lingkungan.
Menurut
Rogers (dalam Zulkarnain, 2002), kondisi internal (interal press) yang dapat
mendorong seseorang untuk berkreasi diantaranya:
1)
Keterbukaan terhadap pengalaman
Keterbukaan
terhadap pengalaman adalah kemampuan menerima segala sumber informasi dari
pengalaman hidupnya sendiri dengan menerima apa adanya, tanpa ada usaha
defense, tanpa kekakuan terhadap pengalaman-pengalaman tersebut dan keterbukaan
terhadap konsep secara utuh, kepercayaan, persepsi dan hipotesis. Dengan
Universitas
Sumatera Utara
demikian
individu kreatif adalah individu yang mampu menerima perbedaan.
2)
Kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang
(internal locus of evaluation)
Pada
dasarnya penilaian terhadap produk ciptaan seseorang terutama ditentukan oleh
diri sendiri, bukan karena kritik dan pujian dari orang lain. Walaupun demikian
individu tidak tertutup dari kemungkinan masukan dan kritikan dari orang lain.
3)
Kemampuan untuk bereksperimen atau “bermain” dengan konsep-konsep.
Merupakan
kemampuan untuk membentuk kombinasi dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.
b.
Dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik)
·
Munandar (2009)
mengemukakan bahwa lingkungan yang dapat mempengaruhi kreativitas individu
dapat berupa lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Lingkungan keluarga
merupakan kekuatan yang penting dan merupakan sumber pertama dan utama dalam
pengembangan kreativitas individu. Pada lingkungan sekolah, pendidikan di
setiap jenjangnya mulai dari pra sekolah hingga ke perguruan tinggi dapat
berperan dalam menumbuhkan dan meningkatkan kreativitas individu. Pada
lingkungan masyarakat, kebudayaan-kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat
juga turut mempengaruhi kreativitas individu. Rogers Universitas Sumatera Utara
(dalam
Munandar, 2009) menyatakan kondisi lingkungan yang dapat mengembangkan
kreativitas ditandai dengan adanya:
1)
Keamanan psikologis
Keamanan
psikologis dapat terbentuk melalui 3 proses yang saling berhubungan, yaitu:
a)
Menerima individu sebagaimana adanya dengan segala kelebihan dan
keterbatasannya.
b)
Mengusahakan suasana yang didalamnya tidak terdapat evaluasi eksternal (atau
sekurang-kurangnya tidak bersifat atau mempunyai efek mengancam.
c)
Memberikan pengertian secara empatis, ikut menghayati perasaan, pemikiran,
tindakan individu, dan mampu melihat dari sudut pandang mereka dan menerimanya.
2)
Kebebasan psikologis
Lingkungan
yang bebas secara psikologis, memberikan kesempatan kepada individu untuk bebas
mengekspresikan secara simbolis pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya.
Munandar
(dalam Zulkarnain, 2002) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas
dapat berupa kemampuan berpikir dan sifat kepribadian yang berinteraksi dengan
lingkungan tertentu. Faktor kemampuan berpikir terdiri dari kecerdasan
(inteligensi) dan pemerkayaan bahan berpikir berupa pengalaman dan ketrampilan.
Faktor kepribadian terdiri dari ingin tahu, harga diri dan Universitas Sumatera
Utara
kepercayaan
diri, sifat mandiri, berani mengambil resiko dan sifat asertif (Kuwato, dalam
Zulkarnain, 2002).
Selain
faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, terdapat berbagai faktor lainnya
yang dapat menyebabkan munculnya variasi atau perbedaan kreativitas yang
dimiliki individu, yang menurut Hurlock (1993) yaitu:
a.
Jenis kelamin
Anak
laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih besar daripada anak perempuan,
terutama setelah berlalunya masa kanak-kanak. Untuk sebagian besar hal ini
disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki dan anak perempuan.
Anak laki-laki diberi kesempatan untuk mandiri, didesak oleh teman sebaya untuk
lebih mengambil resiko dan didorong oleh para orangtua dan guru untuk lebih
menunjukkan inisiatif dan orisinalitas.
b.
Status sosial ekonomi
Anak
dari kelompok sosial ekonomi yang lebih tinggi cenderung lebih kreatif daripada
anak yang berasal dari sosial ekonomi kelompok yang lebih rendah. Lingkungan
anak kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi memberi lebih banyak kesempatan
untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan bagi kreativitas.
c.
Urutan kelahiran
Anak
dari berbagai urutan kelahiran menunjukkan tingkat kreativitas yang berbeda.
Perbedaan ini lebih menekankan lingkungan daripada bawaan. Anak yang lahir di
tengah, lahir belakangan dan anak tunggal mungkin Universitas Sumatera Utara
memiliki
kreativitas yang tinggi dari pada anak pertama. Umumnya anak yang lahir pertama
lebih ditekan untuk menyesuaikan diri dengan harapan orangtua, tekanan ini
lebih mendorong anak untuk menjadi anak yang penurut daripada pencipta.
d.
Ukuran keluarga
Anak
dari keluarga kecil bilamana kondisi lain sama cenderung lebih kreatif daripada
anak dari keluarga besar. Dalam keluarga besar, cara mendidik anak yang
otoriter dan kondisi sosioekonomi kurang menguntungkan mungkin lebih
mempengaruhi dan menghalangi perkembangan kreativitas.
e.
Lingkungan kota vs lingkungan pedesaan
Anak
dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif daripada anak lingkungan pedesaan.
f.
Inteligensi
Setiap
anak yang lebih pandai menunjukkan kreativitas yang lebih besar daripada anak
yang kurang pandai. Mereka mempunyai lebih banyak gagasan baru untuk menangani
suasana sosial dan mampu merumuskan lebih banyak penyelesaian bagi konflik
tersebut.
2.3
Teori kreativitas
Mackler
dan Shontz (Semiawan, 1998: 92) mengemukakan bahwa dalam studi kreativitas ada
6 (enam) teori pokok kreativitas, yaitu :
1. Teori Psikoanalisis.
2. Teori Assosiasionistik
3. Teori Gestalt
4. Teori Eksistensial
5. Teori Interpersonal.
6. Teori Trait
Sehubungan
degan teori kreativitas di atas, Sunarti, dkk (2001: 31-33) mengemukakan
mengenai deskripsi singkat tentang teori kreativitas tersebut yang antara lain
sebagai berikut :
1. Teori Psikoanalisis.
Teori
psikoanalisis dikembangkan oleh Freud dengan konsep sublimasi sebagai titik
tolaknya. Kemampuan sublimasi merupakan kemampuan merubah tujuan seksual asli
menjadi tujuan lain. Perbedaan individu dapat terjadi karena kekuatan instink
seksual dan kemampuan sublimasi tersebut. Menurut Freud dalam upaya
mengadaptasi kesukaran hidup terdapat tiga alat/cara yang dapat ditempuh yaitu
: (1) peralihan minat yang sangat kuat, (2) gratifikasi sunstantif, dan (3)
substansi yang memabukkan. Kreativitas dalam hal ini dipandang sebagai
pengganti yaitu alat yang dapat melepaskan diri dari kesukaran sehingga dapat
mencapai berbagai tingkat kepuasaan dalam waktu yang terbatas.
2. Teori Assosiasionistik.
Teori
assosiasionistik berkenaan dengan kreativitas yang dipelopori oleh Ribot yang
merupakan pelopor assosiasionist. Assosiasionist menunjukkan pada pertautan
dalam proses mental sehingga suatu proses cenderung menimbulkan proses mental
lainnya. Menurut teori assosiasionistik, dalam proses berfikir kreatif,
berfikir analogis memainkan peranan penting.
3. Teori Gestalt.
Teori
gestalt memfokuskan perhatiannya terhadap proses terjadinya persepsi dan
pengertian pada manusia. Teori ini mengemukakan bahwa pengalaman manusia
berstruktur yang terbentuk dalam suatu keseluruhan. Manusia mengamati stimulus
dalam keseluruhan yang terorganisir, bukan dalam bagian-bagian yang terpisah.
4. Teori Eksistensial.
Teori
eksistensial menjelaskan bahwa pribadi kreatif dalam momen-momen kreatifnya.
Teori eksistensial tidak mencoba mengurangi keseluruhan menjadi segmen-segmen
dan menjelaskan proses secara keseluruhan. Jika teori Gestalt memberikan konsep
kekuatan medan, struktur, gestalt dan vektor-vektor, maka teori eksistensial
hanya memberikan konsep encounter (pertemuan).
5. Teori Interpersonal.
Teori
interpersonal memandang kreativitas menekankan pada creator sebagai innovator dan orang lain yang mengenal dan
mengakui kreasinya. Dengan kata lain teori ini memandang penting arti nilai
dalam karya kreatif, karena nilai mengimplikasikan pengakuan dan kontrol
sosial.
6. Teori Trait.
Karakteristik
pada individu yang dapat diteliti melalui suatu pendekatan yang menekankan pada
perbedaan individual. Guilford menjelaskan bahwa trait utama pada manusia
berkaitan dengan kreativitas. Trait tersebut mencakup antara lain: sensitivitas
terhadap masalah, kelancaran berfikir, keluwesan berfikir, orisanalitas
berfikir, redefinisi dan elaborasi.
2.4
Tahapan proses berfikir kreatif
Menurut
Cropley (1999), terdapat 3 tahapan perkembangan kreativitas diantaranya:
a.
Tahap prekonvensional (Preconventional phase)
Tahap
ini terjadi pada usia 6–8 tahun. Pada tahap ini, individu menunjukkan
spontanitas dan emosional dalam menghasilkan suatu karya, yang kemudian
mengarah kepada hasil yang aestetik dan menyenangkan. Individu menghasilkan
sesuatu yang baru tanpa memperhatikan aturan dan batasan dari luar.
b.
Tahap konvensional (Conventional phase)
Tahap
ini berlangsung pada usia 9–12 tahun. Pada tahap ini kemampuan berpikir
seseorang dibatasi oleh aturan-aturan yang ada sehingga karya yang dihasilkan
menjadi kaku. Selain itu, pada tahap ini kemampuan kritis dan evaluatif juga
berkembang.
c.
Tahap poskonvensional (Postconventional phase)
Tahap
ini berlangsung pada usia 12 tahun hingga dewasa. Pada tahap ini, individu
sudah mampu menghasilkan karya-karya baru yang telah disesuaikan dengan
batasan-batasan eksternal dan nilai-nilai konvensional yang ada di lingkungan.
Kreativitas
dapat ditingkatkan dengan cara memahami bahwa proses kreatif terdiri dari empat
tahap yang masing-masing membutuhkan kerja keras.
1.
Persiapan : proses mengumpulkan informasi, menganalisa dan mengeksplor solusi.
Langkah ini mencakup persiapan akal untuk siap berfikir kreatif, Pelatihan
formal, pelatihan saat kerja, pengalaman bekerja dan mengambil peluang belajar
lainnya. Pelatihan ini memberikan dasar cara membangun kreatifitas dan inovasi.
2.
Inkubasi : Alam bawah sadar memerlukan waktu untuk merefleksi informasi yang
dikumpulkan
3.
Penerangan : inspirasi tidak datang saat seseorang sedang memikirkan suatu
masalah, melainkan ketika dia berada dalam keadaan yang rileks. fase dalam
proses kreatif ini terjadi selama fase inkubasi ketika terobosan spontan
menyebabkan seorang tersebut mendapatkan suatu pencerahan
4.
Verifikasi : Bagi wirausahawan, menguji ide memastikan akurasi dan manfaatnya,
dijalankan dengan melakukan percobaan, menjalankan simulasi, menguji pemasaran
produk atau jasa, menetapkan program pemandu dalam skala kecil, membuat
prototype dan banyak kegiatan lainnya yang dirancang untuk memverifikasi bahwa
ide baru tersebut bisa diterapkan dengan berhasil dan praktis.
Kendala
yang Menghambat Kreativitas
1.
Berpikir negatif pada individu dan tim : fokus pada aspek negatif dari suatu
masalah daripada mencari peluang untuk menemukan solusi
2.
Takut akan kegagalan : sebuah rasa takut akan kegagalan dan takut tampil bodoh
di hadapan orang lain
3.
Kurangnya waktu berpikir yang berkualitas dan pengalaman yang menarik : stress
dapat mempersulit untuk dapat berfikir objektif dan menghambat proses berfikir
yang alami
4.
Banyaknya aturan dan peraturan, kurangnya kebebasan untuk berkembang : terlalu
banyak peraturan dapat mendorong kemalasan seseorang. Seseorang perlu kebebasan
untuk dapat berpikir kreatif dan mengembangkan kreativitasnya..
5.
Membuat asumsi yang belum tentu benar : kegagalan dalam mengidentifikasi asumsi
yang anda buat akan menghambat proses berkembangnya ide baru. Jadi tidak
seharusnya kita terlalu banyak berasumsi, karena asumsi tersebut belum tentu
benar.
6.
Terlalu banyak logika: terlalu banyak menggunakan logika diluar imajinasi,
intuisi, dan sintesis dari proses berpikir
7.
Berpikir tidak kreatif : rintangan yang terbesar adalah ketika anda berpikir
bahwa anda tidak kreatif
Orang
yang tidak kreatif memiliki ciri-ciri : Tidak dapat berpikir positif terhadap
suatu permasalahan Terlalu sibuk dan stress untuk dapat berpikir secara
objektif Sangat kritis terhadap diri sendiri Takut untuk menggunakan ide baru
Takut terlihat bodoh dihadapan orang lain rentan untuk menerapkan logika
sebagai resor pertama dan terakhir ragu bahwa banyak orang yang mampu menjadi
kreatif tidak mampu berpikir secara lateral tidak terinspirasi walaupun
dihadapkan dengan ide baru
Di
sisi lain kreatifitas dalam diri seseorang dapat didorong dengan mengeksplor
kualitas dan karakteristik dari orang lain yang berpikir kreatif dan aktivitas
juga tahap-tahap yang dapat dilakukan untuk meningkatkan proses berpikir
kreatif.
Mengembangkan
Kreativitas
Agar
seseorang menjadi kreatif dapat melakukan langkah-langkah :
1.
Berpikir diluar kerangka masalah
Dapat
bersifat terbuka terhadap observasi dan pemikiran baru, walaupun terlihat aneh
pada awalnya. Kita cenderung untuk melihat apa yang kita harapkan, tapi jika
kita mau membuka pikiran kita diatas batas wajar kita akan menjadi lebih jeli,
objektif, dan kreatif dalam pikiran kita. Dapat mempertimbangkan titik awal dan
perspektif ketika mencari solusi dapat sangat mengispirasi. Pendekatan masalah
dari sudut pandang yang berbeda
dapat
mendorong munculnya ide baru. Berpikir kreatif dapat menjadi sebuah petualangan
baru yang menimbulkan sebuah pengalaman yang sangat berharga.
2.
Mengenali kapan asumsi harus dibuat dan saat tidak boleh menggunakan asumsi
Jangan
menganggap semua yang kita asumsikan adalah benar. Jangan mengedepankan
persepsi atau ide-ide yang dimiliki sebelum mendapatkan pengetahuan yang
sebenarnya. Asumsi dan persepsi seringkali tidak beralasan dan dapat
menyesatkan, serta hambatan yang besar untuk dapat berpikir kreatif.
3.
Berpikir picik dan memperluas bidang visi (untuk menggambar pada pengalaman
lainnya individu dan bisnis).
Sangat
mudah jika hanya berpikir dalam sebuah ruang lingkup ketika Anda dihadapkan
dengan suatu masalah, tetapi jika Anda memperluas parameter Anda, jawaban yang
muncul mungkin lebih dekat dari yang Anda pikirkan. Teknologi dan praktik di
industri selain diri sendiri mungkin memicu ide, yang mengarah kepada solusi.
Pengalaman dapat memperluas wawasan Anda dan membuka segala macam jalan baru
untuk berpikir
4.
Mengembangkan dan menyesuaikan ide-ide lebih dari satu sumber
Sebagai
manusia kita tidak bisa membuat sesuatu asumsi atau keputusan dari ketiadaan,
pikiran kita membutuhkan sesuatu bahan atau modal untuk bekerja, jadi kita
menggabungkan ide dan unsur-unsur yang sudah ada untuk menciptakan ide-ide dan
produk baru. Pemikiran yang kreatif dapat melihat kemungkinan, dan hubungan
antara berbagai ide yang tidak terpikirkan sebelumnya.
5.
Practice Serendipity (menemukan suatu keterangan yang bernilai secara tidak
sengaja pada saat mencari sesuatu yang lain) – memiliki rentang perhatian yang
luas dan berbagai kepentingan adalah penting.
Ketika
kita terlibat dalam suatu proses pemecahan masalah kita cenderung fokus hanya
kepada masalah tersebut tapi kita harus selalu terbuka dan menyadari hal-hal
yang datang tak terduga. Apa yang mungkin tampak tidak relevan pada awalnya
kemudian bisa menjadi sesuatu yang signifikan jika kita berpikir secara
kreatif. Hal ini mungkin akan memakan waktu, yang membuat pemikir kreatif harus
mempertahankan banyak informasi dan pengalaman sebanyak mungkin. Pengalaman ini
yang mungkin menjadi
pemicu
untuk berfikir kreatif yang mungkin menjadi satu-satunya yang dapat memecahkan
permasalahan yang sulit.
6.
“Teknologi Mentransfer” dari suatu bidang ke bidang lainnya Menjaga pikiran
yang terbuka ketika dihadapkan dengan suatu masalah dan melihat di luar situasi
kalian sendiri. Seringkali departemen lain, organisasi serta industri bisa
memberikan inspirasi untuk mengembangkan gagasan untuk mengatasi tantangan.
Para pemikir kreatif paling berhasil memiliki pengetahuan tentang lebih dari
satu bidang dan sering membuat nama mereka muncul di beberapa bidang berbeda
dari yang mereka kuasai.
7.
Menjadi terbuka dan siap menggunakan peluang atau hal-hal tak terduga dan
peristiwa yang berguna.
Memiliki
fokus perhatian yang luas dan mengembangkan kekuatan pengalaman untuk
memanfaatkan kesempatan yang Anda temui dalam hidup Anda. Menggunakan
pengalaman Anda untuk menafsirkan hal-hal ini sebagai sesuatu yang berguna
tanpa prasangka. Anda mungkin harus menginvestasikan banyak waktu membuka diri
untuk pengalaman tetapi mereka akan memberikan Anda dasar referensi yang baik
untuk kreativitas dimasa depan.
8.
Menggali proses pemikiran dan elemen utama pikiran di tempat bekerja dalam
menganalisa, menilai, dan melakukan sintesa
Berpikir
kreatif tidak bisa dibagi ke dalam sebuah proses maupun sistem tertentu. Sifat
dari kreativitas bisa diartikan merupakan proses yang teratur. Namun, biasanya
diawali dengan melakukan analisis sebuah masalah kemudian memainkannya dengan
melakukan restrukturisasi. (bersintesa). Selanjutnya kita mengaturnya dengan
menggunakan imajinasi kita dan menilai pemikiran yang kita hubungkan menjadi
sebuah solusi yang memungkinkan.
9.
Menggunakanya kedalam pikiran bawah sadar
Tidur
merupakan salah satu cara untuk memungkinkan adanya ide-ide yang akan
dihasilkan. Bermimpi membuat anda merasa bebas total dan tidak dirasakan pada
saat keadaan normal. Meskipun hal in tidak memberikan jawaban yang tepat tetapi
bisa untuk mengarahkan pikiran terjaga Anda ke arah yang benar. Anda harus
mencatat mimpi Anda segera setelah Anda bangun sehingga mereka tidak hilang.
Otak mampu
menganalisis
informasi yang mungkin anda sendiri tidak menyadarinya. Dengan mematikan
pikiran sadar Anda, Anda membiarkan pikiran Anda yang mendalam untuk mulai
menganalisa, menilai, dan mensintesis pengetahuan di hati anda. Anda tidak
dapat mengontrol jenis inspirasi tetapi Anda harus tetap waspada dan penuh
harap, agar anda dapat mengetahui ketika ia menampakkan dirinya. 10. Mencatat
ide-ide atau pikiran yang telah ditemukan Memiliki notebook adalah cara yang
baik sebagai bahan rekaman untuk penggunaan masa depan Anda. Buatlah catatan
dari percakapan (nyata atau dari TV atau radio), kutipan dari artikel atau buku
dan pengamatan atau pikiran. Naluri Anda akan memberitahu Anda apa yang mungkin
relevan untuk pemecahan masalah masa depan dan berpikir kreatif . Tidak perlu
terlalu sistematis seperti ketika Anda melihat kembali melalui catatan Anda,
Anda akan membuat hubungan di antara point yang tidak terlihat.
11.
Menggunakan analogi ( untuk meningkatkan pemikiran imajinatif ).
Alam
memiliki banyak jawaban untuk masalah kita. Kami memiliki tantangan mewujudkan
mereka dan menerapkan apa yang kita temukan dengan situasi pribadi kita.
Model-model lain dapat ditemukan dalam produk yang ada dan organisasi tetapi
kita harus sadar untuk tidak menyalin langsung karena hal ini dapat menyebabkan
lebih banyak masalah. Kita harus tetap berpikiran terbuka dan sangat jeli
ketika melihat lingkungan kita dan menggunakan apa yang kita lihat untuk
keuntungan kita.
12.
Cobalah untuk kadang-kadang membuat keanehan untuk memicu ide-ide baru
Berpikir
kreatif adalah mencari sesuatu yang baru. Kadang-kadang sesuatu yang baru dapat
ditemukan dalam keanehan. Dengan membuat keanehan Anda mulai melihat secara
berbeda dan ini dapat menyebabkan banyak pikiran kreatif dan juga sebaliknya.
Dengan menjadi lebih akrab terhadap keanehan akan membuat anda untuk
menjelajahi jalan baru yang mungkin anda tidak menyadari keberadaannya. Kedua
proses ini dapat menyebabkan pemikir kreatif untuk ide-ide baru.
2.5
Kreativitas dalam prespektif Al Quran
Belajar
sebagai suatu perubahan tingkah laku yang relatif tetap, yang terjadi sebagai
hasil dari pengalaman. Banyak hal melibatkan pemecahan masalah dan kreativitas.
Akan tetapi kedua proses tersebut berbeda dalam proses berfikirnya. Pemecahan
masalah melibatkan pemikiran konvergen yaitu berorientasi pada satu jawaban
yang baik dan benar. Sedangkan kreativitas melibatkan pemikiran divergen yaitu
proses berfikir yang berorientasi pada penemuan jawaban atau mempunyai
alternatif jawaban yang banyak. Belajar kreatif berhubungan erat dengan
penghayatan terhadap pengalaman belajar yang sangat menyenangkan yang dijalani
melalui tahapan-tahapan kreativitas. Berikut ini adalah model Treffinger untuk
belajar kreatif, yaitu: Model Treffinger untuk belajar kreatif Model Treffinger
untuk belajar kreatif menggambarkan susunan tiga tingkat yang dimulai dengan
unsur-unsur dasar dan menanjak ke fungsi-fungsi berfikir kreatif yang lebih
majemuk, yaitu:
a.
Tingkat I Basic Tools Pada tingkat ini meliputi keterampilan berfikir divergen
dan teknik-teknik kreatif. Keterampilan dan teknik-teknik ini mengembangkan
kelancaran dan kelenturan berfikir serta kesediaan mengungkapkan pemikiran
kreatif kepada orang lain.
b.
Tingkat II Practice with Process Pada tingkat ini memberi kesempatan kepada
para siswa untuk menerapkan keterampilan yang dipelajari pada tingkat I dalam
situasi praktis. Untuk tujuan ini digunakan strategi bermain peran, simulasi
dan studi kasus. Kemahiran dalam berfikir kreatif menuntut siswa memiliki
keterampilan untuk melakukan fungsi-fungsi seperti analisis, evaluasi,
imajinasi dan fantasi.
c.
Tingkat III Working with Real Problems Pada tingkat ini siswa menerapkan
keterampilan yang dipelajarinya pada dua tingkat pertama terhadap dunia nyata.
Siswa tidak hanya belajar keterampilan berfikir kreatif tetapi juga bagaimana
menggunakan informasi ini dalam kehidupan. Dari uraian diatas maka yang
dimaksud model pembelajaran kreatif adalah suatu pola pendekatan yang digunakan
untuk menciptakan iklim belajar dan pembelajaran yang mendukung bagi
berkembangnya kreativitas siswa. Dengan melibatkan keterampilan kognitif maupun
afektif pada setiap tingkat dari model ini, Treffinger menunjukkan saling
berhubungan dan ketergantungan antara keduanya dalam mendorong belajar kreatif.
ISLAM
DAN KREATIVITAS BELAJAR
Mengacu
pada penjelasan-penjelasan sebelumnya kreativitas sebenarnya memiliki sifat
ilmiah, dan ketika kita berpikir ilmiah, berarti ada orisinilitas di dalamnya.
Disamping bersifat ilmiah, kreativitas juga merupakan sesuatu yang khas pada
setiap individu. Kreativitas adalah potensi yang pada dasarnya dimiliki setiap
orang dalam derajat dan tingkatan yang berbeda-beda antara satu dengan yang
lainnya. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Asiah (2007) dalam Jurnal
Komunitas yang mengatakan bahwa masyarakat pada dasarnya memiliki potensi untuk
berkembang. Asiah, lebih lanjut, mengutip pendapat Piaget dalam bukunya Sund
tahun 1976 yang mengatakan bahwa kemampuan operasi berpikir manusia ditentukan
oleh kemampuan manusia itu sendiri untuk mengasimilasi atau mengadaptasikan
lingkungan dalam pikirannya.
Dalam
terminologi lain, maka kemampuan berpikir kreatif manusia ini ditentukan oleh
dua komponen, pertama adalah kemampuannnya menangkap gejala dan kedua adalah
kemampuannya untuk mengkonsepsikan gejala itu menjadi suatu pengertian umum.
Namun potensi berpikir kreatif ini tidak berkembang apabila manusia tidak
memanfaatkan kesempatannya itu. Kedua pandangan di atas, rupanya sudah
dijelaskan secara mendetail di dalam al Qur’an sebagaimana dikutip oleh
ahli-ahli agama Islam seperti Quraish Shihab (dalam Nashori & Mucharram,
2002) yang mengatakan bahwa manusia adalah makhluk unik (khalqan akhar).
“….Kemudian Kami jadikan dia (manusia) makhluk yang unik. Maka Maha Sucilah
Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (QS. Al Mu’min : 12-14) Adapun penyebab
kreativitas tidak dapat berkembang secara optimal adalah karena seseorang
terlalu dibiasakan untuk berpikir secara tertib dan dihalangi oleh
kemungkinannya untuk merespon dan memecahkan persoalan secara bebas. Dengan
berpikir tertib semacam ini, maka seseorang dibiasakan mengikuti pola bersikap
dan berperilaku sebagaimana pola kebiasaan yang dikembangkan oleh masyarakat
atau lingkungannya (dalam Nashori & Mucharram, 2002). Berkenaan dengan
kebiasaan berpikir tertib, agama dipandang oleh sementara orang mempunyai
peranan terhadap rendahnya kreativitas manusia. Agama dipandang sangat
menekankan ketaatan seseorang kepada norma-norma. Sehingga, karena kebiasaan
berpikir dan bertindak berdasarkan norma-norma itulah semangat atau niatan
untuk berkreasi menjadi terhambat. Pandangan ini dinilai oleh pendapat lain
sebagai pandangan yang tidak mengenal esensi agama. Padahal agama diciptakan
Tuhan agar kehidupan manusia menjadi lebih baik. Islam misalnya, dilahirkan
agar menjadi petunjuk bagi alam semesta (rahmatan lil ‘alamin). Mereka mengakui
bahwa agama mengajarkan norma-norma, tapi norma itu bukan berarti membatasi
kreativitas manusia. Agama justru yang mendorong manusia untuk berpikir dan
bertindak kreatif (dalam Nashori & Mucharram, 2002). Oleh karena itulah
maka Allah SWT selalu mendorong manusia untuk berpikir. Seperti firman Allah
SWT :
“Demikianlah,
Alah menerangkan kepadamu ayat-ayat –Nya, agar kamu berpikir” (QS. Al Baqarah :
219) Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa sebenarnya Islam pun dalam hal
kreativitas memberikan kelapangan pada umatnya untuk berkreasi dengan akal
pikirannya dan dengan hati nuraninya (qalbunya) dalam menyelesaikan
persoalan-persoalan hidup di dalamnya. Bahkan, tidak hanya cukup sampai di
sini, dalam al Qur’an sendiri pun tercatat lebih dari 640 ayat yang mendorong
pembacanya untuk berpikir kreatif. Seperti firman Allah SWT berikut ini :
“Sesungguhnya
Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang
mengubah apa-apa yang ada dalam diri mereka.” (QS. Ar-Rad : 11) Ayat tersebut
menjelaskan bahwa sesungguhnya hanya manusia itu sendiri yang mampu untuk
mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Allah SWT member potensi pada manusia
untuk belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan untuk kemaslahatan manusia itu
sendiri. Kreativitas dalam Islam (dalam Faruq 2006; Utami dkk, 2009) tidak sama
dengan kreativitas dalam musik, seni, ataupun semacamnya yang bertentangan
dengan Qur’an dan Sunnah. Islam adalah agama yang selalu relevan dalam setiap
konteks, baik ruang maupun waktu (shalih li kulli zaman wal makan). Salah satu
bentuk relevansi Islam dengan konteks yang melingkupinya adalah bagaimana Islam
tidak serta merta menolak hal-hal baru hasil kreasi umat manusia dalam masalah
keagamaan, meskipun kreasi itu belum pernah ada di zaman Rasulullah masih
hidup. Dikatakan bahwa ada dua hal dalam Islam yang termasuk dalam kreativitas,
yaitu bid’ah dan ijtihad. Pertama, konsep mengenai bid’ah, bid’ah yang dimaksud
di sini adalah bid’ah hasanah. Konsep bid’ah di sini bukanlah menciptakan
sesuatu yang baru dan bertentangan dengan ajaran Sunnah, melainkan sebuah
konsep bid’ah yang dipandang sebagai sebuah inovasi atau biasa disebut dengan
finding something new. Kemudian proses kreatif dalam Islam yang kedua yaitu
ijtihad.
Di
dalam bid’ah terdapat suatu inovasi baru yang harus diambil suatu keputusan. Pengambilan
keputusan untuk menyelesaikan masalah ini menjadi bagian dari konsep ijtihad.
Konsep ini dijelaskan sebagai konsep jihad yang etis melalui pengembangan
keputusan baik itu individu atau kelompok untuk mencapai solusi yang tepat.
Proses ini melibatkan pemikiran analitis dan kritis yang melibatkan disiplin
(tidak bertentangan dengan Qur’an dan Hadits) serta pengetahuan diri
(inteligensi). Hasil dari ijtihad inilah yang kemudian nanti disebut dengan
produk kreativitas itu sendiri. Sebuah usaha yang berhasil biasanya melibatkan
pemikiran dan kreativitas.
Dengan
demikian, maka agama Islam sangat mendukung dan mendorong pengembangan
kreativitas umatnya.
BAB
III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berpikir kreatif
adalah suatu cara berpikir dimana seseorang mencoba menemukan hubungan-hubungan
baru untuk memperoleh jawaban baru terhadap masalah. Dalam berpikir kreatif,
seseorang dituntut untuk dapat memperoleh lebih dari satu jawaban terhadap
suatu persoalan dan untuk itu maka diperlukan imajinasi. Adapun berpikir
analitis adalah berpikir yang sebaliknya menggunakan suatu pendekatan logis
menuju ke jawaban tunggal. Sebenarnya dalam menghadapi masalah kita membutuhkan
kedua jenis berpikir tersebut, yaitu berpikir logis-analitis dan berpikir
kreatif. Berpikir logis-analitis sering disebut dengan berpikir konvergen,
karena cara berpikir ini cenderung menyempit dan menuju ke jawaban tunggal.
Sementara itu
berpikir kreatif sering disebut sebagai berpikir divergen, karena disini
pikiran didorong untuk menyebar jauh dan meluas dalam mencari ide-ide baru.
Dalam berpikir kreatif proses yang terjadi ternyata melalui beberapa tahapan
tertentu. Suatu ide tidak dapat dengan tiba-tiba muncul di dalam benak kita.
Ide-ide terjadi setelah berbagai macam simbol diolah di alam bawah sadar kita.
Sehingga dapat dikatakan bahwa dalam terjadinya berpikir kreatif, mau tidak mau
akan melewati beberapa tahap.
Namun dalam
prespektif islam, Kreativitas merupakan proses kognitif untuk menemukan solusi
yang asli dan benar-benar baru, baik itu berupa produk atau bukan dan bisa jadi
hal ini adalah anugerah yang diberikan Allah swt kepada hamba-Nya yang
benar-benar mau memikirkan (tadzakkur) terhadap apa yang terjadi di sekitarnya.
Islam dalam hal penekanannya terhadap fungsi kognitif (akal) dan fungsi sensori
(indera) sebagai alat penting untuk belajar sangat jelas.
Kata-kata seperti
ya’qilun, yatafakkarun, yubshirun, yasma’un dan sebagainya yang terdapat dalam
Al-Qur’an merupakan bukti betapa pentingnya penggunaan ranah cipta dan karsa
manusia dalam belajar dan meraih ilmu pengetahuan. Kreativitas disamping
bermanfaat untuk pengembangan diri juga merupakan kebutuhan akan perwujudan
diri (aktualisasi diri) sebagai salah satu kebutuhan paling tinggi bagi
manusia. Kreativitas adalah suatu proses merasakan dan mengamati adanya
masalah, membuat dugaan tentang kekurangan, menilai dan menguji dugaan
hipotesis kemudian mengubahnya dan mengujinya lagi sampai pada akhirnya
memperoleh hasilnya. Adapun dalam memandang konsep kreativitas ini, agama Islam
sudah sangat jelas, yaitu telah memberikan ruang seluas-luasnya kepada umatnya
untuk selalu berpikir dan menemukan ide-ide kreatif sebagaimana yang termaktub
dalam kitab suci Al Qur’an dan Hadits.
DAFTAR
PUSTAKA
Sunaryo. 2002. Psikologi Untuk Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Semiawan R. Conny. 1998. Dimensi Kreatif
dalam Filsafat Ilmu. Bandung: Remaja
Rosda Karya
Sunarti, Kustiah, dkk. 2001. Psikologi
Perkembangan II. Makassar: FIP UNM
Adair, John. Adair on Creativity and
Innovation. 2004. London : thorogood publising
Ltd
Mangunhardjono, AM. 1986. Mengembangkan
kreativitas. Yogyakarta: Kanisius. Mudjiran, Dkk. 2007.
Buku Ajar; Perkembangan Peserta Didik.
Padang: UNP Press.
Utami Munandar. 2004. Perkembangan
kreativitas anak berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Abdul Rahman Shaleh, Muhbib Abdul Wahab.
Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam. Kencana. Jakarta : 2004.
Asiah, N. Urgensi Pendidikan Islam dalam
Pemberdayaan Masyarakat. KOMUNITAS: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam. No.
2, Volume III : 2007.
Hariwijaya. How to Success; Strategi
Mengembangkan Diri Untuk Meraih Kesusksesan. Tugupublisher. Yogyakarta: 2009.
Jeanne Ellis Ormrod. Psikologi Pendidikan
(Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang). Erlangga. Jakarta : 2010.
Muhammad Utsman Najati. Al-Qur’an dan Ilmu
Jiwa. Mustaqiim. Kairo : 2000. Psikologi dalam Tinjauan Hadits Nabi. Mustaqiim.
Kairo : 2000.
Muhibbin Syah, M. Ed. Psikologi Pendidikan
dengan Pendekatan Baru. Remaja Rosdakarya. Bandung : 2004.
Nashori, F. & Mucharram, R.D. 2002.
Mengembangkan Kreativitas: Perspektif Psikologi Islam. Menara Kudus. Yogyakarta
: 2002.
Mustaqim, Abdul Wahab. Psikologi
Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta : 2010. Saifullah. Mencerdaskan Anak. Lintas
Media. Jombang : 2004.
Suharnan. Psikologi Kognitif. Srikandi.
Surabaya : 2005. Syaiful Bahri Djamarah. Psikologi Belajar. Rineka Cipta.
Jakarta : 2002. Utami Munandar, S.C. Mengembangkan bakat dan kreativitas anak
sekolah. Gramedia Widyatama. Jakarta : 1999.
Utami Munandar, S.C. Mengembangkan Inisatif
dan Kreativitas Anak. Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi PSIKOLOGIKA,
No. 2, Volume II : 1997.
Sobur, A. Psikologi Umum.Bandung: CV
Pustaka setia.2003
Sumanto, M. Paikologi Umum. Jakarta: PT
Buku seru. 2014
mantap
BalasHapusmy blog