DIKSI (PILIHAN KATA)
MAKALAH
disusun
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
oleh
Kelompok 5
Kelas 1 A
1.
Aditya Aryo NIM.
1136000002
2.
Ahmad Roni NIM.
1136000004
3.
Anglin Windowati NIM.
1136000012
4.
Annissa Nurpitriyani NIM.
1136000015
5.
Ari Fahrul Kurniadi NIM.
1136000017
6.
Dedi Mulyana NIM.
1136000028
7.
Dimas Puspita Sari NIM.
1136000038
8. Esti Susilawati NIM.
1136000041
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
TAHUN AKADEMIK 2013 – 2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Diksi atau Pilihan
Kata” . Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas
dari Dosen Mata Kuliah Bahasa Indonesia Bapak Drs. Dendih
Fredi Firdaus, M.Pd
Makalah ini ditulis berdasarkan
berbagai sumber yang berkaitan dengan
materi diksi, serta infomasi dari berbagai media yang berhubungan dengan diksi
atau pilihan kata.
Tak lupa penulis sampaikan terima
kasih kepada pengajar mata kuliah Bahasa Indonesia atas bimbingan dan arahan
dalam penulisan makalah ini. Dan juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah
memberikan masukan dan pandangan, sehingga dapat terselesaikannya makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat
menambah wawasan mengenai Bahasa Indonesia terutama materi mengenai Diksi atau
Pilihan kata. Sehingga kita saat berkomunikasi, kita dapat meminimalisir
kesalah pahaman yang akan terjadi yang dikarenakan bahasa yang kita gunakan.
Dan penulis berharap bagi pembaca untuk dapat memberikan pandangan dan wawasan
agar makalah ini menjadi lebih sempurna.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................... 1
Daftar Isi .................................................................................................... 2
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................ 3
BAB II
PEMBAHASAN........................................................................... 3
A.
Makna
kata dan jenisnya 4
B.
Kata
Umum dan Kata Khusus 5
C.
Perubahan
Makna Kata 8
D.
Diksi
dalam Kalimat 8
E. Homonim 9
F. Kata Konkret dan Abstrak 10
G.
Kata
Baku dan Non Baku 11
H.
Makna
Bersinonim 13
I.
Penggunaan
Kata Secara Tepat 15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Harus diakui saat ini orang sering
mengesampingkan pentingnya penggunaan bahasa, terutama dalam
tata cara pemilihan kata atau diksi. Kita pun sering mengalami kesalahan.
Hal itu terjadi karena kita tidak mengetahui pentingnya menguasai bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Penggunaan diksi sangat penting agar terciptanya
komunikasi yang efektif. Hal itu agar terciptanya komunikasi yang efektif dan
efisien dan untuk menghindari kesalah pahaman saat berkomunikasi. Manusia
merupakan makhluk sosial sehingga kita tidak dapat terlepas dariberkomunikasi dengan
sesama dalam setiap aktivitas kehidupan. Tetapi tidak jarang pula ketika sedang
berkomunikasi lawan komunikasi saat berkomunikasi
mengalami kesulitan menangkap informasi, hal ini terjadi karena kata yang
digunakan kurang tepat ataupun rancu sehingga menimbulkan kesalahpahaman.
Pemilihan kata yang tepat merupakan
sarana pendukung dan penentu keberhasilan dalam berkomunikasi. Pilihan kata
atau diksi bukan hanya soal pilih-memilih kata, melainkan lebih mencakup
bagaimana efek kata tersebut terhadap makna dan informasi yang ingin disampaikan.
Pemilihan kata tidak hanya digunakan dalam berkomunikasi namun juga digunakan
dalam bahasa tulis (jurnalistik). Dalam bahasa tulis pilihan kata (diksi)
mempengaruhi pembaca mengerti atau tidak dengan kata-kata yang kita pilih.
Dalam makalah ini, penulis berusaha
menjelaskan mengenai diksi yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari baik. Hal
itu dilakukan untuk meminimalisir kesalahan yang terjadi saat berkomunikasi.
1.2 Rumusan masalah
- Pengertian Diksi atau pilihan kata
- Pembagian Diksi atau pilihan kata
1.3 Tujuan
- Mengetahui
pengertian diksi
-
Mampu menggunakan bahasa yang tepat dalam berkomunikasi.
BAB II
ISI
DIKSI (PILIHAN KATA)
Memilih
kata kata yang cocok dan tepat untuk digunakan dalam mengungkapkan gagasan atau
ide. Dan menyangkut persoalan fraseologi
(cara memakai kata kata atau frasa didalam konstruksi yang lebih
luas, baik dalam bentuk tulisan maupun
ujaran yang mencakup persoalan kata kata dalam pengelompokkan atau susunannya
atau menyangkut cara cara yang khusus berbentuk ungkapan ungkapan),
ungkapan, dan gaya bahasa.
Menurut
keraf:
a.
Diksi mencakup kata kata yang dipakai
untuk meyampaikan suatu gagasan, cara menggabungkan kata kaat yang tepat dan
gaya yang paling baik Digunakan dalam situasi tertentu.
b.
Diksi adalah kemampuan secara tepat
membedakan nuansa nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan
kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar
atau pembaca.
c.
Diksi yang tepat dan sesuai hanya
dimungkinkan oleh penguasaan kosakata yang banyak[1]
Persyaratan
pemilihan kata
1. Bedakan
secara cermat kata kata denotatif dan
konotatif; bersinonim dan hampir
bersinonim; kata kata yang mirip dalam ejaannya seperti: bawa-bawah-bahwa
2. hindari
kata kata ciptaan sendiri atau mengutip kata kata terkenal yang belum diterima
imasyarakat
3. waspadalah
dalam menggunakan kata kata yang
berakhiran asing atau bersufiks bahasa asing, seperti: biologi-biologis
4. gunakan
kata kata depan secara idiomatik, sepeti kata ingat seharusnya ingat akan bukan
ingat terhadap
5. bedakan
kata khusus dan kata umum
6. perhatikan
perubahan makna yang terjadi pada kata kata yang sudah dikenal
7. perhatikan
kelangsungan pilihan kata.
A. Makna kata dan jenisnya
Yang
disebut makna adalah hubungan antara bentuk bahasa dan barang yang di acunya.
Ada bermacam-macam makna, diantaranya :
1. Makna leksikal dan makna gramatikal
Makna
leksikal adalah makna kata secara lepas, tanpa kaitan dengan kata yang lainnya
dalam sebuah struktur (frasa, klausa, kalimat).
Contoh
:
Rumah
adalah bangunan untuk tempat tinggal manusia.
Makna
gramatikal adalah makna baru yang timbul akibat terjadinya proses gramatika
(pengimbuhan, pengulangan, atau pemajemukan).
Contoh
:
Berumah
“mempunyai rumah”
Rumah-rumah
‘banyak rumah’
Rumah
makan ‘rumah tempat makan’
Proses
morfologis dapat menyebabkan perubahan jenis kata dan timbulnya makna baru.
Misalnya :
a) Sepatu
‘termasuk kata benda’sedangkan bersepatu ‘kata kerja’
b) Bersepatu
memiliki makna memakai atau mempunyai sepatu.
Fungsi (a) disebut fungsi gramatikal,
fungsi (b) disebut fungsi semantis.
2.
Makna
denotatif dan makna konotatif
Makna
denotatif atau makna referensial adalah makna yang menunjuk langsung pada acuan
atau makna dasarntya. Makna konotatif atau makna evaluasi/emotif adalah makna
tambahan terhadap makna dasarnya yang berupa nilai rasa atau gambaran tertentu.
Contoh
:
Merah
‘warna seperti warna darah’ (denotatif)
Merah
‘berani, dilarang’ (konotasi)
Makan
hati ‘makan hati lembu/ayam’ (denotataif)
Makan
hati ‘susah karena perbuatan orang lain’ (konotatif)
Kata-kata
yang bermakna denotatif biasa digunakan dalam bahasa ilmiah yang bersifat lugas
atau tidak menimbulkan interpretasi tambahan. Makna denotatif disebut juga
dengan istilah :
·
denotasional,
konseptual, ideasional, referensial, proposional :karena
makna itu mengacu pada referen, konsep, atau ide tertentu dari suatu referen.
·
Kognitif
:
karena makna itu berhubungan dengan kesadaran, pengetahuan, dan menyangkut
rasio manusia.
Makna
denotatif dapat dibedakan menjadi dua macam hubungan. Pertama, hubungan antara sebuah kata dengan barang individual
yang diwakilinya. Kedua, hubungan
sebuah kata dengan ciri-ciri atau perwatakan tertentu dari barang yang
diwakilinya.
Makna
konotatif atau sering juga disebut makna kiasan, makna konotasional, makna
emotif, atau makna evaluatif. Makna konotatif adalah suatu jenis makna dimana
stimulus dan respon mengandung nilai-nilai emosional. Kata-kata yang bermakna
konotatif atau kiasan biasanya dipakai pada pembicaraan atau karangan nonilmiah.
Seperti berbalas pantun, peribahasa, lawakan, drama, prosa, puisi, dan
lain-lain.
Karangan
nonilmiah sangat mementingkan nilai-nilai estetika. Nilai estetika dibangun
oleh bahasa figuratif dengan menggunakan kata-kata konotatif agar penyampaian
pesan atau amanat itu terasa indah. Pada karangan ini kurang memperhatikan ke
akuratan informasi dan kelogisan makna. Dalam penyampaian pesan, ada dua macam
cara. Pertama, penyampaian pesan secara langsung. Hampir sama dengan
penyampaian pesan dalam karangan ilmiah. Kedua, penyampaian pesan secara tidak
langsung. Harus menggunakan bahasa figuratif dengan kata-kata konotataif. Kita
tidak kan bisa langsung memahami pesan atau amanat yang ingin disampaikan oleh
pengarang kalau tidak mempunyai kemampuan mengapresiasinya.[2]
Contoh
kata-kata denotasi dan konotasi :
ü Selva
cantik seperti model (denotatif)
ü Selva
cantik bagaikan bunga (konotatif)
3.
Makna
konstektual
Ialah
makna yang ditentukan oleh konstek pemakainnya. Contoh :
Dian
sedang belajar. Kehidupan mereka sedang saja. Dia mendapat nilai sedang.
Kata
yang merupakan satuan bebas terkecil mempunyai dua aspek, yakni aspek bentuk
atau ekspresi dan aspek isi atau makna. Bentuk bahasa adalah sesuatu yang dapat
dicerna oleh panca indra, baik didengar maupun dilihat. Isi atau makna adalah
segi yang menimbulkan reaksi atau respon dalam pikiran pendengar atau pembaca
karena rangsangan atau stimulus aspek bentuk tadi.
Wujud
reaksi itu bermacam-macam yakni berupa tindakan atau perilaku, berupa
pengertian, serta berupa tindakan. Hal ini bergantung pada apa yang
didengarnya, dengan kata lain respon akan muncul berdsasarkan stimulusnya.
Ada
beberapa unsur yang terkandung dalam ujaran itu, yaitu :
·
Pengertian merupakan landasan dasar untuk
menyampaikan sesuatu kepada pendengar atau pembaca dengan mengharapkan suatu
perilaku.
·
Perasaan merupakan ekspresi pembicara
terhadap pembicaraannya, hal ini berhubungan dengan nilai rasa terhadap hal
yang dikatakan pembicara.
·
Nada mencakup sikap pembicara atau penulis
kepada pendengar atau pembacanya.
·
Tujuan yaitu sesuatu yang ingin di capai
oleh pembicara atau penulis.
Makna
kata merupakan hubungan antar bentuk dengan sesuatu yang diwakilinya atau
hubungan lambang bunyi dengan sesuatu yang diacunya. Hubungan antara bentuk dan
referen akan menimbulkan makna ataui referensi.
B.
Kata
Umum dan Kata Khusus
Makna
umum adalah makna yang memiliki ruang lingkup cakupan yang luas dari kata yang
lain. Sedangkan makna khusus adalah
makna yang memiliki ruang lingkup cakupan yang sempit dari kata yang lain.
Contoh
:
1.
Kata umum :
a. Ikan
b. Bunga
c. Membawa
d. Melihat
2. Kata khusus :
a. Gurame,
lele, tuna dll.
b. Mawar,
melati, anggrek dll.
c. Memikul,
menjinjing, mengepit, dll.
d. Menatap,
menoleh, mengintip, dll.
C.
Perubahan
Makna Kata
Bahasa
bersifat dinamis sehingga dapat menimbulkan kesulitan bagi pemakai yang kurang
mengikuti perubahannya. Ketepatan suatu kata untuk mewakili atau melambangkan
suatu benda, peristiwa, sifat, dan keterangan, bergantung pada maknanya, yaitu
hunungan antara lambing bunyi (bentuk/kata) dengan referennya.
Perubahan
makna kata bukan hanya ditentukan oleh perubahan jaman, juga
disebabkan oleh tempat bahasa itu tumbuh dan berkembang. Makna bahasa mulanya
dikenal oleh masyarakatnya, tetapi pada suatu waktu akan bergeser maknanyapada
suatu wilayah tertentu, sedangkan masyarakat bahasa pada wilayah yang lain
masih mempertahankan makna yang aslinya. Oleh karena itu, kita harus
berhati-hati dalam menggunakan atau memilih kata apalagi dalam hal-hal yang
bersifat ilmiah. Pemakaian kata dengan makna tertentu harus bersifat nasional (masalah tempat), terkenal, dan sementara berlangsung.
Dahulu
kita mengenal kata daulat, dalam KBBI (2001: 204) mengandung arti : “1. Berkat kebahagiaan (yang ada pada raja); bahagia; 2. Kekuasaan; pemerintah.” Tetapi pada waktu revolusi fisik kata daulat bermakna lain yakni, merebut hak
dengan tidak sah, memecat dengan paksa. Misalnya: tanah-tanah Belanda banyak
yang didaulat oleh rakyat; gubernur
itu didaulat oleh rakyatnya karena melakukan korupsi. Setelah masa revolusi
kata daulat tidak dipakai lagi,
sehingga kata itu hamper mati meskipun dalam KBBI masih tercantum tetapi sudah
jarang pemakaiannya.[3]
D.
Diksi
dalam Kalimat
Adalah
pilihan kata yang tepat untuk ditempatkan dalam kalimat sesuai dengan makna,
kesesuaian, kesopanan, dan bisa mewakili maksud atau gagasan. Makna kata secara
leksikal banyak yang sama, tetapi penggunaanya tidak sama. Seperti kata
penelitian, penyelidikan, pengamatan, dan penyidikan. Kata-kata tersebut
bersinonim, tetapi tidak bisa ditempatkan dalam kalimat yang sama. Contoh dalam
kalimat: “Mahasiswa tingkat akhir harus mengadakan penelitian sebagai tugas akhir studinya”; “Penyelidikan kasus penggelapan uang negara di Kejagung sudah
dimulai”.
Kalimat-kalimat tersebut
tidak bisa ditukar meskipun bermakna sama. Seandainya ditukar, tidak akan
sesuai sehingga membingungkan pendengar atau pembaca. Dari segi kesopanan, kata mati, meniggal, gugur, magkat, wafat,
dan pulang ke rahmatullah, dipilih
berdasarkan jenis makhluk, tingkat social, dan waktu. Contoh: Kucing saya mati setelah makan ikan busuk; Ayahnya meniggal tadi malam; Pahlawanku gugur di medan laga; Beliau wafat tahun
1452 H. Frase biasa dipakai dalam pengumuman kematian yang belum lama kira-kira
beberapa menit atau jam yang lalu atau dalam surat kabar, seperti “Innalilahi
wa Inna Ilaihi Roji’un, telah pulang ke
rahmatullah kakek Jono..”. Dari segi makna, kata Islam dan muslim sering
salah penggunaanya. Contoh: “Setelah menjadi
Islam dia rajin bersedekah” seharusnya “Setelah masuk Islam dia rajin bersedekah”. Jika kita ingin menggunakan kata
“menjadi” kalimat yang seharusnya adalah “Setelah menjadi muslim dia sering bersedekah”. Islam adalah nama agama yang berarti lembaga, sedangkan muslim adalah orang yang beragama Islam.
Kata menjadi tepat dipasangkan dengan
orangnya dan kata masuk tepat dipasangkan dengan lembaganya
E.
Homonim
Homonim adalah suatu kata yang
memiliki makna yang berbeda tetapi lafal atau ejaan sama. Jika lafalnya sama
disebut homograf, namun jika yang sama adalah ejaannya maka disebut Homofon.
Ada dua bentuk Homonim :
·
Homograf
Homograf adalah kata yang memiliki
kesamaan tulisan, berbeda bunyi, dan berbeda makna. Contoh homograf:
1.
Apel (buah), Apel (upacara)
Ø Dedi sedang memakan apel
Ø Para TNI sedang
mengadakan Apel pagi
2.Bisa(mampu),
Bisa( racun ular)
Ø Garuda muda bisa mengaahkan
korea selatan
Ø Bisa ular itu sangat
mematikan
3.Serang (nama kota), Serang (perang)
Ø Minggu depan saya ingin ke kota Serang.
Ø Pasukan itu di serang oleh
musuhnya.
4.Per(benda), Per(pembagian)
Ø Per sepeda itu bekerja dengan baik.
Ø Mahasiswa harus membayar uang Bpp
per semester.
5.Tahu(makanan), Tahu(mengetahui)
Ø Irsan tidak suka makan tahu.
Ø
saya
tahu tentang pelajaran ini.
·
Homofon
Homofon adalah kata yang mempunyai
pengertian sama bunyi, berbeda tulisan, dan berbeda makna. Contoh homofon:
1.Rok(pakaian), Rock(aliran
music)
Ø Saya sangat suka music rock.
Ø Ayu memakai rok ke kampus.
2.Djarum(merek rokok), Jarum(alat
untuk menjahit)
Ø Ayah menyuruh saya membeli rokok djarum.
Ø Tangan sya berdarah tertusuk jarum.
3.Tank(kendaraan perang), Tang(alat
perkakas)
Ø TNI latihan enggunakan mobil tank.
Ø Saya butuh tang untuk
memprbaiki motor.
4.Massa(kerumunan masyarakat), Masa(waktu)
Ø Pencuri itu tewas di keroyok
massa.
Ø Saya ingin hidup lebih baik di masa
yang akan datang.
5.Bank(tempat menyimpan uang), Bang(panggilan
untuk kakak)
Ø Banyak orang yag menyimpan uangnya
di bank.
Ø Bang Toyib masih belum pulang juga.
F. Kata Konkret dan Abstrak
Kata
yang acuannyasemakin mudah diserappancaindradisebut kata konkret ,seperti meja, rumah, mobil, dan
lain-lain. Jikasuatu kata tidakmudah diserappancaindramaka kata itu disebut kata abstrak
,seperti gagasan dan saran. Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan
rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang
bersifatteknisdankhusus. Akan tetapi jikadihambur-hamburkan dalam suatu karangan, karangan itu dapat menjadi samar dan tidak cermat.
Kata abstrak
mempunyai referensi berupa konsep, sedangkan kata konkret mempunyai referensi
objek yang diamati.
Contoh :
·
Kata abstrak
Ø Kebaikkan seseorang
kepada orang lain merupakan sifat terpuji.
Ø kebenaran pendapat
itu begitu meyakinkan
·
Kata konkret
Ø APBN RI mengalami
kenaikkan lima belas persen.
Ø angka
kelulusan SMA tingkat sumatera barat mengalami kenaikan hingga sembilan
persen. Membicarakan membahas, mengkaji
G. Kata Baku dan Non Baku
Kata baku adalah kata yang digunakan
sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan. sebagai sumber
utama bahasa baku adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kata baku digunakan
dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tertulis dengan pengungkapan gagasan
secara tepat.[4]
Kata baku dan non-baku dapat dilihat
berdasarkan berdasarkan beberapa ranah (elemen atau unsur yang dibatasi; bidang
disiplin) seperti:
a.
Ranah finologis
Satuan bunyi terkecil
yang mampu menunjukkan kontras makna, adalah fonem karena membedakan makna kata harus dan arus, adalah dua fonem yg berbeda karena bara dan para beda maknanya.[5]
Kata
baku yang memiliki kata non-baku karena :
* penambahan fonem
kata baku kata
non baku
himbau imbau
handal
andal
hutang
utang
* pengurangan fonem
Kata baku kata
non-baku
terap trap
terampil trampil
tetapi tapi
tidak tak
*pengubahan fonem
kata baku kata
non-baku
telur telor
ubah obah
tampak
nampak
b. Ranah
morfologis
Kata baku
yang memiliki kata non baku karena hasil proses morfologis.
*
pengurangam fonem
kata
baku
kata
non-baku
memfokuskan memokukan
memprotes memrotes
memfitnah memitnah
* pengubahan
fonem
Kata
baku kata
non-baku
Mengubah merubah
*
penggantian afiks
kata
baku
kata
non-baku
menangkap nangkap
menatap natap
mengambil ngambil
menahan nahan
* kelebihan
fonem
kata baku kata non-baku
beracun berracun
beriak berriak
beribu
berribu
becermin bercermin
b.
Ranah leksikon
1 kosakata; 2 kamus yg sederhana; 3 daftar istilah dl suatu bidang disusun
menurut abjad dan dilengkapi dng keterangannya; 4 komponen bahasa yg memuat semua informasi
tt makna dan pemakaian kata dl bahasa; 5 kekayaan kata yg dimiliki suatu bahasa. Kata (frasa) baku yang memiliki kata
(frasa) non-baku yang terdapat dalam ragam percakapan.
Cotoh pasangan
kata (frasa) baku dan kata (frasa) non-baku sebagai berikut :
frasa baku
frasa non-baku
tidak
terlalu tidak begitu
belum
masak
belum matang
tidak
mau enggak mau
hanya
nasi
nasi doang
Selain
menggunakan kalimat ragam formal, juga menggunakan ragam percakapan, contoh nya
:
frasa
baku frasa
non-baku
waktu
lain lain waktu
amat
besar besar amat
amat
mahal mahal amat
pertama
kali kali pertama
Dalam
kalimat ragam formal, kita sering membuat kata-kata yang maknanya
redundan. Artinya,kata-kata yang di gunakan sudah melebihi makna,
contohnya :
frasa
baku frasa
non-baku
sangat
pedih
amat
sangat pedih, amat pedih
paling
kaya paling
terkaya terkaya
.
H. Makna Bersinonim
Kata
bersinonim adalah kata yang bentuknya berbeda namun pada
dasarnya memiliki makna yang hampir mirip atau serupa.
Dalam
penggunaan kata bersinonim harus memilih kata yang tepat dalam kalimat ragam
formal. Karena meskipun bersinonim pada dasarnya memiliki perbedaan dalam
konteks penggunaannya.
Contoh
kata bersinonim :
§ Cerdas =
cerdik, hebat, pintar
§ Besar =
agung,raya
§ Mati =
wafat, mangkat, meninggal
§ Ilmu =
pengetahuan
§ Penelitian =
penyelidikan
1.
Contoh
: membedakan nuansa-nuansa makna dari
gagasan yang disampaikan dan menemukan kata yang sesuai dengan konteks
pemakaiannya.
Kata pahit bersinonim dengan
kata getir. Ketika ingin menggunakan kedua kata tersebut kita harus
memperhitungkan konteksnya kata pahit dan getir berterima pada
konstruksi pengalaman yang pahit dan pengalaman yang getir, tetapi
tidak berterima pada konstruksi obat itu getir.
2.
Contoh
: kesesuaian pilihan kata yang cocok dengan konteks, seperti situasi pemakaian,
sasaran penulis, dan lain-lain.
Kata Kamu, Anda,dan Saudara,
merupakan kata-kata yang bersinonim, yaitu kata yang digunakan untuk menyebut
lawan bicara, tetapi bukanlah sinonim mutlak. Nilai-nilai social menjadikan
ketiga kata itu memiliki nuansa yang berbeda.
Seperti :
§ Saya sama besar dengan kamu
§ Saya sama besar dengan anda
§ Saya sama besar dengan saudara
Sinonim ini dipergunakan untuk mengalihkan pemakaian kata pada tempat
tertentu sehingga kalimat itu tidak membosankan.
Ø Sinonim mutlak :
Kata-kata yang dapat bertukar tempat dalam konteks kebahasaan apa pun tanpa
mengubahmakna struktural dan makna leksikal dalam rangkaian kata /frasa /
klausa / kalimat.
Contoh Sinonim
mutlak :
kosmetik = alat
kecantikan
laris = laku, larap
leksikografi = perkamusan
kucing = meong
Ø Sinonim semirip :
Kata-kata yang dapat bertukar tempatdalam konteks kebahasaan tertentu tanpa
mengubahmakna struktural dan leksikal dalam rangkaian kata / frasa /klausa /
kalimat tersebut saja.
contoh Sinonim
semirip :
melatis = menerobos
lahiriah = jasmaniah
Ø Sinonim selingkung :
Kata-kata yang dapat saling menggantidalam satu konteks kebahasaan tertentu
saja secarastruktural dan leksikal.
Contoh Sinonim selingkung :
lemah = lemas
binatang = fauna
bohong = dusta
haus = dahaga
pakaian = baju
bertemu = berjumpa
Cerdas = cerdik
Agung = besar = raya
I.
Penggunaan
Kata Secara Tepat
Dalam
kalimat ragam formal, kita perlu menggunakan kata-kata secara tepat dalam hal
penggunaan kata depan.
Seperti
:
Ø Kata
(di) seharusnya digunakan( pada), contoh :
Penggunaan
kata secara tepat penggunaan kata yang
tidak tepat
Pada
siang hari
di siang hari
Pada
pagi hari
di pagi hari
Pada
kita
di kita
Ø Kata
(ke) yang seharusnya seharusnya
digunakan (kepada), contoh
Penggunaan
kata yang tepat penggunaan kata yang
tidak tepat
Kepada
kami ke kami
Kepada
kita
ke kita
Kepada
ibu
ke ibu
Dalam
penggunaan kata depan dan kata penghubung harus digunakan secara tepat, yang
sesuai dengan jenis keterangan dalam jenis kalimat :
1.
Untuk keterangan tempat digunakan kata di,
ke, dari, di dalam, pada.
2.
Untuk keterangan waktu digunakan kata
pada, dalam, setelah, sebelum, sesudah, selama, sepanjang.
3.
Untuk keterangan alat digunakan kata
dengan.
4.
Untuk keterangan tujuan digunakan kata
agar, supaya, untuk, bagi, demi.
5.
Untuk keterangan cara digunakan kata
dengan, secara, dengan cara, dengan jalan.
6.
Untuk keterangan penyerta digunakan kata
dengan, bersama, beserta.
7.
Untuk keterangan perbandinganatau
kemiripan digunakan kata seperti, bagaikan, laksana.
8.
Untuk keterangan sebab digunakan kata
karena, sebab.
DAFTAR
PUSTAKA
Heryati,
Yeti, Cecep Wahyu, Enung K. Rukianti, Heri Jauhari.2013. Bahasa Indonesia. Bandung : BCM Digital
Printing.
Matakristal.com
Yandianto.
2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Bandung : M2Sl. 37
[1] Heryati,
Yeti, Cecep Wahyu, Enung K. Rukianti, Heri Jauhari.2013. Bahasa Indonesia. Bandung : BCM Digital
Printing. hal. 45
[2] Heryati,
Yeti, Cecep Wahyu, Enung K. Rukianti, Heri Jauhari.2013. Bahasa Indonesia. Bandung : BCM Digital
Printing. hal. 48
[3] Heryati,
Yeti, Cecep Wahyu, Enung K. Rukianti, Heri Jauhari.2013. Bahasa Indonesia. Bandung : BCM Digital
Printing. hal. 50
[4] matakristal.com
[5] Yandianto.
2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Bandung : M2Sl. 37
makasih artikelnya sangat bermanfaat. Kalau ada waktu baca juga Makalah Bahasa Indonesi 'Diksi atau Pemilihan Kata.
BalasHapussalam kenal.
izin share ya, saya cantumkan sumber, trims
BalasHapussaya IBU KARMILA posisi sekarang di malaysia
Hapusbekerja sebagai ibu rumah tangga gaji tidak seberapa
setiap gajian selalu mengirimkan orang tua
sebenarnya pengen pulang tapi gak punya uang
sempat saya putus asah dan secara kebetulan
saya buka FB ada seseorng berkomentar
tentang AKI NAWE katanya perna di bantu
melalui jalan togel saya coba2 menghubungi
karna di malaysia ada pemasangan
jadi saya memberanikan diri karna sudah bingun
saya minta angka sama AKI NAWE
angka yang di berikan 6D TOTO tembus 100%
terima kasih banyak AKI
kemarin saya bingun syukur sekarang sudah senang
rencana bulan depan mau pulang untuk buka usaha
bagi penggemar togel ingin merasakan kemenangan
terutama yang punya masalah hutang lama belum lunas
jangan putus asah HUBUNGI AKI NAWE 085-218-379-259 tak ada salahnya anda coba
karna prediksi AKI tidak perna meleset
saya jamin AKI NAWE tidak akan mengecewakan