ASAL MULA SUKU
BANGSA
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Terstruktur Mata Kuliah
Sosioantropologi
Dosen :
Drs. H. Dadang Sahroni, M.Pd.
Oleh
Kelompok 6
Alfi Napisah S (1136000007)
Arya vany (1136000019)
Ayu Sarah N (1136000022)
Dedi Mulyana (1136000028)
Diah Kurnia U (1136000035)
Diky Rahmat (1136000037)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
BANDUNG
2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
B.
Rumusan makalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
1.
Pengertian suku
bangsa
2.
Asal usul bangsa
Indonesia
3.
Konsep terbentuknya
asal mula suku bangsa
4.
Ciri-ciri suku bangsa
5.
Suku bangsa di Indonesia dalam perspekif sejarah
6.
Proses
terjadinya keragaman suku bangsa Indonesia
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dunia khususnya di Indonesia banyak terdapat suku
bangsa bangsa yang unik dan menarik untuk di bahas. Di Indonesia sendiri
terdapat puluhan mungkin ratusan suku bangsa, dimana suku bangsa itu menenpati
daerahnya masing-masing, ada yang masih utuh keasliannya da nada pula yang
sudah punah keaslian atau karakter dari suku bangsa tersebut.
Suku bangsa
atau kelompok etnik
adalah suatu golongan manusia yang
anggota-anggotanya mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya, biasanya
berdasarkan garis
keturunan yang
dianggap sama. Identitas suku
ditandai oleh pengakuan dari orang lain akan ciri khas kelompok tersebut
seperti kesamaan budaya, bahasa, agama, perilaku,
dan ciri-ciri biologis. Itu sekilas tentang arti suku bangsa.
akan tetapi bagaimana asal usul terbentuknya, ciri-cirinya, dan bagaimana suku
bangsa di Indonesia dalam perspektif sejarah, hal itu yang masih menjadi pertanyaan
bagi kita, maka dalam makalah ini kami membahas tentang asal mula suku bangsa
dan yang berkaitan denganya.
B. Rumusan masalah
Adapun rumusan
masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Apa pengertian
suku bangasa?
2.
Bagaimana asal-usul
bangsa di dunia?
3.
Bagaimana terbentuknya
asal mula suku bangsa?
4.
Apa saja
ciri-ciri suku bangsa?
5.
Bagaimana suku
bangsa di Indonesia dalam perspektif sejarah?
6.
Bagaimana proses
terjadinya keragaman suku bangsa Indonesia?
C. Tujuan
Selaras dengan rumusan masalah maka tujuan dari dibuatnya makalah
ini adalah sebagai berikut :
1.
Memenuhi tugas mata kuliah Sosioantropologi.
2.
Untuk
mengetahui asal-usul bangsa di dunia.
3.
Memberikan pemahaman tentang asal mula suku bangsa.
4.
Untuk mengetahui
konsep terbentuknya asal mula suku bangsa.
5.
Untuk mengetahui
ciri-ciri suku bangsa.
6.
Untuk
mengetahui suku bangsa di Indonesia dalam perspektif sejarah.
7.
Untuk
mengetahui Proses terjadinya keragaman suku bangsa
Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Suku Bangsa
Suku bangsa atau kelompok etnik adalah
suatu golongan manusia yang anggota-anggotanya mengidentifikasikan
dirinya dengan sesamanya, biasanya berdasarkan garis keturunan yang dianggap sama.Identitas suku ditandai oleh
pengakuan dari orang lain akan ciri khas kelompok tersebut seperti kesamaan budaya, bahasa, agama, perilaku, dan ciri-ciri biologis.
Menurut pertemuan
internasional tentang tantangan-tantangan dalam mengukur dunia etnis pada tahun
1992, "Etnisitas adalah sebuah faktor fundamental dalam kehidupan manusia. Ini
adalah sebuah gejala yang terkandung dalam pengalaman manusia" meskipun
definisi ini seringkali mudah diubah-ubah.Yang lain, seperti antropolog Fredrik Barth dan Eric Wolf, menganggap etnisitas
sebagai hasil interaksi, dan bukan sifat-sifat hakiki sebuah kelompok. Proses-proses
yang melahirkan identifikasi seperti itu disebut etnogenesis. Secara
keseluruhan, para anggota dari sebuah kelompok suku bangsa mengklaim
kesinambungan budaya melintasi waktu, meskipun para sejarawan dan antropolog telah
mendokumentasikan bahwa banyak dari nilai-nilai, praktik-praktik, dan
norma-norma yang dianggap menunjukkan kesinambungan dengan masa lalu itu pada
dasarnya adalah temuan yang relatif baru.
Pengertian suku
bangsa dengan simpel adalah kelompok spesifik
yang mempunyai kesamaan latar belakang. Selanjutnya diterangkan bahwa pengertian suku bangsa, atau kelompok etnik adalah perkumpulan
orang yang mempunyai latar belakang budaya, bahasa, rutinitas, style hidup, dan
ciri-ciri fisik yang sama. Masing-masing mereka mengidentifikasikan diri pada
satu dengan yang lain.Eksistensi satu suku akan diakui bila telah memperoleh
pengakuan dari masyarakat yang ada di luar suku itu sendiri. Proses terciptanya
sesuatu suku dinamakan etnogenesis. Sistem pengaturan yang dianut oleh sebagian
besar suku bangsa di indonesia adalah sistem menurut garis keturunan bapak,
ibu, atau apalagi keduanya.
Pokok perhatian dari
suatu deskripsi etnografi adalah kebudayaan-kebudayaan dengan corak khas
seperti itu, istilah etnografi untuk suatu kebudayaan dengan corak khas adalah
“suku bangsa” (dalam bahasa inggris disebut athnic group dan
bila diterjemahkan secara harfiah “kelompok etnik”). Namun di sini digunakan
istilah “suku bangsa” saja karena sifat kesatuan dari suku bangsa bukan
“kelompok”, melainkan “golongan”.
Suku bangsa menurut Barth (Dahrum
Usman dalam www.neonovan. topcities.com/etnokonflik.htm) adalah sebuah
pengorganisasian social mengenai jatidiri yang askriptif dimana anggota suku
bangsa mengaku sebagai anggota suatu suku bangsa karena
dilahirkan oleh orang tua dari suku bangsa tertentu atau dilahirkan dari daerah
tertentu. Menurut Koentjaraningrat, suku bangsa adalah kelompok manusia yang
terikat oleh kesadaran dan identitas kesatuan kebudayaan sedangkan kesadaran
dan identitas tadi seringkali dikuatkan oleh kesatuan bahasa.
2.
Asal-usul Bangsa di Dunia
Semua
manusia berasal dari Nabi Adam, meski ada juga sebagian orang yang
mempertanyakan Adakah Manusia Sebelum Adam?Seperti yang kita ketahui manusia di
dunia ini berbeda-beda baik dalam hal suku bangsa, bahasa dan warna kulit ada
yang bule, kuning, hitam dan sebagainya. Hal ini berdasarkan dalil dalam QS. Al
Hujurat ayat 13, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal” Juga ada yang mengatakan
karena proses evolusi atau adaptasi manusia itu sendiri terhadap daerah atau
tempat dimana mereka tinggal.
Namun
tahukah anda? Bahwa Allah SWT menciptakan manusia menjadi berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku, menurut teori ilmu tarikh yaitu berawal dari Nabi Nuh.
a. Bangsa Eropa dan Rusia dilahirkan
dari putra Nabi Nuh yang bernama Yafidz
- Bangsa Mongolia merupakan keturanan dari Maguwg. Maguwg sendiri merupakan putra dari Yafidz bin Nuh
- Bangsa Cina dilahirkan dari Al-Shin (Al-Shiniyyun). Al-Shin adalah putra Maguwg bin Yafidz bin Nuh
- Bangsa Afrika dari Ham bin Nuh
- Bangsa Arab dari Jurhum bin Yaqthan bin Abir bin Syalikh bin Irfahsyad bin Sam bin Nuh
- Bangsa Parsi dari putra Fars bin Lawud bin Sam bin Nuh
Sam bin Nuh melahirkan bangsa dan
bahasa Arab, yang saat ini secara garis besar terbagi tiga :
a. ‘Arab al-Ba-idah, yaitu bangsa Arab
yang sudah punah (Perished Arabs). Mereka dihancurkan oleh Allah karena
kemaksiatan mereka, seperti Kaum ‘Ad, Kaum Tsamud, Kaum Najran. (Baca Muchtar
Adam:Kehancuran Satu Bangsa).
- ‘Arab ‘Aribah, Arab asli (Pure Arabs). Inilah Arab Qahthani karena mereka kaum yang pertama menggunakan bahasa Arab.
- ‘Arab Musta’ribah, yang dianggap Arab (Arabized Arabs) yaitu turunan Nabi Ismail yang disebut Bani Adnan, dimana Rasulullah SAW termasuk suku ini.
Sedangkan untuk bangsa Indonesia ada
dua teori yang terpadu. Teori pertama, Indonesia berasal dari Shin (Cina).
Teori kedua, Indonesia berasal langsung dari Maguwg (Mongolia). Kedua teori ini
terpadu karena Shin adalah putra Maguwg dan Maguwg putra Yafidz bin Nuh. Jadi
Indonesia ada pertemuan antara Eropa, Mongolia dan Cina pada Yafidz bin Nuh.
Alhasil Indonesia berbeda dengan Arab dari Sam bin Nuh dan Afrika dari Ham bin
Nuh, namun tetap berpusat dari Nabi Nuh.
Ciri Mongolia yang jelas, yaitu bisa
dilihat dari bayi atau anak kecil yang di ekornya ada biru-biru.
3. Konsep terbentuknya
asal mula suku bangsa
Setiap kebudayaan yang
hidup dalam suatu masyarakat baik berwujud sebagai komunitas desa, kota,
sebagai kekerabatan, atau kelompok adat yang lain, bisa menampilkan suatu corak
khas yang terutama terlihat oleh orang di luar warga masyarakat bersangkutan.
Seorang warga dari suatu kebudayaan yang telah hidup dari hari ke hari di dalam
lingkungan kebudayaannya biasanya tidak melihat lagi corak khas itu.
Sebaliknya, terhadap kebudayaannya biasanya tidak terlihat corak khasnya,
terutama mengenai unsur-unsur yang berbeda mencolok dengan kebudayaan sendiri.
Corak khas dari suatu
kebudayaan bisa tampil karena kebudayaan fisik dengan bentuk khusus, atau
karena di antara pranata-pranatanya ada fisik dengan bentuk khusus, atau dapat
juga karena warganya menganut suatu tema budaya khusus. Sebaliknya, corak khas
tadi juga dapat disebabkan karena adanya kompleks unsur-unsur yang lebih besar.
Berdasarkan atas corak khusus tadi, suatu kebudayaan dapat dibedakan dari
kebudayaan.
Konsep yang
tercakup dalam istilah “suku bangsa” adalah suatu golongan manusia yang terikat
oleh kesadaran dan identitas akan “kesatuan kebudayaan”, sedangkan kesadaran
dan identitas tadi sering kali (tetapi tidak selalu) dikuatkan oleh kesatuan
bahasa juga. Jadi, “kesatuan kebudayaan” bukan suatu hal yang ditentukan oleh
orang luar (misalnya oleh seorang ahli antropologi, ahli kebudayaan, atau
lainnya, dengan metode analisis ilmiah), melainkan oleh warga kebudayaan
bersangkutan itu sendiri. Dengan demikian, kebudayaan Sunda merupakan suatu
kesatuan, bukan karena ada peneliti-peneliti yang secara etnografi telah
menetukan bahwa kebudayaan Sunda itu suatu kebudayaan tersendiri yang berada
dari kebudayaan Jawa, Banten, atau Bali, melainkan karena orang Sunda sendiri
sadar bahwa kebudayaan Sunda mempunyai kepribadian dan identitas khusus,
berbeda dengan kebudayaan-kebudayaan tetangganya itu. Apalagi adanya bahasa
Sunda yang berbeda dengan bahasa Jawa atau Bali lebih mempertinggi kesadaran
akan kepribadian khusus tadi.
Dalam kenyataan, konsep
“suku bangsa “ lebih kompleks daripada yang terurai di atas. Ini disebabkan
karena dalam kenyataan, batas dari kebudayaan itu dapat meluas atau menyempit,
tergantung pada keadaan. Misalnya, penduduk Pulau Flores di Nusa Tenggara
tersendiri dari beberapa suku bangsa yang khusus, dan menurut kesadaran orang
flores itu sendiri, yaitu orang Manggarai, Ngada, Sikka, Riung, Nage-Keo, Ende,
dan Laratuka. Kepribadian khas dari tiap suku bangsa tersebut dikuatkan pula
oleh bahasa-bahasa khusus yaitu bahasa Manggarai, bahasa Ngada, bahasa Sikka,
bahasa Ende dan sebagainya, yang jelas berbeda dan tidak dimengerti yang lain.
Walaupun demikian, kalau orang flores dari berbagai suku bangsa itu tadi berada
di jakarta misalnya, dimana mereka harus hidup berkonfrontasi dengan golongan
atau kelompok lain lebih besar dalam kekejaman perjuangan hidup di suatu kota
besar, mereka akan merasa bersatu sebagai Putra Flores, dan tidak sebagai orang
Sikka, orang Ngada, atau orang Laratuka. Demikian pula penduduk Irian Jaya yang
di Irian Jaya yang di irian jaya sendiri sebenarnya merasakan diri orang
Sentani, orang Marindanim, orang Serui, orang Kapauku, orang Moni dan
sebagainya, akan merasa diri mereka sebagai Putra Irian Jaya apabila mereka ke
luar dari Irian Jaya. Dalam penggolongan politik atau administratif di tingkat
nasional tentu lebih praktis memakai penggolongan suku bangsa secara terakhir
tadi, yang sifatnya lebih luas dan lebih kasar, tetapi dalam analisis ilmiah
secara antropologi kita sebaiknya memakai konsep suku bangsa dalam arti
sempit.Mengenai pemaikaian suku bangsa sebaiknya selalu memakainya secara
lengkap, dan agar tidak hanya mempergunakan istilah singkata “suku” saja.
Deskripsi mengenai
kebudayaan suatu bangsa biasanya merupakan idi dari sebuah karangan etnografi.
Namun karena ada suku bangsa yang besar sekali, terdiri dari berjuta-juta
penduduk (seperti suku bangsa Sunda), maka ahli antropologi yang membuat sebuah
karangan etnografi sudah tentu tidak dapat mencakup keseluruhan dari suku
bangsa besar itu dalam deskripsinya. Umumnya ia hanya melukiskan sebagian dari
kebudayaan suku bangsa itu. Etnografi tentang kebudayaan Sunda misalnya hanya
akan terbatas pada kebudayaan Sunda dalam suatu daerah logat Sunda yang
tertentu, kebudayaan sunda dalam suatu kebupaten tertentu, kebudayaan sunda di
pegungungan atau kebudayaan Sunda di pantai, atau kebudayaan Sunda dalam suatu
lapisan sosial tertentu dan sebagainya.
a. Sistem garis keturunan
Sistem garis keturunan bapak biasa disebut patrilineal, layaknya yang
terjadi pada suku Batak di sumatera utara. Untuk sistem ketentuan yang menarik
garis keturunan dari pihak ibu atau wanita disebut matrilineal, suku yang
berpedoman sistem tersebut adalah suku Minang, yang ada di sumatera barat.
Adapun untuk sistem ketentuan dari kedua belah pihak kelihatannya adalah sistem yang sangat banyak dianut oleh suku-suku yang ada di indonesia, di antaranya adalah suku Jawa.
Adapun untuk sistem ketentuan dari kedua belah pihak kelihatannya adalah sistem yang sangat banyak dianut oleh suku-suku yang ada di indonesia, di antaranya adalah suku Jawa.
Jumlah suku bangsa yang ada di Indonesia amatlah banyak. Total
keseluruhan meraih beberapa ratus suku bangsa. Suku bangsa tersebut tersebar di
seluruh Indonesia. Masing-masing suku bangsa menawarkan lebih dari satu
kekhasannya, layaknya keeksotisan yang dimiliki oleh suku bangsa Indonesia yang
ada di tempat timur Indonesia.
b.
Percampuran suku bangsa
Keanekaragaman suku bangsa di Indonesia makin lengkap sebab adanya lebih
dari satu pencampuran ras dan etnis asli suku bangsa Indonesia dengan beraneka
suku bangsa di negara lain.
Umpamanya saja pencampuran pada masyarakat asli suku bangsa Indonesia
dengan suku bangsa Tionghoa, atau pencampuran masyarakat asli suku bangsa
Indonesia dengan masyarakat dataran Eropa. Pencampuran dua suku bangsa tersebut
sesudah itu menyebabkan lebih dari satu istilah baru, layaknya istilah “orang
indo”.
Suku bangsa yang memiliki jumlah penduduk sangat banyak di indonesia ada
di pulau Jawa. Layaknya suku bangsa Jawa dan Sunda. Perbedaan pada suku bangsa
yang ada di Indonesia justru lebih mengeratkan jalinan diantara masyarakatnya.
4. Ciri-ciri suku bangsa
Gejala sosial yang
tidak terlihat secara nyata di dalam kehidupan sehari-hari tetapi yang mendasar
dan mendalam di dalam kehidupan masyarakat Indonesia dapat dilihat melalui suku
bangsa. Melalui suku bangsa inilah sebuah prinsip yang dikembangkan anggotanya
mempunyai kekuatan social yang tidak bisa ditawar ataupun dibendung.Suku
bangsa adalah golongan sosial yang dibedakan dari golongan sosial
lainnya karena mempunyai ciri-ciri paling mendasar dan umum berkaitan dengan
asal usul dan tempat asal serta kebudayaannya.
Adapun ciri-ciri suku bangsa adalah:
Adapun ciri-ciri suku bangsa adalah:
a.
Secara tertutup berkembang biak dalam kelompoknya.
- Memiliki nilai-nilai dasar yang terwujud dan tercermin dalam kebudayaan.
- Mewujudkan arena komunikasi dan interaksi.
- Mempunyai anggota yang mengenali dirinya serta dikenal oleh orang lain sebagai bagian dari satu kategori yang dibedakan dengan yang lain.
Etika seseorang
yang menjadi bagian dari suku bangsa tertentu mengadakan
interaksi maka akan nampak adanya simbol-simbol atau karakter khusus yang
digunakan untuk mengekspresikan perilakunya sesuai dengan karakteristik suku
bangsanya. Misalnya, ciri-ciri fisik atau rasial, gerakan-gerakan tubuh
atau muka, ungkapan-ungkapan kebudayaan, nilai-nilai budaya serta keyakinan
keagamaan. Seseorang yang dilahirkan dalam keluarga suatu suku bangsa maka
sejak dilahirkannya mau tidak mau harus hidup dengan berpedoman pada kebudayaan
suku bangsanya sebagaimana yang digunakan oleh orangtua dan keluarganya dalam
merawat dan mendidiknya sehingga menjadi manusia sesuai dengan konsepsi
kebudayaannya tersebut.
Menurut R Narol
(Budhisantosa dalam www.pk.ut.ac.id/jsi/Ibuhdi.htm), kriteria untuk menetukan
suatu bangsa adalah adanya kesatuan masyarakat seperti:
a. Daerahnya dibatasi oleh satu desa
atau lebih.
b.
Daerahnya dibatasi oleh batas-batas tertentu secara politis
dan administratif.
c.
Batas daerahnya ditentukan oleh rasa identitas penduduknya
sendiri.
d.
Warganya memiliki satu bahasa atau satu logat bahasa.
e.
Penduduknya menempati suatu wilayah geografis tertentu.
f.
Keadaan daerahnya ditentukan oleh kesatuan ekologi.
g.
Anggota-anggotanya mempunyai pengalaman sejarah yang sama.
h.
Frekuensi interaksi sesama anggota masyarakatnya tinggi.
i.
Susunan sosialnya seragam.
5.
Suku
bangsa di Indonesia dal perspekif sejarah
Indonesia adalah sebuah masyarakat
bangsa yang terdiri dari berbagai etnik dengan kekayaan budayanya yang beragam.
Terbentuknya bangsa Indonesia melalui sebuah proses dari perjuangan panjang
dalam membebaskan diri dari penjajahan, proses tersebut tidak terhenti ketika
bentuk negara diproklamirkan sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
pada tanggal 17 Agustus 1945. Para pendiri bangsa ini juga menyadari bahwa
terbentuknya sebuah negara bangsa atau nation-state yang diberi nama Indonesia
itu dibangun di atas keanekaragaman.
Bangsa Indonesia yang terbentuk dari
keragaman budaya dan berlandaskan prinsip persatuan dan kesatuan. Sejumlah
kelompok etnik bergabung dan menyatukan diri untuk membentuk suatu negara dan
bangsa kesatuan. Semangat nasionalisme didasari atas gagasan persatuan,
penghargaan terhadap ikatan-ikatan primordial dianggap sebagai sesuatu yang
perlu dan positif, karena ikatan itu memberikan rasa berakar dalam kebudayaannya
sendiri yang pada gilirannya sebagai akar budaya bersama.
Keanekaragaman kebudayaan Indonesia
itu disebabkan oleh sifat kenusantaraan negara Indonesia yang memisahkan
suku-suku bangsa secara geografis, sehingga mengalami pertumbuhan yang
berbeda-beda dimana setiap suku bangsa membentuk identitas budayanya
sendiri-sendiri. Keanekaragaman budaya juga disebabkan oleh pengaruh kebudayaan
luar yang secara bergelombang memasuki wilayah nusantara yang terletak di lalu
lintas dunia yang strategis. Keanekaragaman tersebut pada satu sisi merupakan
faktor positif yang mengandung kekayaan potensi kultural sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai potensi pembangunan, namun disisi lain juga dapat menjadi
faktor yang menghambat pembangunan dengan potensi konfliknya.
Pada saat munculnya semangat
kebangsaan, maka menguatlah keinginan untuk menggunakan nama pengenal bagi
identitas kebangsaan yang sedang tumbuh. Maka nama “Indonesia” yang sudah cukup
lama tersimpan dalam khasanah antropologi (James Richarson Logan dari Inggris tahun
1850 dan Adolf Bastian dari Jerman tahun 1884), mulai sering muncul dalam
wacana kaum nasionalis. Dalam makna politisnya, para pelajar dan mahasiswa di
Negeri Belanda yang berasal dari kawasan Nusantara ini pada tahun 1917
menggunakan nama “Indonesia” untuk organisasi mereka “ Indonesisch Verbond van
Studerenden”. Ketika diasingkan di Negeri Belanda, Ki Hajar Dewantara pada
tahun 1918 di Den Haag mendirikan “Indonesisch Perbureu” (Kantor Berita
Indonesia). Nama Indonesia untuk bangsa muda yang sedang dibangun dengan penuh
semangat itu digunakan Bung Hatta di Negeri Belanda dalam pledoinya “ Indonesia
Merdeka” (Indonesie Vrij) bulan Maret 1928. Kemudian dikukuhkan dalam salah
satu peristiwa yang amat menentukan bagi sejarah kita yaitu Sumpah Pemuda, 28 Oktober
1928. Dikobarkan lagi oleh Bung Karno dalam Pidato “ Indonesia Menggugat”
(Indonesie Klag An), tahun 1930 (Nurcholis Madjid, 2004 : 35). Puncak dari
semuanya itu adalah Proklamasi 17 Agustus 1945, itulah perjalanan panjang
sebuah nama Indonesia yang akhirnya menjadi bangsa yang mendiami pulau-pulau
Nusantara atau bekas wilayah Hindia Belanda.
Indonesia merupakan hasil rumusan
bersama atau dialog para pelajar/mahasiswa atau orang-orang cerdas, terdidik
dan tercerahkan (Anhar Gonggong : 2007).Sebagai sebuah ikatan kebangsaan,
entitas Indonesia tidak pernah ada sebelumnya dan baru muncul pada abad ke-20,
serta mencapai puncaknya ketika sebuah bangsa dan negara baru diproklamirkan
pada tahun 1945. Sejak saat itu semua penduduk yang ada di bekas wilayah Hindia
Belanda itu kemudian menyebut diri mereka, atau disebut sebagai bangsa
Indonesia. Secara perlahan-lahan baik melalui proses alami maupun produk dari
rekayasa sosial-politik, Indonesia tidak lagi hanya dipahami sebagai identitas
politis melainkan telah berkembang juga sebagai identitas sosiologis dan
kultural.
Pada hakikatnya
faktor utama keberhasilan integrasi nasional
tahun 1950 adalah karena kesamaan tujuan,
yaitu membebaskan diri dari penjajahan dan
kesamaan cita-cita untuk membangun masyarakat
baru yang lebih sejahtera. Untuk itu semua
suku dan golongan bersedia menyatukan
persamaan-persamaan dan melupakan perbedaan-perbedaar;
(Suroyo, 2002 : 19).
Dengan kata lain
faktor tunggal ika lebih dikedepankan daripada
faktor bhinneka. Ketika integrasi nasional
tercapai dan bang 53 Indonesia akan membangun
masyarakat baru; terjadi persaingan antara
kekuatan-kekuatan persatuan (tunggal ika) yang
berhadapari dengan kekuatan-kekuatan perbedaan (bhinneka).
Artinya, kepentingan bangsa sebagai keseluruhan,
yang diwakili pemerintah Pusat, berhadapan dengan
kepentingan subbangsa didaerah, dengan kekhususan
dan identitas masing-masing.
Semuanya beraneka ragam, namun
hakekatnya satu jua, sebab tidak ada jalan kebaktian atau kebaikan yang mendua
tujuan “Bhineka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangroa”. Walaupun begitu,
perbedaan relatif tidak mungkin dihapuskan, dan perpaduan pola budaya pesisir
dan pedalaman itu tetap mempengaruhi bangsa Indonesia secara keseluruhan.
Negara-bangsa adalah negara untuk
seluruh umat, yang didirikan berdasarkan kesepakatan bersama yang menghasilkan
kontraktual dan transaksional terbuka antara pihak-pihak yang mengadakan
kesepakatan tersebut. Tujuan negara-bangsa adalah mewujudkan maslahat umum
(dalam pandangan negara disebut salaf padanan pengertian dari general welfare)
suatu konsep tentang kebaikan yang meliputi seluruh warga negara tanpa kecuali
(Nurcholis Madjid, 2004 : 42-43). Sedangkan menurut Benedict Anderson, bangsa
adalah merupakan suatu “komunitas terbayang”. Para anggota bangsa terkecil
sekalipun tidak bakal tahu dan takkan kenal sebagian besar anggota yang lain,
tidak akan bertatap muka dengan mereka. Hal terpenting dalam tetap berdirinya
sebuah bangsa adalah adanya perasaan kebersamaan dan persaudaraan sebagai
anggota komunitas bangsa tersebut (Benedict Anderson, 2001 : 8).
Demikian juga bangsa Indonesia yang
dibangun di atas perbedaan karena para warga bangsanya mendiami berbagai pulau
yang dipisahkan baik besar maupun kecil. Hubungan antar pulau selalu tidak
mudah sehingga masing-masing pulau sedikit banyak terisolasi satu dengan yang
lainnya, hal tersebut mendorong tumbuhnya ciri-ciri kesukuan, kebahasaan dan
kebudayaan yang berbeda-beda. Bahkan dalam pulau besarpun pola kesukuan dan
kebudayaan yang berbeda-beda terdorong muncul dengan sifat khas masing-masing
menurut lingkungannya. Semuanya itu disebabkan oleh keadaan geografis dan
topografisnya yang menyebabkan terbentuknya wilayah yang terpisah satu dengan
lainnya. Untuk itu wawasan multikultural perlu untuk dipahami dan dimaknai bagi
segenap bangsa Indonesia.
Keanekaragaman budayadalam suatu
bangsa itu dari satu sisi adalah kekayaan, tetapi dari sisi lain adalah
kerawanan. Sebagai kekayaan, keanekaragaman budaya dapat dibandingkan dengan
keanekaragaman nabati. Keanekaragaman itu dapat menjadi sumber pengembangan
budaya hibrida yang kaya dan tangguh , melalui penyuburan silang budaya
(cros-cultural fertilization). Berbagai bentuk penyuburan silang budaya telah
terjadi, tetapi pada umumnya merupakan hal-hal ‘kebetulan” sebagai akibat
sampingan interaksi perdagangan regional yang ditunjang oleh kekuasaan politik.
Peranan kekuasaan – kekuasaan besar seperti Sriwijaya, Majapahit dan Aceh
penting sekali dalam proses penyuburan silang budaya di Nusantara. Pengaruh
silang itu dapat dikenali pada adanya unsur-unsur kosmopolit dan universal
dalam banyak segi budaya umum kawasan nusantara.
Sebagai kerawanan, keanekaragaman
budaya melemahkan kohesi antar suku dan pulau. Karena itu wilayah nusantara
akan rentan terhadap penaklukan dan penjajahan dari luar. Usaha penguatan
kohesi beberapa bagian atau seluruh Nusantara melalui penyatuan dalam kekuasaan
politik tunggal pernah beberapa kali terjadi seperti oleh kerajaan-kerajaan
Sriwijaya, Majapahit dan Aceh. Tetapi usaha–usaha itu menghasilkan suatu
penyatuan wilayah yang tidak persis sama dengan wilayah Indonesia modern
sekarang. Di satu sisi hasil penyatuan itu lebih kecil daripada Indonesia
sekarang, karena tidak mencakup seluruh wilayah dari Sabang sampai Merauke.
Disisi lain, hasil penyatuan itu lebih besar daipada wilayah Indonesia sekarang
ini, karena mencakup pula wilayah-wilayah di luar lingkungan Sabang-Merauke,
seperti Semenanjung Melayu, Kalimantan Utara, Mindanao, bahkan sampai ke pulau
Formusa dan Madagaskar.
Sejumlah kecil orang India, Arab,
dan Tionghoa telah datang dan menghuni beberapa tempat di Nusantara sejak dahulu kala pada zaman
kerajaan kuno. Akan tetapi gelombang imigrasi semakin pesat pada masa kolonial.
(Wikipedia : website) Terbentuklah kelompok suku bangsa pendatang yang terutama
tinggal di perkotaan dan terbentuk pada masa kolonial Hindia Belanda, yaitu
digolongkan dalam kelompok Timur Asing; seperti keturunan Tionghoa, Arab, dan
India; serta golongan Orang Indo atau Eurasia yaitu percampuran
Indonesia dan Eropa. Warga keturunan Indo kolonial semakin berkurang di
Indonesia akibat Perang Dunia II dan Revolusi Kemerdekaan
Indonesia.
Kebanyakan beremigrasi atau repatriasi ke luar negeri seperti ke Belanda atau
negara lain.
Negara kemudian cenderung memaksakan
hegemoni tertentu yang diambil dari etnik atau etnik-etnik tertentu sebagai
sebuah nilai tunggal yang harus dipatuhi oleh kelompok dan komunitas lain atas
bangsa. Kelompok dan komunitas lain mersakan diri sebagai minoritas atau
kelompok yang tertindas. Sebagai reaksi, kelompok atau komunitas ini menuntut
kesetaraan politik, pembagian keuntungan ekonomi dan hak yang lebih besar, atau
bahkan negara yang terpisah dan bangsa yang merdeka, akibatnya konflik
identitas tidak dapat dihindari.
Pada masa Orde Baru ada
kecenderungan seperti di atas, hal tersebut dapat dilihat suatu keinginan kuat
untuk menyeragamkan kehidupan nasional, khususnya bidang politik dan
pemerintahan. Sistem-sistem pemerintahan daerah berangsur-angsur digiring untuk
menerapkan sistem yang seragam dengan mengikuti model etnik tertentu dalam hal
ini yang ada di Jawa. Ditambah dengan tipisnya kadar keadilan dalam pembagian
kembali kekayaan nasional, khususnya kekayaan yang datang dari daerah
bersangkutan, pergolakan daerah mudah sekali berkembang menjadi perlawanan
untuk memisahkan diri (sparatisme) dan itu sangat mengganggu integritas Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Sentralisasi kekuasaan yang didukung oleh militer
demi stabilitas yang berlebihan telah menumbuhkan bibit-bibit disintegrasi
bangsa dan erosi kesadaran nasional sehingga muncul kasus-kasus pergolakan
daerah seperti di Aceh, Maluku, Papua dan Riau. Gejala itu merupakan ancaman
pada kedaulatan dan memicu maraknya krisis nasional yang multidimensional.
Berkenaan dengan hal di atas,
tindakan yang terbaik ialah kembali memahami dan konsisten terhadap semangat
motto negara kita, Bhineka Tunggal Ika. Karena itu kita harus menghargai
pola-pola budaya daerah dan mengakui hak masing-masing untuk mengembangkan
budaya mereka. Kita harus menerima kebhinekaan sebagai kekayaan, dan serentak
dengan itu kita memelihara keekaan berdasarkan kepentingan bersama secara
nasional. Kita harus memandang budaya daerah sejalan dengan nilai-nilai
kemanusiaan sebagai perwujudan kearifan lokal yang harus dijaga keutuhan dan
kelestariannya. Dalam hal ini, tidak satupun budaya daerah yang terkecualikan.
Semuanya itu merupakan inti dari semangat sebenarnya ungkapan Bhineka Tunggal
Ika Tan Hana Dharma Mangroa, budaya-budaya daerah harus ditempatkan dengan
penuh penghargaan begitu rupa sehingga tetap memperoleh pengakuan yang sah
sebagai bentuk–bentuk kearifan lokal yang memperkaya budaya dan kearifan
nasional. Hal tersebut sesuai dengan paham Multikulturalisme yaitu sebuah
pemahaman, penghargaan dan penilaian atas budaya seseorang, serta sebuah
penghormatan tentang budaya orang atau etnis lain.
Dalam perspektif sejarah, bangsa Indonesia
dibangun atas kebersamaan dan kesadaran diantara bagian-bagian yang berbeda
atau terpisah-pisah ke dalam suatu kesatuan , dari loyalitas regional, etnis,
bahasa, budaya, dan religius. Keanekaragaman tersebut pada masa lalu telah
diungkapkan dengan sesanti “Bhineka Tunggal Ika” hal tersebut dimaksudkan
sebagai pengakuan positif kepada keanekaragaman yang ada. Kesuksesan Indonesia
sebagai “bangsa” dalam pengertian keberhasilannya muncul diantara bangsa-bangsa
di dunia didahului dengan perjuangan yang sangat panjang dan membutuhkan
pengorbanan. Perjuangan panjang tersebut mencapai puncaknya ketika bangsa
Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, namun
perjuangan tersebut tidak berhenti sampai disitu. Tantangan dan ancaman terus
ada didepan kita, mulai dari krisis ekonomi, konflik, sparatisme yang semuanya
itu mengancam kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Indonesia dibangun di atas berbagai
keanekaragaman, dalam keaneka ragaman budaya dari satu sisi merupakan sebuah kekayaan
manakala bisa saling memahami dan saling menghargai sebagaimana paham
multikulturalisme yaitu sebuah penghormatan dan keingintahuan tentang budaya
orang lain. Sebagai sebuah kerawanan, keanekaragaman budaya melemahkan kohesi
antar suku dan pulau. Kecenderungan kuat untuk melakukan penyeragaman dengan
implikasi pemaksaan dari atas justru menimbulkan perasaan tidak puas dari
daerah terhadap pusat, hal tersebut bisa menimbulkan berbagai konflik ,
kerusuhan maupun sparatisme.
6. Proses terjadinya keragaman suku bangsa Indonesia
Jika dilihat berdasarkan letak geografisnya, Indonesia adalah negara kepulauan yang terpisahkan oleh lautan luas. Kondisi ini menjadikan setiap pulau mengembangkan budayanya sendiri-sendiri. Akibatnya, Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang majemuk, dihuni oleh ratusan kelompok suku serta kaya akan bahasa dan kebudayaan daerah. Secara umum, keragaman Indonesia ditandai oleh kemajemukan suku bangsa dan bahasa (sekitar 250 dialek), agama (Buddha, Hindu, Islam, Katolik, Konghucu, Protestan, dan lain-lain), kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (sekitar 400 aliran), sistem hukum (nasional, agama, adat, sistem kekerabatan), serta sistem perkawinan (monogami dan poligami). Kesemua ini melukiskan kekayaan Indonesia yang tidak ternilai harganya.
Keanekaragaman dan kemajemukan ini tidak
lepas dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Lantas, bagaimanakah keragaman
suku bangsa Indonesia terbentuk? Tentunya proses ini tidak berjalan secara
sederhana, namun melalui proses yang panjang.
Mulanya penghuni pertama Indonesia sekitar
500.000 tahun yang lalu bernama Pithecanthropus erectus ditemukan di Pulau Jawa
dekat Sungai Bengawan Solo. Selanjutnya, tahun 1891 dan 1892 di Desa Trinil
ditemukan Homo soloensis. Homo soloensis dengan karakteristik yang mirip dengan
masyarakat Austromelanosoid telah menjelajah ke barat (Sumatra) dan timur
(Papua). Selama penjelajahan tentunya mereka memengaruhinya dan terpengaruhi
oleh daerah sekitarnya.
Pada masa 3000–500 Sebelum Masehi,
Indonesia telah dihuni oleh penduduk migran submongoloid dari Asia yang di
kemudian hari menikah dengan penduduk Indigenous. Pada 1000 Sebelum Masehi
pernikahan silang masih terjadi dengan penduduk migrant Indo-Arian dari Asia
Selatan, subsuku ini dari India. Alhasil, masuknya para pendatang dari India
dan menyebarkan agama Hindu ke seluruh kepulauan.
Pada abad XIII, pedagang muslim dari
Gujarat dan Persia mulai mengunjungi Indonesia melakukan perdagangan. Bersamaan
dengan berdagang, penduduk Gujarat dan Arab melakukan penyebaran agama Islam ke
wilayah sekitar. Selanjutnya di tahun 1511, Portugis tiba di Indonesia. Awalnya
kedatangan Portugis bertujuan untuk mencari rempah, namun lambat laun mereka
juga menyebarkan agama Kristen. Serentetan perjalanan sejarah ini menghasilkan
lebih dari lima puluh kelompok suku bangsa di Indonesia tersebar dari Sabang
sampai Merauke yang terdiri atas suku Jawa, Sunda, Minangkabau, Bugis, Batak,
Bali, Ambon, Dayak, Sasak, Aceh, dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian–uraian dari bab–bab
sebelumnya maka penulis mengambil kesimpulan yaitu bahwa suku bangsa dilahirkan
dari berbagai macam zaman nabi Sedangkan untuk bangsa Indonesia ada dua teori yang
terpadu. Teori
pertama, Indonesia berasal dari Shin (Cina). Teori kedua, Indonesia berasal
langsung dari Maguwg (Mongolia). Kedua teori ini terpadu karena Shin adalah
putra Maguwg dan Maguwg putra Yafidz bin Nuh. Jadi Indonesia ada pertemuan
antara Eropa, Mongolia dan Cina pada Yafidz bin Nuh. Alhasil Indonesia berbeda
dengan Arab dari Sam bin Nuh dan Afrika dari Ham bin Nuh, namun tetap berpusat
dari Nabi Nuh.
B. Saran
Atas kesimpulan di atas, penulis mengemukakan beberapa saran dengan
menghayati dan menghargai keanekaragaman tersebut, akan mengkristal
keharmonisan dan keutuhan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, sehingga terhindarlah bangsa Indonesia dari situasi krisis dan
disintegrasi bangsa. Sesuai dengan paham multikulturalisme, kita harus
menghargai pola-pola budaya daerah dan mengakui hak masing-masing untuk
mengembangkan budaya mereka. Kita harus menerima kebhinekaan sebagai kekayaan,
dan serentak dengan itu kita memelihara keekaan berdasarkan kepentingan bersama
secara nasional. Kita harus bisa memandang budaya daerah yang sejalan dengan
nilai kemanusiaan sebagai perwujudan kearifan lokal yang harus dijaga keutuhan
dan kelestariannya.
DAFTAR PUSTAKA
PRAM, 2013.
Suku Bangsa Dunia dan Kebudayaannya. Jakarta : CIF
Tim elex
kids, 2007. Buku Aktivitas Disney : Suku Bangsa.
Jakarta :Elex Media Komputindo.
Madjid,
Nurcholis. 2004. Indonesia Kita. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
http://sekolahsosiologi.blogspot.com/2012/01/proses-terjadinya-keragaman-suku-bangsa.html. 1 Desember 2013
http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_bangsa. 1 Desember 2013
saya IBU KARMILA posisi sekarang di malaysia
BalasHapusbekerja sebagai ibu rumah tangga gaji tidak seberapa
setiap gajian selalu mengirimkan orang tua
sebenarnya pengen pulang tapi gak punya uang
sempat saya putus asah dan secara kebetulan
saya buka FB ada seseorng berkomentar
tentang AKI NAWE katanya perna di bantu
melalui jalan togel saya coba2 menghubungi
karna di malaysia ada pemasangan
jadi saya memberanikan diri karna sudah bingun
saya minta angka sama AKI NAWE
angka yang di berikan 6D TOTO tembus 100%
terima kasih banyak AKI
kemarin saya bingun syukur sekarang sudah senang
rencana bulan depan mau pulang untuk buka usaha
bagi penggemar togel ingin merasakan kemenangan
terutama yang punya masalah hutang lama belum lunas
jangan putus asah HUBUNGI AKI NAWE 085-218-379-259 tak ada salahnya anda coba
karna prediksi AKI tidak perna meleset
saya jamin AKI NAWE tidak akan mengecewakan