MAKHLUK MANUSIA DALAM PERSPEKTIF KEBUDAYAAN
MAKALAH
Diajukan
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sosioantropologi
Dosen :
Drs.
Dadang Syahroni, M.Pd.
Disusun Oleh :
Dedi Mulyana (1136000028)
FAKULTAS
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI (UIN)
SUNAN
GUNUNG DJATI
BANDUNG
2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Puji
Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kita semua
dan khususnya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan makalah
ini dengan tepat waktu. Salawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga,
sahabatnya dan sampailah kepada kita selaku umat-Nya
Setelah melalui proses yang
cukup panjang, akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Makhluk Manusia dalam Perspektif kebudayaan”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas dan persyaratan dalam menempuh pembelajaran. Selama proses
pembuatan makalah ini saya ingin menyucapkan terima kasih kepada:
1.
Bapak
Drs. Dadang Syahroni, M.Pd., yang telah memberikan banyak penjelasan, arahan
dan bimbingan secara teknisi dalam pengajarannya.
2.
Teman
sekelas penyusun (Psikologi I A) yang telah memberikan ide-ide dan semangat
dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah
sederhana ini akan memberikan manfaat bagi para pembacanya. Makalah ini masih
jauh dari kata sempurna maka saya mengharap kritik yang membangun dari semua
pihak.
Bandung, 30 Desember 2013
Penyusun,
Dedi
Mulyana
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................ I
DAFTAR ISI............................................................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................. 1
C. Tujuan Pembahasan............................................................................................ 2
BAB II MAKHLUK MANUSIA DAN KEBUDAYAAN...................................... 3
A. Pengertian Makhluk, Manusia dan
Kebudayaan............................................... 3
B.
Kebudayaan
Perspektif Antropologi, Integrasi Kebudayaan dan Adat Istiadat. 3
C. Unsur Kebudayaan
dan Tiga wujud Kebudayaan............................................. 7
D. Evolusi Ciri-Ciri Biologi,
Organisma Manusia dan Aneka Warna Manusia...... 9
E.
Ciri-ciri Pokok Manusia Indonesia Menurut Mochtar Lubis………………….15
BAB III PENUTUP.................................................................................................... 18
A. Kesimpulan
...................................................................................................... 18
B. Saran
................................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 20
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Manusia merupakan satu jenis makhluk diantara lebih
dari sejuta jenis makhluk lain, yang pernah atau masih menduduki alam dunia
ini. Dalam jangka waktu beratus-ratus juta tahun lamanya timbul dan berkembang
bentuk-bentuk hidup berupa makhluk-makhluk dengan organisme yang makin lama
kompleks yang disebut dengan proses evolusi.
Manusia sangat erat kaitannya dengan kebudayaan karena
kebudayaan merupakan satu aspek dari proses evolusi manusia, tetapi yang
kemudian menyebabkan bahwa ia dapat lepas dari alam kehidupan makhluk yang
lain. Kebudayaan berwujud dari gagasan dan tingkah laku manusia yang keluar
dari otak dan tubuhnya, maka kebudayaan itu tetap berakar dalam sistem organik
manusia.
Karena organisme manusia semakin lama semakin kompleks
dan sangat erat kaitannya dengan kebudayaan maka dalam makalah ini kami
membahas materi-materi yang berhubungan dengan Makhluk Manusia dan Kebudayaan
serta kaitannya satu sama lain.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan makhluk, manusia
dan kebudayaan?
2.
Apa yang dimaksud dengan kebudayaan
perspektif antropologi, integrasi kebudayaan dan adat istiadat?
3.
Apa saja yang termasuk ke dalam unsur
kebudayaan dan tiga wujud kebudayaan?
4.
Bagaimana evolusi ciri-ciri biologi,
organisma manusia dan aneka warna manusia?
5.
Bagaimana
ciri-ciri manusia Indonesia menurut Mochtar Lubis?
C.
Tujuan
Pembahasan
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan tujuan
untuk mengetahui dan
mendeskripsikan:
1.
Pengertian
makhluk, manusia dan kebudayaan;
2.
Untuk mengetahui kebuayaan perspekif
antropologi, integrasi kebudayaan dan adat istiadat;
3.
Yang termasuk ke dalam unsur kebudayaan
dan tiga wujud kebudayaan;
4.
Evolusi ciri-ciri biologi, organisma
manusia dan aneka warna manusia;
5.
Ciri-ciri
manusia Indonesia menurut Mochtar Lubis.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
makhluk, manusia dan kebudayaan
Makhluk adalah sesuatu
yang dijadikan atau yang diciptakan oleh Tuhan (manusia, binatang, dan
tumbuh-tumbuhan).
Secara bahasa
manusia berasal dari kata “manu”
(Sansekerta), “mens” (Latin), yang
berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi (mampu menguasai
makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah
fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang
individu.
Manusia adalah
makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak dapat mencapai
apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri.Karena manusia menjalankan
peranannya dengan menggunakan simbol untuk mengkomunikasikan pemikiran dan
perasaannya. Manusia tidak dapat menyadari individualitas, kecuali melalui
medium kehidupan sosial.
Kebudayaan atau
Culture berasal dari bahasa latin “Colore”
yang artinya pemeliharaan, pengolahan tanah menjadi tanah pertanian.[1] Sedangkan Kebudayaan, akar
katanya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Buddayah dari budhi atau akal. Dengan kata lain kebudayaan adalah
hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
B. Kebudayaan Perspektif Antropologi,
Integrasi Kebudayaan dan Adat Istiadat
1.
Kebudayaan
Perspektif Antropologi
Menurut ilmu antropologi, kebudayaan
adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan
masyarakat yang dijadikan
milik diri manusia dengan belajar.[2] Hampir seluruh tindakan
manusia merupakan kebudayaaan karena hanya sedikit tindakan manusia dalam
kehidupan masyarakat yang tidak perlu dibiasakan dengan belajar, yaitu hanya
beberapa tindakan naluri, refleks, tindakan akibat proses fisiologi atau
kelakuan membabi buta.
Beberapa
ahli antropologi diantaranya adalah C. Wissler, C. Kluckhohn, A. Davis dan A.
Hoebel mendefinisikan kebudayaan dan tindakan kebudayaan sebagai tindakan yang
harus di biasakan oleh manusia dengan belajar (learned behavior).
Menurut
Raymond Willliams, pengamat dan kritikus kebudayaan, kata “kebudayaan”
(culture) merupakan salah satu dari dua atau tiga kata yang paling kompleks
penggunaanya dalam bahasa inggris, sebab kata ini sering digunakan untuk
mengacu pada sejumlah konsep penting dalam beberapa disiplin ilmu yang
berbeda-beda. Pada awalnya, “culture” dekat pengertiannya dengan kata
”kultivasi” (cultivation), yaitu pemeliharaan ternak, hasil bumi dan upacara-upacara
religius.[3]
Seorang
ahli antropologi Ralph Linton menjelaskan bagaimana definisi kebudayaan.
Menurutnya kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat yang
meskipun dan tidak hanya mengenai sebagian dari cara hidup itu yaitu bagian
yang oleh masyarakat dianggap lebih tinggi atau lebih diinginkan.[4] Jadi, kebudayaan menunjuk
kepada berbagai aspek kehidupan. Kata itu meliputi cara-cara berlaku,
kepercayaan-kepercayaan dan sikap-sikap, dan juga hasil dari kegiatan manusia
yang khas untuk suatu masyarakat atau kelompok penduduk tertentu.
Disamping
istilah kebudayaan ada pula istilah peradaban (civilization)yaitu suatu
kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, ilmu pengetahuan, seni bangunan,
seni rupa, dan sistem kenegaraan dari masyarakat kota yang maju dan kompleks.
2. Integrasi
Kebudayaan
a.
Metode Holistik
Seorang
sarjana antropologi tidak hanya bertugas menganalisis kebudayaan dengan
mengetahui berbagai cara untuk memerincinya ke dalam unsur – unsur yang kecil,
dan mempelajari unsur – unsur kecil itu secara detail, tetapi ia juga bertugas
untuk dapat memahami kaitan antara tiap unsur kecil itu, dan ia harus juga
mampu melihat kaitan antara setiap unsur kecil itu dengan keseluruhannya.
Dengan perkataan lain, ia harus paham akan masalah integrasi dari unsur – unsur
kebudayaan. Para ahli antropologi biasanya memakai istilah ‘’holistik‘’ untuk menggambarkan metode tinjauan yang
mendekati suatu kebudayaan itu sebagai suatu kesatuan yang terintegrasi.
b.
Pikiran Kolektif
Sudah
sejak akhir abad ke-19 ada seorang ahli sosiologi dan antropologi Prancis,
bernama E. Durkheim, yang mengembangkan konsep representations collectives
(pikiran-pikiran kolektif) dalam sebuah karangan berjudul Representations
Individuelles et Representations Collectives (1898). E. Durkheim juga
beranggapan bahwa aktivitas-aktivitas dan proses-proses rohaniah yang primer
tadi melalui proses sekunder, menjadi bayangan-bayangan dan sejumlah dari semua
bayangan tentang suatu hal yang khas, menjadi gagasan. Suatu gagasan serupa itu
oleh Durkheim disebut representation. Oleh karena gagasan berada dalam alam
pikiran seorang individu, maka disebutnya representation individuelle.
Durkheim
juga mengajukan suatu ciri yang amat penting, yaitu apabila suatu kompleks
pikiran kolektif sudah terbentuk dan menjadi mantap, maka seluruh kompleks itu
berada terbentuk berada di luar si individu.
Hal
itu disebabkan karena keseluruhan pikiran kolektif dan gagasan-gagasan sehingga
walaupun individu-individu yang mengembangkannya itu sudah meninggal,
keseluruhan itu tetap dimiliki oleh generasi berikutnya. Selain diluar
individu, menurut Dukrkheim representation collectives itu menjadi pedoman bagi
tingkah laku atau tindakan bagi para warga masyarakat tadi.
3. Adat Istiadat
Pengertian Adat Istiadat adalah segala aktivitas atau
perilaku yang berpola dalam suatu kelompok dan diienternalisasikan oleh
anggota-anggotanya sehingga menjadi suatu kebiasaan yang baku.[5] Sistem nilai budaya
merupakan tingkat yang paling tinggi dan paling abstrak dari adat-istiadat, hal
itu disababkan karena nilai budaya merupakan konsep-konsep mengenai sesuatu
yang ada dalam alam pikiran masyarakat yang di anggap bernilai, berharga dan
penting dalam hidup sehingga dapat berfungsi sebagi suatu pedoman yang memberi
arah dan orientasi kehidupan warga masyarakat. Adat istiadat merupakn identitas suatu kelompok,
dalam arti bahwa perbedaan suatu suku bangsa lainnya dapat dilihat dari adat
istiadat yang mencakup :
a. Pola
bersikap
b. Berperilaku
c. Bahasa
d. Pakaian
e. Kesenian
f. Sarana
atau prasarana kehidupan dan sebagainya
Dalam hubungan dengan
diferensiasi, adat istiadat merupakan salah satu unsur pembeda terutama pada
masyarakat heterogen.
C.
Unsur
Kebudayaan dan Tiga wujud Kebudayaan
1.
Unsur
– unsur kebudayaan
Kebudayaan
setiap bangsa atau masyarakat terdiri dari unsur unsur besar maupun unsur-unur
kecil yang merupakan bagian dari suatu kebetulan yang bersifat sebagai
kesatuan. Misalnya dalam kebudayaan Indonesia dapat di jumpai unsur besar
seperti Majelis Permusyawaratan Rakyat, di samping adanya unsur-unsur kecil
seperti seperti sisir, kancing, baju, peniti, dan lain – lainnya yang dijual
dipinggir jalan.
Melvie J. herskovits mengajukan
empat unsur pokok kebudayaan, yaitu :
a.
Alat – alat teknologi
b.
Sistem ekonomi
c.
Keluarga
d.
Kekuasaan politik
Bronislaw Malinowski, yang
terkenal sebagai salah seorang pelopor teori fungsional dalam antropologi,
menyebut unsur – unsur pokok kebudayaan, antara lain:
a.
Sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat di
dalam upaya menguasai alam sekelilingnya,
b.
Organisasi ekonomi,
c.
Alat – alat dan lembaga atau petugas pendidikan; perlu diingat bahwa keluarga
merupakan lembaga pendidikan yang utama,
d. Organisasi kekuatan.
Masing
– masing unsur tersebut, beberapa macam unsur – unsur kebudayaan, untuk
kepentingan ilmiah dan analisisnya diklasifikasikan kedalam unsur – unsur pokok
atau besar kebudayaan, lazim disebut cultural universal. Istilah ini menunjukan
bahwa unsur – unsur tersebut bersifat universal, yaitu dapat dijumpai pada
setiap kebudayaan di mana pun di dunia ini.
Tujuh unsur kebudayaan yang
dianggap sebagai cultural universals,[6] yaitu:
a.
Peralatan dan perlengkapan hidup manusia
b.
Mata pencaharian hidup dan sistem – sistem ekonomi
c.
Sistem kemasyarakatan
d.
Bahasa
e.
Kesenian
f.
Sistem pengetahuan
8.
Religi
Cultural universals tersebut di
atas dapat dijabarkan lagi ke dalam unsur – unsur yang lebih kecil. Ralph
Linton menyebutnya kegiatan – kegiatan kebudayaan atau cultural activity.
Selanjutnya Ralph Linton merinci kegiatan – kegiatan kebudayaan menjadi unsur –
unsur yang lebih kecil lagi yang disebutnya trait-complex.
2.
Tiga
Wujud Kebudayaan
Dalam
buku pelajaran antropologi karangan J.J. Honigmann yang berjudul The World of
Man (1959: hlm. 11-12) membedakan adanya tiga “gejala kebudayaan” yaitu:
a. Ideas,
yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma,
dan peraturan. Sifatnya abstrak, tidak dapat diraba atau difoto. Ide dan
gagasan manusia banyak yang hidup bersama dalam suatu masyarakat, memberi jiwa
kepada masyarakat itu. Para ahli antropologi dan sosiologi menyebut sistem ini
sebagai sistem budaya atau cultural system sedangkan dalam bahasa indonesia
istilah untuk menyebut wujud ideal dari kebudayaan ini, yaitu adat atau adat istiadat.
b.
Activities, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta
tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. Sistem sosial ini terdiri dari
aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi, dan berhubungan satu sama lain
dari waktu ke waktu menurut pola-pola tertentu berdasarkan adat tata kelakuan.
Sistem sosial ini bersifat konkret karena terjadi disekitar kita, bisa
diobservasi, difoto dan didokumentasikan.
c. Artifacts, yaitu wujud kebudayaan
sebagai benda-benda hasil karya manusia. Berupa seluruh hasil fisik, aktivitas,
peerbuatan dan karya semua manusia dalam masyarakat. Wujud ketiga ini bersifat
paling konkret dan berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat
dan difoto. Contohnya bangunan hasil seni arsitek seperti candi, kain batik dan
sebagainya.
Ketiga
wujud kebudayaan tersebut dalam kenyataan kehidupan masyarakat tidak dapat
terpisah satu sama lain dan saling berkaitan. Kebudayaan mengatur dan
memberikan arah kepada manusia melalui pikiran-pikiran, ide-ide, serta tindakan
manusia sehingga menghasilkan suatu karya benda-benda kebudayaan fisiknya.[7]
D. Evolusi Ciri-Ciri Biologi, Organisma
Manusia dan Aneka Warna Manusia.
1.
Evolusi
Ciri-Ciri Biologi
Para ahli menjelaskan bahwa ciri-ciri biologi berada
didalam “gen”, dari setiap organisme
baik bersel satu maupun organisme makhluk kera dan manusia yang trediri dari
beberapa triliun sel.[8] Setiap sel mampunyai inti yang sama. Setiap
inti sel manusia misalnya, terdiri dari 46 bagian berupa ulat-ulat kecil yang
terdiri dari serat-serat berbentuk spiral yang menurut para ahli biologi
disebut kromosom. Para ahli biologi
belum lama berselang mengembangkan alat untuk mengobservasi dan meneliti gen
manusia yaitu mikrosop elektron.
Seorang
pendeta bangsa Austria bernama Gregor Mendel berpendapat bahwa ciri-ciri tubuh
tidak diturunkan melalui darah, tetapi melalui saluran lain. Atau dalam kata
lain bahwa ciri-ciri yang lahir (fenotipe)
tidak sama dengan susunan ciri-ciri pada
gen-gennya (genotipe).[9]
Suatu
ciri yang berasal dari suatu nenek moyang tertentu tidak dapat “bercampur”.
Ciri-ciri yang ada selalu tetap tersimpan didalam gen yang diturunkan dan
disebarkan kepada generasi berikutnya, hanya saja karena kekuatan dari gen lain
yang dominan akan menyebabkan ciri tersebut tidak tampak atau muncul. Dan dalam
kenyataan kita lihat bahwa dalam proses perkembangbiakan selalu mulai
menunjukan perbedaan ciri-ciri.
Dari
analisis yang dilakukan oleh para ahli, muncul bentuk makhluk baru akibat
percabangan dari bentuk makhluk hidup sebelumnya. Percabangan ini secara khusus
menampilkan bentuk dari organisme sebelumnya, tumbuh dan berkembang biak sampai
pada beberapa generasi sesudahnya. Bahkan tidak jarang muncul makhluk baru yang
secara fisik berbeda dari makhluk lainnya. Percabangan ini terjadi karena
beberapa proses evolusi yang menurut para ahli biologi dapat dibagi kedalam
tiga golongan,[10]
yaitu:
a. Proses
Mutasi
Proses
mutasi adalah proses yang berasal dari dalam tubuh organisme. Suatu kondisi
penerusan keturunan yang telah berabad-abad lamanya, dalam penerusan
keturunannya terbentuk penyimpangan genetis dalam zygote-nya. Akibatnya, individu yang lahir muncul dengan ciri tubuh
yang berbeda dengan induknya.
b. Proses
Seleksi dan Adaptasi
Seleksi
dan adaptasi adalah suatu proses evolusi yang berasal dari alam sekitar.
Dasar-dasar proses ini telah sejak lama di uraikan oleh Charles Darwin. Dari
waktu ke waktu individu yang tidak bertahan akan semakin berkurang jumlahnya,
bahkan ada yang cenderung akan punah. Makhluk yang dapat bertahan hidup dialah
yang mampu melahirkan keturunan dan memperkembangkan jenisnya. Akibatnya,
individu generasi berikutnya bertahan dengan ciri spesies yang baru.
c. Proses
Menghilangnya Gen Secara Kebetulan (random
genetic drift)
Proses
menghilangnya gen secara kebetulan juga dikenal dengan proses penyimpangan
genetis. Proses ini terjadi pada suatu makhluk dan memang benar-benar secara
kebetulan belaka. Peristiwa ini sering muncul dalam rangka sejarah politik
migrasi suatu bangsa. Misalnya berkumpulnya orang-orang berambut lurus, tetapi
pembawa sifat rambut keriting. Dalam perkembangan selanjutnya akibat sebagian
anggota masyarakatnya tercerai berai, tidak ada kelompok berambut keriting.
Akhirnya penerus keturunan hanya kelompok manusia berambut lurus. Dalam
beberapa generasi sifat rambut keriting akan musnah dan akan muncul rambut
lurus tanpa pembawa sifat rambut keriting.
2.
Organisma
Manusia
Manusia adalah makhluk yang hidup
dalam kelompok, dan mempunyai organ yang secara biologis sangat kalah kemampuan
fisiknya dengan jenis-jenis binatang yang berkelompok lain.[11] Namun walaupun demikian
manusia mempunyai otak yang telah berevolusi paling jauh jika dibandingkan
dengan makhluk lain. Kemampuan otaknya yang kita sebut akal budi telah
menyebabkan berkembangnya sistem-sistem yang dapat membantu dan menyambung
keterbatasan kemampuan organnya itu. keseluruhan dari sistem itu adalah:
a.
Sistem Perlambangan
Vokal/Bahasa
Bahasa
menyebabkan manusia tidak hanya dapat belajar mengenai keadaan sekitarnya
dengan mengalami secara konkret peristiwa yang berkaitan dengan keadaan itu,
tetapi juga secara abstrak tanpa menyelami sendiri peristiwa tersebut. Dengan
demikian bahasa manusia dapat mengabstraksikan dan menyimpan tiap pengetahuan
baru kedalam lambang vokal atau kata-kata baru, yang makin lama samakin banyak
jumlahnya.
b. Sistem Pengetahuan
Manusia
sering belajar dari generasi-generasi sebelumnya mengenai segala pengetahuan
yang telah dimiliki melalui uraian bahasa dan menambahnya lagi dengan
pengalaman-pengalaman baru mereka sendiri. Pengalaman yang kian bertambah
banyak kemudian disimpan dan diatur oleh akal menjadi suatu sistem pengetahuan,
untuk diteruskan lagi kepada generasi berikutnya, dan begitu seterusnya.
c. Organisasi
Sosial
Karena
pengetahuan manusia yang menjadi sedemikian banyaknya, berakibat satu individu
tidak mampu lagi menguasainya sehingga pengetahuan itu harus dibagi-bagi
diantara individu lain dalam kelompoknya, sehingga terjadi sistem pembagian
keahlian yang menjadi benih bagi sistem diferensiasi atau sistem pembagian
kerja.
d. Sistem
Peralatan Hidup Dan Teknologi
Dengan
adanya pengaturan antara individu-individu dalam kelompok dan kapasitas otak
manusia yang unggul tadi, menyebabkan manusia dapat mengembangkan sistem
pengetahuan yang menjadi dasar
kemampuannya untuk
membuat bermacam-macam alat hidup seperti senjata, alat-alat produksi,
alat-alat berlindung, alat-alat transportasi dan sebagainya serta
sumber-sumbeer energi yang lain.
e. Sistem
Mata Pencarian Hidup
Kelompok
manusia sejak dahulu kala telah mamiliki sistem dalam hal mata pencarian
hidupnya, yaitu sistem ekonomi. Dengan adanya pengaturan antara
individu-individu (pembagian kerja) dan adanya peralatan hidup, maka cara
manusia mencari dan memproduksi pangannya dilakukan dengan sistem-sistem
tertentu dimana terdapat pembagian kerja antara berbagai tahap atau teknik
memproduksi pangan dan peralatan hidupnya.
f. Sistem
Religi
Kemampaun
otak manusia untuk membentuk gagasan-gagasan dari konsep-konsep dalam akalnya
menyebabkan manusia dapat membayangkan dirinya sendiri sebagai suatu identitas
tersendiri, manusia juga mempunyai kemampuan untuk membayangkan dengan akalnya
peristiwa-peristiwa yang mungkin dapat terjadi kepadanya, baik yang bahagia dan
menyenangkan, maupun yang sengsara dan menakutkan. Rasa takut yang terbesar
adalah tibanya maut. Kesadaran akan tibanya maut inilah yang merupakan sebab
timbulnya suatu unsur penting dalam kehidupan manusia, yaitu religi.
g. Kesenian/Kebudayaan
Manusia
Manusia
mempunyai hasrat alamiah untuk keindahan. Akal manusia mengadakan suatu reaksi
yang sadar dan kreatif sehingga menjadi suatu unsur khas dalam hidupnya yaitu,
kesenian. Manusia harus mempelajari kebudayaannya sejak lahir, selama seluruh
jangka waktu hidupnya, hingga mati, semuanya dengan jerih payah. Dengan
kebudayaan manusia juga dapat menjadi makhluk yang paling berkuasa dan
berkembang biak paling luas dibumi.
3.
Aneka
Warna Manusia
Ras sebagai suatu golongan manusia yang menunjukkan
berbagai ciri tubuh yang tertentu dengan suatu frekuensi yang besar, tetapi
dalam sejarah bangsa-bangsa, konsepsi mengenai aneka warna ciri tubuh manusia
itu telah menyebabkan banyak kesedihan dan kesengsaraan, karena suatu salah
faham yang besar yang hidup dalam pandangan manusia berbagai bangsa. Salah
faham itu mengacaukan ciri-ciri ras (yang sebenarnya harus dikhususkan kepada
ciri-ciri jasmani semata), dengan ciri-ciri rohani : dan lebih dari itu, salah
paham tadi memberi penilaian tinggi rendah kepada ras-ras berdasarkan perbedaan
tinggi-rendah rohani daripada ras itu. Contoh-contoh tersebut adalah :
a. Ras
Caucasoid atau ras kulit putih lebih kuat, maju, luhur daripada ras-ras
lainnya.
b. Di
Perancis, Pendirian menurut A. de Gobineau yang berpendapt bahwa ras yang
terunggul dan termurni adalah ras Arya.
c. Jerman,
menurut De Gobineau bahwa orang jerman keturunan langsung ras Arya.
Metode-metode untuk mengklaskan aneka Ras Manusia.
Mengklasifikasikan aneka warna ras manusia merupakan pusat perhatian bagi ilmu
antropologi fisik, terutama memperhatikan ciri-ciri lahir, atau ciri-ciri
morfologi, pada tubuh individu-individu.[12] Ciri-ciri morfologi itu
yang dalam praktek merupakan ciri-ciri fenotip, terdiri dari dua golongan,
yaitu :
a.
Ciri-ciri kualitatif
(seperti warna kulit, bentuk rambut dan sebagainya ).
b.
Ciri-ciri kuantitatif (seperti berat badan, ukuran badan, index cephalicus, dan
sebagainya).
Metode ini disebut metode antropometri metode yang
hanya berdasarkan morfologi. Seiring berkembangnya zaman, metode ini sudah
jarang dipergunakan, para ahli beralih kepada metode filogenetik yang
menekankan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan, hubungan-hubungannya
serta percabangannya.
Untuk membangun suatu klasifikasi yang serupa itu
faktor terpenting adalah ciri-ciri genotipe yang terdapat pada
individu-individu, contohnya ialah metode mengklasifikasikan berdasarkan frekuensi
golongan darah.[13] Salah satu klasifikasi dari aneka
ras-ras manusia.
a. Menurut
C. Linnaeus yang merpergunakan warna kulit sebagai ciri terpenting dalam
sistemnya.
b. Menurut
J.F Blumenbach yang mengkombinasikan ciri-ciri morfologi dengan geografi dalam sistemnya.
c. Menurut
J. Deniker yang memakai warna dan bentuk rambut sebagai ciri-ciri terpenting
dalam sistemnya.
d. Menurut
E. Von Eickstedt dan E.A Hooton memakai unsur-unsur Filogenetik
e.
Menurut A.L Kroeber,
Yaitu :
1). Australoid yaitu Penduduk asli Australia
2). Mongoloid
a).
Asiatic Mongoloid (Utara,
Tengah, Timur)
b).
Malayan
Mongoloid (Tenggara, Indonesia, Malaysia, Filipina dan
Taiwan)
c). American Mongoloid (Amerika Utara, Selatan,
Orang Eskimo)
3). Cauca
a).
Nordic ( Eropa Utara )
b).
Alpine ( Tengah dan Timur )
c).
Mediteranaen ( Sekitar laut tengah, afrika Utara, Armenia Arab, Iran )
4). Negroid
a).
Afican Negroid ( Benua Afrika )
b).
Negrito ( Tengah, Semenanjung Melayu, filipina )
c).
Melanesian ( Irian, Melanesia )
5).
Ras – Ras khusus
a).
Bushman ( Gurun Kalahari, Afsel )
b).
Veddoid ( Pedalaman Srilangka dan Sulsel )
c).
Polynesian ( kepulauan Mikronesia & Polinesia )
d).
Ainu ( Pulau Karafuto dan Hokaido, Jepang Utara )
E. Ciri pokok Manusia Indonesia Menurut
Mochtar Lubis
Mochtar Lubis memeberikan 6 ciri pokok,
plus beberapa ciri umum lainnya, dari orang Indonesia. Ciri-ciri pokok yang
pertama dari manusia Indonesia ialah hipokritis atau munafik. Manusia Indonesia
itu suka berpuru-pura, lain di muka lain di belakang. Menurut mochtar Lubis
factor yang membuat mereka hipokrit adalah tekan yang keras dari sitem
pemerintahan yg feudal. Orang dipaksa apa yang sebenarnya dirasakan dan
dipikirkannya, karena takut akan hukuman dari penguasa yang feodilistis. Orang
dipaksa untuk bersikap “asal bapak senang”, agar supaya mendapat limpahan
berkah dari penguasa.
Ditekankan
oleh Mochtar Lubis bahwa orang Indonesia makin pandai menyembunyikan hal yang
tersimpan di dalam hati yang sebenarnya, perasaan yang sebenarnya, pikirang
yang sebenarnya, dan malahan keyakinan yang sesungguhnya. Orang mengatakan
“tidak” dengan cara yang berliku-liku diselimuti dan diberi berbagai topeng,
hingga tidak dapat lagi dikenali maksudnya. Demikian pula dengan sikap tidak
setuju, atau sikap mengkritik dan mencela, semuanya di selubungi, diungkapkan
dengan cara yang lain (Lubis 1977: 25).
Ciri-ciri pokok kedua dari manusia
Indonesia adalah “segan dan enggan bertanggung jawab atas perbuatannya,
putusannya, kelakuannya, pikirannya, dan sebagainya”. Pokoknya orang cendrung
melapaskan tanggung jawabnya kepada orang lain, seandainya terjadi kesalahan
atau kegagalan. Kambing hitam pelepasan tanggung jawab tersebut biasanya
bawahan, atau mereka yang lebih muda, atau kaum minoritas. Karena bawahan, kaum
muda, dan kaum minorotas juga tidak mau disalahkan, akibatnya adalah terjadi
saling lempar kesalahan.
Ciri-ciri pokok ketiga manusia Indonesia
adalah jiwa feodalisme, yang terwujud dalam perilaku feodalisme. Perilaku
feodalisme ini terlihat misalnya dalam upacara resmi kenegaraan, dalam hubungan
birokrasi kepegawaian, dalam pengangkatan istri dan anak pejabat pada berbagai
posisi tinggi kenegaraan, dan lain-lain. Seorang bawahan, atau orang biasa,
adalah sangat sukar untuk menganggap serang pejabat, apalagi menelponnya. Diperlukan
prosedur yang panjang dan berbelit belit untuk menemui seorang pejabat tinggi.
Makin panjang dan makin berbelit jalan untuk menemuinya, maka makin tinggi
kewibwaan pejabat tersebut. Tata cara feodalisme yang dulu di praktikan
dilingkungan istana raj-raja, kini berkembang di kalangan birokrasi
pemerintahan. Akibatnya hubungan antara penguasa dan rakyat makin jauh, dan
koreksi dan kritik dari bawahan keatas maupun dari atas ke bawah tidak berjalan
semestinya.
Ciri manusia Indonesia yang keempat adalah
percaya pada takhayul. Manusia Indonesia percaya bawha batu, gunung, pantai,
sungai, keris, gamelan dan sebagainya mempunyai kekuatan gaib, karena itu harus
dipuja dan diberi sesajen. Manusia Indonesia sampai sekarang meskipun sudah
berpendidikan tinggi, masih tetap percaya pada jimat dan jampe-jampe. Manuisia
Indonesia percaya kepada lambing dan semboyan yang diciptakannya sendiri.
Ciri-ciri manusia Indonesia yang kelima
adalah artistic. Inilah pertama kali Mochtar Lubis menyebutkan ciri-ciri yang
fositif dari manusia Indonesia, karena ciri-ciri yang sebelumnya adalah
bersifat negatif. Sejak dari dulu ciptaan artistik seniman Indonesia telah
mengisi museum-museum terkenal di Eropa. Ciri-ciri manusia Indonesia yang
keenam adalah watak yang lemah. Manusia Indonesia kurang kuat mempertahankan
keyakinannya, mereka mudah berubah keyakinan demi keselamatan diri. Banyak
orang-orang intelektual Indonesia menjual keyakinannya demi keselamatan dan
kesejahteraan dirinya. Factor penyebab kelemahan keyakinan ini adalah
feodalisme. Khususnya prinsip “asal bapak senang”.14
14Amri Marzali, Antropologi & pembangunan
indonesia, ( Jakarta : Kencana, 2005 ) hal 132-134
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
:
1.
Makhluk merupakan
sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan baik itu manusia, hewan, tumbuhan dan
lainnya yang ada di alam ini.
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang selalu
berinteraksi dengan makhluk lainnya (makhluk sosial).
Kebudayaan merupakan hasil dari cipta, rasa dan karsa
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
2.
Kebudayaan
perspektif antropologi adalah seluruh sistem gagasan, tindakan atau perilaku
dan karya manusia dalam masyarakat yang diperoleh dan menjadi milik manusia
dengan cara belajar.
Integrasi kebudayaan ada dua macam, yaitu Metode
Holistik dan Fikiran Kolektif.
Adat istiadat merupakan segala aktivitas
atau perilaku dalam suatu kelompok yang sering dilakukan oleh
anggota-anggotanya sehingga menjadi suatu kebiasaan yang baku.
3.
Ada tujuh unsur
kebudayaan yang di anggap sebagai cultural
universals, yaitu : peralatan dan perlengkapan hidup manusia, mata
pencaharian hidup dan sistem-sistem hidup ekonomi, sistem kemasyarakatan,
bahasa, kesenian, sistem pengetahuan dan religi.
Tiga wujud kebudayaan diantaranya adalah ideas (ide/gagasan), activities (aktivvitas/tindakan) dan artifacts (benda-benda).
4.
Evolusi ciri-ciri
biologi melewati tiga proses, yaitu mutasi, seleksi alamiah dan adaptasi, serta
menghilangkan gen secara kebetulan.
Salah satu organisma manusia adalah otak yang
menyebabkan berkembangnya sistem-sistem sebagai berikut: sistem perlambangan
vokal/bahasa, pengetahuan, organisasi sosial, peralatan hidup dan teknologi,
mata pencaharian hidup, religi dan kesenian/kebudayaan manusia.
Beragam ciri fisik manusia timbul karena manusia hidup
di berbagai macam lingkungan alam yang berbeda-beda.
5. Mochtar Lubis
mengungkapkan bahwa ciri-ciri manusia Indonesia ada enam. Keenam ciri tersebut
ada yang negatif dan ada yang positif.
B.
Saran
Manusia sebagai makhluk tidak
lepas dari budaya atau kebudayaan, maka manusia setidaknya manusia harus
betul-betul membuyakan hal-hal positif supaya menjadi ciri budaya yang
positif di mata bangsa lain.
Manusia Indonesia lebih banyak
di cirikan oleh kebudayaan yang negatif, yang menimbulkan ciri khas, maka
manusia Indonesia suapaya dipandang baik oleh bangsa lain harus membudayakan
hal-hal yang yang positif dan membuang hal-hal atau kebudayaan yang negatif.
DAFTAR PUSTAKA
Ihromi,
T.O. 1994. Pokok-Pokok Antropologi Budaya.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Koentjaraningrat.
2009. Pengntar Ilmu Antropologi.
Jakarta: PT. RINEKA CIPTA
Nurjanah, Enung.
2011. Smart Plus Sosiologi. Bandung:
Nata Rahayu Publishing
Soekanto,
Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar.
Jakarta: PT. RAJAGRAFINDO PERSADA
Sutrisno, Mudji.
2005. Teori-Teori Kebudayaan.
Yogyakarta: KANISIUS
Marjali, Amri. 2005. Antropologi & pembangunan Indonesia. Jakarta: Kencana
[1]
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, ( Jakarta : PT RINEKA CIPTA, 2009
) hal 146
[2]Koentjaraningrat,
op.cit., hal 144
[3]Mudji
Sutrisno dan Hendar Putranto, Teori-Teori Kebudayaan ( Yogyakarta : KANISIUS )
hal 3
[4]T.O.
Ihromi, Pokok-Pokok Antropologi Budaya, ( Jakarta : Yayasan Obor Indonesia )
hal 18
[5]Enung
Nurjanah, Smart Plus Sosiologi ( Bandung : Nata Rahayu Publishing ) hal 7
[6]Soerjono
Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar ( Jakarta : PT RAJAGRAFINDO PERSADA ) hal
154
[7]Koentjaraningrat,
Pengantar Ilmu Antropologi ( Jakarta : PT RINEKA CIPTA ) hal 152
[8];Ibid.,
hal 51
[9]‘Ibid.,
hal 53
[10]Koentjaraningrat,
op.cit., hal 55
[11]Koentjaraningrat,
op.cit., hal 78
[12]Keontjaraningrat,
op.cit., hal 75
[13]Koentjaraningrat,
op.cit., hal 76
Tidak ada komentar:
Posting Komentar