LAPORAN TRY OUT
SKALA PRILAKU TAUBAH &SPRITUAL WELL BEING
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,
Segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya yang senantiasa
memberikan petunjuk, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini pada
waktunya.
Shalawat
serta salam senantiasa dikirimkan kepada nabi kita Muhammad SAW beserta
keluarganya dan para sahabatnya dan kepada kita sekalian umat-Nya yang
senantiasa mengikuti ajaranya.
Laporan
ini disusun dengan maksud untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kontruksi
Alat Ukur, dalam laporan ini menjelaskan hasil analisis item dari hasil try out
skala taubah dan spritual well being, bagaimana suatu item dapat dinyatakan
baik, jika memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi.
Laporan
ini tidak lepas dari dorongan, arahan serta bimbingan dari berbagai pihak. Untuk
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu.
Semoga
laporan ini dapat membawa manfaat bagi diri pribadi maupun seluruh pembaca
sekalian. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan laporan ini.
Wassalam.
Bandung, 10
Agustus 2015
Penulis
DAFTAR ISI
1.
Kata Pengantar
………………………………...........………………………...................i
2.
Daftar isi
…………………………………………..........…………………............……ii
3.
Teori
...............……………………………………….........………………................…1
4.
Definisi
konseptual ……………………………………..........…………........................7
5.
Definisi operasional
…….....……………...........…………….........……........................7
6.
Blue print
…………………………………………..........……………………...............8
7.
Skala ……………………………………………………………………......................11
8.
Prosedur skoring
…………………………………………………................................13
9.
Prosedur
interpretasi ……………………………………………..................................15
10.
Hasil try out
…………………………………………………………...........................16
11.
Pembahasan ……………………………..…………………………............................18
12.
Kesimpulan ..……………................…………………………..........…........................22
13.
Daftar pustaka
…………………………………………………..........……..................23
14.
Lampiran
.......................................................................................................................24
a.
Teori
b.
Data mentah dalam
program exel
c.
Print out analisis
item
d.
Print out uji
validitas
e.
Print out uji
reliabilitas
f.
Skala yang diisi
responden
g.
Dokumentasi (foto
responden)
A.
LANDASAN
TEORI
1.
Taubah
Kata Taubat
berasal dari bahasa Arab at-taubah. Berasal dari kata kerja taaba-yatuubu”
yang berarti ar ruju’ yang berarti kembali. Adapun kata taubat
secara istilah berarti kembali dari kemaksiatan kepada ketaatan atau kembali
dari jalan yang jauh kepada jalan yang lebih dekat kepada Allah SWT (Lois
ma’luf, 1986). Berdasarkan definisi tersebut diatas. Imam Al Juweni mengatakan
bahwa taubat adalah meninggalkan keinginan, untuk kembali melakukan kejahatan
seperti yang pernah ia lakukan sebelumnya, karena kesadaran dalam dirinya untuk
mengagungkan Allah dan menjauhkan diri dari murka-Nya (Ensiklopedi Islam, 2000:
135).
Taubat bukanlah
sesuatu yang sulit atau tidak dapat dilakukan oleh seseorang. Apabila ada
kesadaran dalam hati (jiwa) bahwa ia menyimpang dari jalan yang lurus dan
memiliki kemauan yang kuat untuk kembali kejalan yang benar maka hal itu sudah
dapat dikategorikan sebagai perbuatan taubat (Abdullah Khayat, 1971: 206).
Barangsiapa
menyadari kekeliruan dan kekhilafannya kemudian ia segera bertaubat dengan istighfar,
dan ia kembali kepada jalan yang benar dengan melakukan amal sholeh untuk
memperbaiki jiwanya dan menghadapkan kembali hatinya, maka hal itu juga
merupakan taubat. Taubat atau istighfar mempunyai makna yang luas, yaitu
selain meminta ampun kepada Allah dari dosa-dosa yang dikerjakan juga
mengandung arti memohon perlindungan agar senantiasa mampu mencegah diri dan
terhindarkan dari melakukan dosa besar, agar mereka tidak terkena dari
kejahatan yang dilakukan oleh orang lain, dan memohon ampun dari dosa-dosa
kecil yang telah mereka lakukan. Untuk itu seseorang memohon perlindungan atau
pertolongan dari Allah agar ia tidak terjatuh kepada dosa-dosa kecil dan besar
yang telah dilakukan.
Imam Al Ghazali
membagi taubat menjadi tiga tingkatan yaitu (Ensiklopedi Islam, 2000: 135):
1.
Taubat yaitu kembali dari kemaksiatan kepada ketaatan.
2.
Firar yaitu lari dari kemaksiatan kepada ketaatan, dari yang baik kepada
yang lebih baik lagi.
3.
Inabat, yaitu bertaubat berulangkali meskipun tidak berdosa.
Ketika
kita ingin bertaubat secara sungguh-sungguh maka :
1. Al-Iqla
an al Ma’shiyah (pencabut atau pemutusan dari perbuatan maksiat)
2. Al-Nadm
ala fi’illa (penyesalan atas kemaksiatannya)
3. Al-Azam
alla yauaa ilaha (keinginan yang kuat untuk tidak mengulangi perbuatannya)
(Musthafa Said dkk 1991;30)
2.
Spritual Well Being
Spiritual (bahasa inggris) berasal dari
kata spiritus yang berarrti nafas atau hidup (Mattis et al.; dalan Van Rooyen,
2007: 9) Singleton (hal. 9) menjelaskan bahwa menurut sejarahnya, orang Yunani
memandang bahwa semua makhluk adalah pneuma (yang memiliki nafas hidup/ roh)
dan memiliki psyche atau soul (jiwa) dalam dirinya. Pada manusia, jiwa
menunjukkan nous (pikiran) untuk memahami realita, ide dan menjadi diri yang
sadar.
Fisher (2011: 17) meneybutkan bahwa saat
ini spiritual manusia sudah dianggap sebagai fenomena yang nyata, bukan sekedar
ilusi mental saja. Fisher menjelaskan bahwa mendefinisikan kata spiritual dapat
bermacam-macam tergantung pada orang yang mendefiniskannya, namun Fisher (2011:
17) mengutip pengertian dari Oxford yang dianggap dapat mengartikan spiritual
secara bahasa dengan cukup tepat, Spiritual adalah: All the uses is that of an
animating or vital principle which gives life, trancending the material and
mechanical. It refers to the essential nature of human beings, their strength of
purpose, perceprion, mental powers, frame of mind. “Spiritual” may refer to
higher moral qualities, with some religious connotations and high faculties of
mind.
Pengertian tersebut menjelaskan bahwa
spiritual adalah segala sesuatu yang sangat mendasar dan memberi suatu
kehidupan, melampaui dari skeedar materi dan mekanis. Hal ini mengacu pada
sifat yang terpenting dari manusia yakni menyangkut tujuan, persepsi, kekuatan
mental dan kerangka pikiran.
Spiritual dapat merujuk pada kualitas
moral yang lebih tinggi melalui agama dan pikirannya. Teradapat beberapa kata
kunci yang biasa digunakan teoritikus untuk mengartikan spiritualitas. Martsold
dan Mickley (dalam Hasan, 2008: 288) meneliti bahwa kata kunci dari
spiritualitas terdiri dari meaning (makna), values (nilai-nilai), trancendence
(transendensi), connecting (berhubungan) dan becoming (menjadi). Makna adalah
dimana seseorang merasakan situasi mrmiliki dan mengarah pada suatu tujuan.
Nilai-nilai merupakan kepercayaan, standard an etika yang harus dihargai.
Transendensi adalah pengalaman, kesadaran dan penghargaan terhadap kehidupan
diluar diri seseorang. Berhubungan (connecting) adalah meningkatnya kesadaran
terhadap diri sendiri dan orang lai, Tuhan, dan alam. Sedangkan menjadi
(becoming) secara refleksi dan pengalaman, berarti seseorang membuka kehidupan,
termasuk siapa dan bagaimana seseorang mengetahui.
Beberapa teoritikus membedakan
spiritualitas dengan religiusitas. Religiusitas merupakan pengalaman
transcendental seseorang akibat adanya doktrin keagamaan. Spiritualitas
merupakan pengalaman subjektif individu dengan alam atau hal-hal yang bersifat
universal dan belum tidak selalu dipengaruhi oleh doktrin-doktrin yang
berhubungan dengan agama. (Burke et al.; De Souza, Cartwright & McGilp;
King & Benson; Polanski dalam Van Rooyen, 2007: 10).
Foucault (dalam Van Rooyen, 2007: 14-17)
menjelaskan hubungan spiritualitas dengan beberapa hal. Hubungan-hubungan ini
didasarkan pada psy-complex (suatu paradigm yang memandang bahwa segala sesuatu
yang bersifat fundamental, selalu berhubungan dengan pengawasan, pemantauan dan
pengaturan individu.). adapun hubungan spiritualitas dalam pandangan
psy-complex adalah sebagai berikut:
a.
Spiritualitas:
Neurobiologis
Bahwa fungsi rohani secara genetic menular yaitu
bagian-bagian otak yang menjaga manusia dari kecemasan akan kematian atau
pengalaman buruk lainnya. Alper juga meneliti bahwa kerusakan pada lobus
temporalis dapat mempengaruhi pengalaman spiritual pada seseorang. Van Rooyen
juga mengutip dari Hay dan Socha bahwa dimensi spiritual sangat esensial,
secara biologis dapat membantu manusia makna dan tujuan hidupnya, termasuk
mencapai psychological dan social well-being.
b.
Spiritualitas:
Tingkah Laku
Van Rooyen mwngutip dari Hill et al,.; Dowling et al.
dan engebreston bahwa spiritualitas ditunjukkan dengan praktek, aktifitas dan
ritual. Namun konsistensi tingkah laku dan dan spiritual ini hanya dapat
dirasakan oleh yang bersangkutan.
c.
Spiritualitas :
Emosi
Rasa cinta dan berterimakasih kepada Tuhan merupakan
salah satu pengalaman spiritual. Jadi ketika mengalami pengalaman spiritual,
banyak emosi yang dapat terlibat didalamnya.
d.
Spitritualitas:
Kognisi
Spiritualitas dikaitkan dengan kognisi karena
berhubungan dengan nilai, kepercayaan, tujuan dan makna. Pengalaman spiritual
dapat mendorong seseorang secara fisiologis memaknai pengalaman tersebut. Van
Rooyen mengutip Scannel, Allen dan Burton mengenai penemuan bahwa terdapat
hubungan antara pemaknaan dengan kesejahteraan (well-being) yang dirasakan
seseorang, maka disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki makna hidup, ia akan
memiliki mental yang sehat, sedangkan orang yang kurang memiliki makna hidup,
maka ia akan memiliki penyakit mental.
e.
Spiritualitas:
Kecerdasan
Van Rooyen mengutip Hyde bahwa spiritualitas merupakan
kecerdasan (IQ) karena melibatkan pemecahan masalah dan pencapaian tujuan hidup
melalui proses pembuatan rencana dan tindakan. Fontana menjelaskan bahwa God
Spot di otak akan memberikan makna, tujuan dan konteks untuk membantu seseorang
membuat pilihan jalan hidup yang kaya akan makna.
f.
Spiritualitas:
Koneksi
Spiritualitas dapat menunjukkan persekutuan, yaitu
selain berhubungan dengan kekuatan terbesar (seperti Allah dalam Islam, Yesus
dalam Kristen), juga berhubungan dengan penciptaannya, tergantung pada tradisi
spiritualitasnya. Sperti kaum Buddhis yang memandang transenden adalah ketika
seseorang berhubungan dengan dirinya sendiri. Bosacki juga menjelaskan selain
hubungan dengan diatas, spiritualitas juga menunjukkan hubungan transenden
dengan diri sendiri, orang lain dan lingkungannya.
1.
Pengertian
Well-Being
Well-being (dalam bahasa Indonesia
diartikan “kesejahteraan”), dapat diartikan sebagai health (kesehatan),
strength (kekuatan) atau wellness (kesehatan). Dalam psy-complex, well-bwing
berhubungan dengan patologi kesehaatan. Sedangkan dalam pandangan psikologi
positif, well-being berhubungan dengan penanganan stress yang menyangkut
afeksi, kognitif, fisik, spiritual, diri dan social (Van Rooyen, 2007: 42).
Fisher (dalam Departement of AEducation
and Child’s Service, 2006: 7) mengartikan well-being sebagai: “seluruh dimensi
kesehatan dan kesejahteraan manusia, menyebar dan menyeluruh pada semua aspek
kesehatan (fisik, mental, emosi dan social).” Maslow (dalam Alwilsol, 2007:
248) juga menjelaskan bahwa dasar dari kesejahteraan (well-being) adalah
kepuasan akan pemenuhan kebutuhan konatif, estetik dan kognitif, karena
kegagalan dalam meraih kepuasan dapat menyebabkan suatu penyakit.
Crips (2008: np) menjelaskan bahwa
well-being terbagi ke dua, yaitu hedonic well-being dan eudaimonic well-being.
Hedonic well-being adalah tipe dimana seseorang hanya mementingkan kesenangan
dan menghindari penderitaan. Sedangkan eudaimonic well-being adalah ketika
seseorang mendapatkan makna, realisasi diri dan mencapai apa yang terbaik bagi
dirinya.
Spiritual dikaitkan dengan kesehatan
(helath) dan kesejahteraan (well-being) karena spiritual memegang peranan yang
penting dalam kedua aspek tersebut. Hippocrates (dalam Fisher, 2011: 21)
menjelaskan bahwa healing
(kesembuhan) dapat diartikan sebagai keadaan yang baik yang dialami seseorang.
Kesembuhan ini didapat berkat kesadaran sendiri, integrasi dan keutuhan semua
dimensi kehidupan. Bahkan pada masa Yunani, spiritual dianggap sebagai dasar
kesehatan seseorang. Van Dierendonck and Mohan (dalam Van Rooyen, 2007: 43)
menjelaskan bahwa spiritualitas termasuk kedalam kategori eudaimonic well-being
karena spiritualitas melibatkan internalisasi dan kesadaran diri sehingga ia
merasakan kekuatan, control dan hasil yang positif bagi dirinya.
2.
Pengertian
Spiritual Well-Being
Kesehatan itu tidak hanya melibatkan
kebugaran fisik dan tidak adanya penyakit saja, namun juga melibatkan aspek
mental, emosi dan social (interaksi dengan menusia lain), dimana aspek mental,
emosi dan social itu merupakan hal yang esensial dalam spiritual. Oleh Karena
itu, dimensi spiritual memiliki dampak terbesar pada kesehatan seseorang
(Eberst dalam Fisher, 2011: 21). Secara singkat , Kamya (dlam Van Rooyen, 2007:
170) mendefinisikan spiritual well-being sebagai kepuasan antara hubungan
seseorang dengan sesuatu yang lebih besar darinya, dan kepuasan dalam mencapai
makna serta tujuan hidupnya.
Spiritual well-being merupakan suatu
tingkatan kesejahteraan yang ditunjukkan dengan perasaan, tingkah laku dan
pemikiran yang positif mengenai hubungan dengan diri sendiri, orang lain,
transenden dan alam sehingga seseorang akan merasakan menemukan identitasnya,
keutuhan, kepuasan, kesenangan, berisi, penghargaan, cinta, sikap yang positif,
kedamaian dan keselarasan serta memiliki tujuan hidup.
3.
Domain Spiritual
well_being
Dalam rangka mendefinisikan spiritual
well-being, maka NICA (The National Interfaith Coalition on Aging) (dalam
Fisher, 2011: 21-22) menjelaskan bahwa dalam spiritual well-being, terdapat
empat tema utama mengenai hubungan yang bervariasi yang dikenal dengan empat
domain spiritual well-bwing yang terdiri dari:
a.
Personal domain
(hubungan dengan diri sendiri yang berkaitan dengan nilai, tujuan dan arti
kehidupan. Domain ini merupakan daya pendorong atau transenden jiwa pribadi yang
mendorong seseorang mencapai harga dirinya).
b.
Communal domain
(hubungan dengan orang lain yang ditunjukkan dalam hubungan interpersonal.
Domain ini berkaitan dengan moral, social, budaya dan agama. Hubungan ini
disajikan dalam pengampunan, kasih sayang dan harapan dalam kemanusiaan).
c.
Environmental
domain (hubungan dengan lingkungan/ alam ditujukan dengan memelihara fisik dan
biologis lingkungan).
d.
Transcendental
domain (hubungan dengan transcendental lainnya yang melampaui tingkat manusia,
misalnya dengan Tuhan atau hal lain yang bersifat mistik melibatkan keimanan
dan ketakwaan).
Fisher menggagas domain ini dengan gagasan yang
sinergis dan progresif.sinergi berarti menunjukkan keterkaitan antara keempat
domain spiritual well-being. Apabila apa yang ada didalam domain tersebut
digabungkan, maka kurang lebih akan terlihat kualitas dan tingkat spiritual
well-being seseorang. Sedangkan progresif menunjukkan bahwa individu membangun
dan mengembangkan domain-domain tersebut sesuai dengan pandangan dan keyakinannya.
Tidak terpenuhinya salah satu domain dapat menyebabkan ketidak utuhan dan
penyakit hati (spiritual disease).
Kualitas dari tiap domain akan berubah dan bervariasi
dari waktu ke waktu, tergantung pada keadaan, upaya, pandangan pribadi dan
kepercayaan terhadap orang lain. Proses sinergis dan progresif ini dapat
dilihat digambar 2.1,
Sumber:
Fisher (1999: 32)
Idealnya, hubungan dengan lingkungan merupakan
perkembangan dari domain personal dan komunal. Namun kesatuan dengan lingkungan
ditentukan oleh pandangan dan budaya individu. Seperti pada kelompok tertentu,
mereka lebih mementingkan kesadaran social daripada mengagumi dan merawat
lingkungan. Domain transenden merupakan gabungan dari domain sebelumnya. Iman
dan ketakwaan yang kuat diperoleh dengan meningkatkan ketiga domain sebelumnya.
Dengan begitu ia akan merasa bersatu dengan Tuhan atau transenden lainnya
karena memiliki sifat-sifat seperti Tuhan.
B.
DEFINISI
KONSEPTUAL
1.
Taubah
kembali dari kemaksiatan kepada ketaatan atau kembali
dari jalan yang jauh kepada jalan yang lebih dekat kepada Allah SWT (Lois
ma’luf, 1986).
2.
Spritual Well Being
Spiritual
well-being merupakan suatu tingkatan kesejahteraan yang ditunjukkan dengan perasaan,
tingkah laku dan pemikiran yang positif mengenai hubungan dengan diri sendiri,
orang lain, transenden dan alam sehingga seseorang akan merasakan menemukan
identitasnya, keutuhan, kepuasan, kesenangan, berisi, penghargaan, cinta, sikap
yang positif, kedamaian dan keselarasan serta memiliki tujuan hidup.
3.
Definisi
Operasional
1.
Taubah
Adapun definisi
operasional dari taubah adalah sebagai skor pada skala yang mengukur rasa pencabutan atau pemutusan dari perbuatan maksiat,
penyesalan atas kemaksiatannya dengan idikator, dan keinginan yang kuat untuk tidak mengulangi perbuatannya pada orang yang
sudah menikah, dengan indikator (1) sangat setuju, (2) setuju, (3) netral, (4)
tidak setuju, dan (5) sangat tidak setuju. Semakin tinggi skor yang diperoleh,
maka semakin tinggi indikator taubah yang dimiliki, begitu pula sebaliknya.
2.
Spritual Well Being
Adapun definisi
operasional dari Spritual well being adalah sebagai skor pada skala yang
mengukur rasa Personal domain, Communal domain, Environmental domain
dan Transcendental domail pada orang yang sudah menikah, dengan indikator (1) sangat setuju, (2) setuju, (3) netral, (4)
tidak setuju, dan (5) sangat tidak setuju. Semakin tinggi skor yang diperoleh,
maka semakin tinggi indikator taubah yang dimiliki, begitu pula sebaliknya.
D.
Blue
Print
1.
Taubah
NO
|
ASPEK
|
INDIKATOR
|
ITEM +
|
%
|
|
1
|
Al-lala an al mashiyah (pencabutan atau
pemutusan dari perbuatan maksiat)
|
Menyadari yang dilakukan
adalah kesalahan
|
1
|
25%
|
|
Menyadari bahwa taubat adalah keharusan dan perintah
|
2
|
||||
Menghilangkan pikiran-pikiran negatif
|
3
|
||||
Pengakuan telah melakukan dosa di hadapan Allah
|
4
|
||||
2
|
Al Nadam ala fi illia (penyesalan atas
kemaksiatannya)
|
Rasa sedih yang berkepanjangan
|
5
|
50%
|
|
Rasa menyesal yang sangat dalam
|
6
|
||||
Meminta maaf kepada orang yang di dzolimi apabila berhubungan dengan hak
orang lain
|
7
|
||||
Ingat akan larangan untuk tidak berbuat dosa
|
8
|
||||
Ingat akan sakitnya siksa Allah bagi orang yang berdosa
|
9
|
||||
Ingat akan kelemahan diri di mata Allah
|
10
|
||||
Berdzikir di malam hari
|
11
|
||||
Memohon ampun kepada Allah dengan sungguh-sungguh
|
12
|
||||
3
|
Al-Azam alla yauaa ilaha (keinginan yang
kuat untuk tidak mengulangi perbuatannya)
|
Melakukan sholat taubat
|
13
|
25%
|
|
Berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama
|
14
|
||||
Memperbanyak amal sholeh
|
15
|
||||
Berusaha menjadi pribadi yang lebih baik
|
16
|
2. Spritual
Well Being
NO
|
Aspek
|
Indicator
|
Item +
|
%
|
1
|
Personal domain
|
managerial of self
|
1
|
25%
|
(managerial diri)
|
||||
Self-awareness
|
2
|
|||
(memilikikesadarandiri)
|
||||
Joy in life
|
3
|
|||
(memilikikebahagiaandalamhidup)
|
||||
Inner peace
|
4
|
|||
(merasakankedamaianbatin)
|
||||
Meaning in life
|
5
|
|||
(memilikitujuandanmaknahidup)
|
||||
2
|
Communal domain
|
Love of other people
|
6
|
25%
|
(mencintai orang lain)
|
||||
Forgiveness toward others
|
7
|
|||
(memaafkan orang lain)
|
||||
Trust between individuals
|
8
|
|||
(salingmemercayaidengan
orang lain)
|
||||
Respect for other
|
9
|
|||
(menghormati orang lain)
|
||||
Kindess toward other people
|
10
|
|||
(berbuatbaikkepada orang
lain)
|
||||
3
|
Environmental domain
|
Connection with nature
personal
|
11
|
25%
|
(keterhubungandenganalam)
|
||||
Awe at a breathtaking view
|
12
|
|||
(kagumdenganpemandanganalam)
|
||||
Oneness with nature
|
13
|
|||
(menyatudenganalam)
|
||||
Harmony with the environment
|
14
|
|||
(harmonisdenganlingkungan)
|
||||
Sense of ‘magic’ in the
environment
|
15
|
|||
(merasakankeajaibanlingkungan)
|
||||
4
|
Transcendental domain
|
Relationship with the
divine/god
|
16
|
25%
|
(berhubungandengantuhan)
|
||||
Worship of the creator
|
17
|
|||
(beribadahkepada sang
pencipta)
|
||||
Oneness with god
|
18
|
|||
(kesatuandengantuhan)
|
||||
Peace with god
|
19
|
|||
(merasakankedamaiandengantuhan)
|
||||
Prayer life
(senantiasaberdoa)
|
20
|
E.
Skala
Inisial :
Kuesioner
ini berisi pernyataan-pernyataan yang menggambarkan sifat anda. Anda diminta
untuk mengisi dengan sejujurnya dan apa adanya. Penelitian ini tidak akan
mencapai sasaran apabila jawaban anda tidak sesuai dengan apa yang anda lakukan
dalam kehidupan sehari-hari. Tidak ada jawaban yang salah dan benar. Semua
jawaban yang anda tuliskan akan sangat membantu dalam penelitian ini. Silahkan
tentukan satu dari lima pilihan yang tersedia sebagai tanggapan bagi setiap
pernyataan. Berilah tanda checklist (V) pada kolom jawaban sebagai
berikut :
SS : Jika pernyataan Sangat Sesuai dengan
keadaan diri Anda.
S : Jika pernyataan Sesuai dengan
keadaan diri Anda.
N : Jika pernyataan Netral dengan
keadaan diri Anda.
TS : Jika pernyataan Tidak Sesuai dengan
keadaan diri Anda.
STS : Jika pernyataan Sangat Tidak Sesuai dengan
keadaan diri Anda.
No
|
Pernyataan
|
SS
|
S
|
N
|
TS
|
STS
|
|
1
|
Saya menyadari kesalahan yang dilakukan
|
||||||
2
|
Saya menyadari bahwa taubat adalah
perintah dari Allah
|
||||||
3
|
Saya menjauhi prasangka buruk terhadap orang lain
|
||||||
4
|
Saya telah mengakui perbuatan dosa dihadapan Allah
|
||||||
5
|
Saya merasakan sedih berkepanjangan
|
||||||
6
|
Saya merasa menyesal telah melakukan kesalahan
|
||||||
7
|
Saya meminta maaf terhadap orang yang telah didzolimi
|
||||||
8
|
Saya ingat perintah Alloh SWT untuk tidak berbuat dosa
|
||||||
9
|
Saya tahu akan sakitnya siksaan Allah untuk orang yang berbuat dosa
|
||||||
10
|
Saya berpasrah diri karena merasa lemah di hadapan Allah
|
||||||
11
|
Saya melakukan dzikir di malam hari setelah melakukan kesalahan
|
||||||
12
|
Saya memohon ampun kepada Allah dengan sungguh-sungguh
|
||||||
13
|
Saya melakukan sholat taubat setelah melakukan kesalahan
|
||||||
14
|
Saya berjanji tidak akan melakukan kesalahan yang sama
|
||||||
15
|
Saya berusaha memperbanyak amal sholeh terhadap orang lain
|
||||||
16
|
Saya berusaha menjadi pribadi yang lebih baik
|
No
|
Pernyataan
|
SS
|
S
|
N
|
TS
|
STS
|
1
|
Saya membuat pesiapan sebelum beraktivitas
|
|||||
2
|
Saya membuang sampah pada tempatnya
|
|||||
3
|
Saya bahagia dengan nikmat yang Allah SWT berikan
|
|||||
4
|
Saya merasa tenang ketika beribadah
|
|||||
5
|
Saya memiliki tujuan dalam hidup
|
|||||
6
|
Saya mencintai orang lain dengan tulus
|
|||||
7
|
Saya memaafkan kesalahan orang lain
|
|||||
8
|
Saya bias mempercayakan rahasia kepada orang lain
|
|||||
9
|
Saya menghormati orang lain
|
|||||
10
|
Saya berbuat baik kepada orang lain
|
|||||
11
|
Saya dapat menempatkan diri dengan lingkungan
|
|||||
12
|
Saya merasa kagum pada alam
|
|||||
13
|
Saya memelihara lingkungan sekitar
|
|||||
14
|
Saya merasa nyaman dengan lingkungan sekitar saya
|
|||||
15
|
Saya takjub dengan keindahan alam
|
|||||
16
|
Merasa bahwa tuhan melihat saya
|
|||||
17
|
Saya memberi bantuan pada orang yang belum dikenal
|
|||||
18
|
Saya merasa bahwa tuhan itu dekat
|
|||||
19
|
Saya mengingat Allah SWT saat beraktivitas
|
|||||
20
|
Saya berdoa ketika memulai aktivitas
|
F.
Prosedur
Skoring
Prosedur skoring yang digunakan untuk skala
respon ini adalah sebagai berikut
:
Ketentuan
Skor Item Skala
No
|
Respon
|
Skor
|
|
Favorable
|
Unfavorable
|
||
1
|
Sangat Sesuai (SS)
|
5
|
1
|
2
|
Sesuai (S)
|
4
|
2
|
3
|
Netral (N)
|
3
|
3
|
4
|
Tidak sesuai (TS)
|
2
|
4
|
5
|
Sangat Tidak Sesuai
(STS)
|
1
|
5
|
Untuk item yang favorabel huruf SS berarti menunjukkan adanya sikap
dengan intensitas tinggi
dan diberi skor 5, huruf STS berarti menunjukkan adanya sikap
dengan intensitas rendah diberi
skor 1, sedangkan huruf N menunjukkan adanya sikap kenetralan
terhadap objek yang bersangkutan.
Untuk item yang unfavorable huruf
STS
berarti menunjukkan adanya sikap dengan intensitas tinggi dan diberi skor 5, huruf SS berarti menunjukkan adanya sikap
dengan intensitas rendah diberi
skor 1, sedangkan huruf N menunjukkan adanya sikap kenetralan
terhadap objek yang bersangkutan.
Untuk skala ini, semua item favarable. jadi
prosuder skoringnya hanya hanya favarable.
Untuk analisis item
dicari dengan menggunakan program Ms.Excel, SPSS 17.0 dan Lisrel V.9.1 dengan
cara: tabulasi terlebih dahulu hasil try out dengan skor item yang sudah ditentukan
di Excel → masukan 12 skor item awal dari Excel ke SPSS → Save → buka program Lisrel → import data
yang yang telah di save dari program SPSS → save dengan format Lisrel → klik
data → pilih define variabel → pilih salah satu item → klik variable type →
pilih continuous → aply to all → ok → save, kemudian klik statistik → pilih
output option → beri nama dengan akhiran .cor → pilih covariance jadi
corelation → ok.
Buka file new → pilih
data syntax → masukan syntak dari file dan disesuaikan dengan pilihan → save →
dan klik runZ. Begitupun untuk menganalisis 15 item selanjutnya dengan prosedur
skoring seperti di atas. Kesemuanya terdiri dari 36 item, maka dilakukan 3 kali
proses analisis data diatas. Yakni 36 dibagi 3, 12 item awal, 12 item tengah
dan 12 item akhir.
Untuk validitas item
dicari nilai multi-trait & multi-metode menggunakan program Ms.Excel
dan SPSS 17.0 dengan cara : Masukan item
yang sudah disortir (yakni item diatas 0,3) dari Excel ke SPSS → klik analyze →
klik reliability → Ctrl + A → Pindah ke kanan → Klik Alpha → klik Ok
Sedangkan reliabilitas
item dicari dengan memasukan nilai setiap validitas aspek menggunakan rumus constuct reliability & variance
extracted yaitu sebagai berikut:
G.
Prosedur
Interpretasi
1.
Analisis item
Standar
yang digunakan untuk menentukan item yang baik atau tidak menggunakan standar
dari Lisa (1995) , item dikatakan baik jika memiliki
skor korelasi .
2.
Validitas
Standar
yang digunakan untuk menentukan tingkat validitas skala menggunakan standar
dari pengklasifikasian validitas yang dikemukakan oleh Guilford (1956, : 145),
skala dikatakan meiliki validitas yang baik jika memiliki nilai korelasi:
Koefisien Validitas
|
Keterangan
|
0.80
– 1.00
|
Validitas
Sangat Tinggi
|
0.60
– 0.80
|
Validitas
Tinggi
|
0.40
– 0.60
|
Validitas
Sedang
|
0.20
– 0.40
|
Validitas
Rendah
|
0.00
– 0.20
|
Validitas
Sangat Rendah
|
<0.00
|
Tidak
Valid
|
3.
Reliabilitas
Standar yang
digunakan untuk menentukan tingkat reliabilitas skala menggunakan standar dari
pengklasifikasian reliabilitas yang dikemukakan oleh Guilford (1956:145). Skala
dikatakan memiliki reliabilitas yang baik jika nilai constuct reliability memiliki nilai korelasi & variance extracted
memiliki nilai korelasi
Koefisien Reliabilitas
|
Keterangan
|
0.00 – 0.20
|
Tidak Reliabel
|
0.21 – 0.40
|
Sangat Rendah
|
0.41 – 0.60
|
Rendah
|
0.61 – 0.80
|
Moderat
|
0.81 – 0.90
|
Tinggi
|
0.91 – 1.00
|
Sangat Tinggi
|
H.
Hasil
Try Out
1.
Analisis
Item
ITEM
|
NILAI KORELASI
|
ITEM
|
NILAI KORELASI
|
||
Item 1
|
0,26
|
Item 19
|
0,8
|
||
Item 2
|
0,94
|
Item 20
|
0,63
|
||
Item 3
|
0,55
|
Item 21
|
0,12
|
||
Item 4
|
0,73
|
Item 22
|
0,67
|
||
Item 5
|
0,09
|
Item 23
|
0,58
|
||
Item 6
|
0,41
|
Item 24
|
0,21
|
||
Item 7
|
0,03
|
Item 25
|
0,56
|
||
Item 8
|
0,62
|
Item 26
|
0,78
|
||
Item 9
|
0,67
|
Item 27
|
0,71
|
||
Item 10
|
0,7
|
Item 28
|
0,67
|
||
Item 11
|
0,15
|
Item 29
|
0,82
|
||
Item 12
|
0,57
|
Item 30
|
0,23
|
||
Item 13
|
0,3
|
Item 31
|
0,4
|
||
Item 14
|
0,2
|
Item 32
|
0,37
|
||
Item 15
|
-0,2
|
Item 33
|
-0,06
|
||
Item 16
|
0,16
|
Item 34
|
0,39
|
||
Item 17
|
-0,19
|
Item 35
|
0,15
|
||
Item 18
|
0,13
|
Item 36
|
0,36
|
2.
Validitas
skala
a. Multi-trait
Taubah
Aspek
|
Al-lala an al mashiyah
|
Al Nadam ala fi illia
|
Al-Azam alla yauaa ilaha
|
Al-lala an al mashiyah
|
1
|
0,652
|
0,104
|
Al Nadam ala fi illia
|
0,652
|
1
|
0,029
|
Al-Azam alla yauaa ilaha
|
0,104
|
0,029
|
1
|
b.
Multi-trait Spritual Well Being
Aspek
|
Personal
|
Communal
|
Environmental
|
Transcendental
|
Personal
|
1
|
0,555
|
0,299
|
0,491
|
Communal
|
0,555
|
1
|
0,404
|
0,268
|
Environmental
|
0,299
|
0,404
|
1
|
0,406
|
Transcendental
|
0,491
|
0,268
|
0,406
|
1
|
c.
Multi-metode Taubah & Spritual Well Being
Al-lala an al mashiyah
|
Al Nadam ala fi illia
|
Al-Azam alla yauaa ilaha
|
Personal
|
Communal
|
Environmental
|
Transcendental
|
|
Al-lala an al mashiyah
|
1
|
0,652
|
0,104
|
0,421
|
0,181
|
0,311
|
0,685
|
Al Nadam ala fi illia
|
0,652
|
1
|
0,029
|
0,448
|
0,201
|
0,368
|
0,448
|
Al-Azam alla yauaa ilaha
|
0,104
|
0,029
|
1
|
0,329
|
0,027
|
-0,02
|
0,16
|
Personal
|
0,421
|
0,448
|
0,329
|
1
|
0,555
|
0,299
|
0,491
|
Communal
|
0,181
|
0,201
|
0,027
|
0,555
|
1
|
0,404
|
0,268
|
Environmental
|
0,311
|
0,368
|
-0,02
|
0,299
|
0,404
|
1
|
0,406
|
Transcendental
|
0,685
|
0,448
|
0,16
|
0,491
|
0,268
|
0,406
|
1
|
3.
Reliabilitas
skala
·
·
0,2882737802
I.
Pembahasan
1.
Analisis
Item
Berdasarkan hasil
analisis item, terdapat 22 item baik dan 14 item yang tidak baik. item yang
baik memiliki nilai korelasi tertinggi sebesar
0,94 yang terdapat pada item 2 dan nilai korelasi terendah terdapat pada
item 36 dengan nilai korelasi 0,36. Sedangkan untuk item yang tidak baik nilai korelasi
tertinggi sebesar 0,26 pada item 1 dan nilai korelasi terendah sebesar -0,20
pada item 15. Dengan tabel sebagai
berikut:
Item
|
Koefisien
|
Keterangan
|
Item
|
Koefisien
|
Katerangan
|
|
Item 1
|
0,26
|
Tidak baik
|
Item 19
|
0,8
|
Baik
|
|
Item 2
|
0,94
|
Baik
|
Item 20
|
0,63
|
Baik
|
|
Item 3
|
0,55
|
Baik
|
Item 21
|
0,12
|
Tidak baik
|
|
Item 4
|
0,73
|
Baik
|
Item 22
|
0,67
|
Baik
|
|
Item 5
|
0,09
|
Tidak baik
|
Item 23
|
0,58
|
Baik
|
|
Item 6
|
0,41
|
Baik
|
Item 24
|
0,21
|
Tidak baik
|
|
Item 7
|
0,03
|
Tidak baik
|
Item 25
|
0,56
|
Baik
|
|
Item 8
|
0,62
|
Baik
|
Item 26
|
0,78
|
Baik
|
|
Item 9
|
0,67
|
Baik
|
Item 27
|
0,71
|
Baik
|
|
Item 10
|
0,7
|
Baik
|
Item 28
|
0,67
|
Baik
|
|
Item 11
|
0,15
|
Tidak baik
|
Item 29
|
0,82
|
Baik
|
|
Item 12
|
0,57
|
Baik
|
Item 30
|
0,23
|
Tidak baik
|
|
Item 13
|
0,3
|
Baik
|
Item 31
|
0,4
|
Baik
|
|
Item 14
|
0,2
|
Tidak baik
|
Item 32
|
0,37
|
Baik
|
|
Item 15
|
-0,2
|
Tidak baik
|
Item 33
|
-0,06
|
Tidak baik
|
|
Item 16
|
0,16
|
Tidak baik
|
Item 34
|
0,39
|
Baik
|
|
Item 17
|
-0,19
|
Tidak baik
|
Item 35
|
0,15
|
Tidak baik
|
|
Item 18
|
0,13
|
Tidak baik
|
Item 36
|
0,36
|
Baik
|
2.
Validitas
Skala
Berdasarkan
hasil try out yang telah dilakukan
dengan proses pengolahan data melalui program Ms.Excel dan SPSS V.17 untuk mencari nilai multi-trait
& multi-metode, validitas di interpretasikan menggunakan standar dari
Guilford (1956). Hasilnya perbandingan setiap aspek mendapatkan nilai validitas
sebagai berikut:
a. Multi-trait
Taubah
Aspek
|
Koefisien
|
Keterangan
|
Al-lala an al mashiyah - Al Nadam ala fi
illia
|
0,652
|
Validitas Tinggi
|
Al-lala an al mashiyah - Al-Azam alla
yauaa ilaha
|
0,104
|
Validitas Sangat Rendah
|
Al Nadam ala fi illia - Al-Azam alla
yauaa ilaha
|
0,029
|
Validitas Sangat Rendah
|
b. Multi-trait
Spritual Well Being
Aspek
|
Koefisien
|
Keterangan
|
Personal - Communal
|
0,555
|
Validitas Sedang
|
Personal - Enviromental
|
0,299
|
Validitas Rendah
|
Personal - Transcendental
|
0,491
|
Validitas Sedang
|
Communal - Environmental
|
0,404
|
Validitas Sedang
|
Communal - Transcendental
|
0,268
|
Validitas Rendah
|
Environmental - Transcendental
|
0,406
|
Validitas Sedang
|
3.
Multi-metode Syukur & Happines
Aspek
|
Koefisien Validitas
|
Keterangan
|
Al-lala an al mashiyah - Al Nadam ala fi
illia
|
0,652
|
Validitas Tinggi
|
Al-lala an al mashiyah - Al-Azam alla
yauaa ilaha
|
0,104
|
Validitas Sangat Rendah
|
Al-lala an al mashiyah - Personal
|
0,421
|
Validitas Sedang
|
Al-lala an al mashiyah - Communal
|
0,181
|
Validitas Sangat Rendah
|
Al-lala an al mashiyah - Environmental
|
0,311
|
Validitas Rendah
|
Al-lala an al mashiyah - Transcendetal
|
0,685
|
Validitas Tinggi
|
Al Nadam ala fi illia - Al-Azam alla
yauaa ilaha
|
0,029
|
Validitas Sangat Rendah
|
Al Nadam ala fi illia - Personal
|
0,448
|
Validitas Sedang
|
Al Nadam ala fi illia - Communal
|
0,201
|
Validitas Rendah
|
Al Nadam ala fi illia - Environmental
|
0,368
|
Validitas Rendah
|
Al Nadam ala fi illia - Transcendental
|
0,448
|
Validitas Sedang
|
Al-Azam alla yauaa ilaha - personal
|
0,329
|
Validitas Rendah
|
Al-Azam alla yauaa ilaha - Communal
|
0,027
|
Validitas Sangat Rendah
|
Al-Azam alla yauaa ilaha - Environmental
|
-0,02
|
Tidak Valid
|
Al-Azam alla yauaa ilaha -
Transcendental
|
0,16
|
Validitas Sangat Rendah
|
Personal - Communal
|
0,555
|
Validitas Sedang
|
Personal - Envirinmental
|
0,299
|
Validitas Rendah
|
Personal - Transcendental
|
0,491
|
Validitas Sedang
|
Communal - Environmental
|
0,404
|
Validitas Sedang
|
Communal - Transcendental
|
0,268
|
Validitas Rendah
|
Environmental - Transcendental
|
0,406
|
Validitas Sedang
|
4.
Reliabilitas
Skala
Berdasarkan
hasil try out yang telah dilakukan
dengan proses pengolahan data melalui pendistribusian nilai setiap validitas
aspek menggunakan rumus constuct
reliability & variance extracted didapat hasil dengan interpretasi
sebagai berikut:
CE (Reliabilitas sangat tinggi)
VE0,2882737802
(Reliabilitas sangat rendah)
Dari
standar yang digunakan untuk menentukan tingkat reliabilitas skala menggunakan
standar dari pengklasifikasian reliabilitas yang dikemukakan oleh Guilford
(1956:145). hasil reliabilitas dengan rumus constuct
reliability (CE) memiliki nilai korelasi 0,999 & variance extracted
memiliki nilai korelasi 0,288 kurang dari 0,5. Sehingga dapat
ditarik kesimpulan bahwa nilai reliabilitas dengan perhitungan manual
menggunakan rumus CE sudah reliable, sedangkan menggunakan rumus VE tidak
reliable karena kurang dari 0,5.
J.
KESIMPULAN
Berdasrkan
hasil try out pada 36 item, dimana terdapat 22 item yang baik yaitu item 2, 3,
4, 6, 8, 9, 10, 12, 13, 19, 20, 22, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 34, dan 36 dengan
nilai korelasi tertinggi sebesar 0,94
yang terdapat pada item 2 dan nilai korelasi terendah terdapat pada item 36
dengan nilai korelasi 0,36. Item yang tidak baik sebanyak 14 dengan nilai korelasi
tertinggi sebesar 0,26 pada item 1 dan nilai korelasi terendah sebesar -0,20
pada item 1, Item ini
lebih baik diganti dengan item yang baru dan di try out kan kembali, agar 30
item ini dapat dipakai seluruhnya. Untuk item 15, 17 dan 33 masih memiliki
nilai koefisien negatif.
Validitas
pada setiap aspek bermacam-macam, tidak terdapat aspek yang validitasnya sangat
tinggi. aspek yang mendapat kan validitas tinggi yakni aspek Al-lala an al mashiyah - Al Nadam ala fi illia dengan koefisien 0,652 dan
Al-lala an al mashiyah –Transcendetal dengan koefisien 0,685, sedangkan aspek
yang tidak valid yakni aspek Al-Azam alla yauaa ilaha – Environmental dengan
koefisien -0,02. Rata-rata validitas pada setiap aspek yakni bervaliditas
sedang.
Adapun
koefisien reliabilitas yang dikerjakan secara manual dengan rumus constuct reliability (CE) memiliki nilai
korelasi 0,999 (reliabilitas sangat tinggi) & variance extracted
memiliki nilai korelasi 0,288 (reliabilitas sangat rendah) . Sehingga dapat disimpulkan
bahwa perhitungan reliabilitas menggunakan rumus CE menunjukan telah reliable,
sedangkan menggunakan rumus VE tidak reliable karena kurang dari 0,5.
DAFTAR
PUSTAKA
Friedenberg, Lisa. 1995. Psychologycal Testing : Design, Analysis,
and Use. United State of America : A Simon & Achuster Company
Guilford, J.P. 1956. Fundamental Statistic in Psychology And Education. 3 rd Ed. New
York: McGraw-Hill Book Company, Inc
LAMPIRAN
Validitas taubah mulitrait
Correlations
|
||||
aspek1
|
aspek2
|
aspek3
|
||
aspek1
|
Pearson
Correlation
|
1
|
.652**
|
.104
|
Sig.
(2-tailed)
|
.000
|
.585
|
||
N
|
30
|
30
|
30
|
|
aspek2
|
Pearson
Correlation
|
.652**
|
1
|
.029
|
Sig.
(2-tailed)
|
.000
|
.880
|
||
N
|
30
|
30
|
30
|
|
aspek3
|
Pearson Correlation
|
.104
|
.029
|
1
|
Sig.
(2-tailed)
|
.585
|
.880
|
||
N
|
30
|
30
|
30
|
|
**.
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
|
Validitas multirait spritual well being
Correlations
|
|||||
aspek1
|
aspek2
|
aspek3
|
aspek4
|
||
aspek1
|
Pearson
Correlation
|
1
|
.555**
|
.299
|
.491**
|
Sig.
(2-tailed)
|
.001
|
.108
|
.006
|
||
N
|
30
|
30
|
30
|
30
|
|
aspek2
|
Pearson
Correlation
|
.555**
|
1
|
.404*
|
.268
|
Sig.
(2-tailed)
|
.001
|
.027
|
.152
|
||
N
|
30
|
30
|
30
|
30
|
|
aspek3
|
Pearson
Correlation
|
.299
|
.404*
|
1
|
.406*
|
Sig.
(2-tailed)
|
.108
|
.027
|
.026
|
||
N
|
30
|
30
|
30
|
30
|
|
aspek4
|
Pearson
Correlation
|
.491**
|
.268
|
.406*
|
1
|
Sig.
(2-tailed)
|
.006
|
.152
|
.026
|
||
N
|
30
|
30
|
30
|
30
|
|
**.
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
|
|||||
*.
Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
|
Validitas Multi-method Taubah dan Spritual well being
Correlations
|
||||||||
aspek1
|
aspek2
|
aspek3
|
aspek4
|
aspek5
|
aspek6
|
aspek7
|
||
aspek1
|
Pearson
Correlation
|
1
|
.652**
|
.104
|
.421*
|
.181
|
.311
|
.685**
|
Sig.
(2-tailed)
|
.000
|
.585
|
.021
|
.339
|
.094
|
.000
|
||
N
|
30
|
30
|
30
|
30
|
30
|
30
|
30
|
|
aspek2
|
Pearson
Correlation
|
.652**
|
1
|
.029
|
.448*
|
.201
|
.368*
|
.448*
|
Sig.
(2-tailed)
|
.000
|
.880
|
.013
|
.286
|
.046
|
.013
|
||
N
|
30
|
30
|
30
|
30
|
30
|
30
|
30
|
|
aspek3
|
Pearson
Correlation
|
.104
|
.029
|
1
|
.329
|
.027
|
-.020
|
.160
|
Sig.
(2-tailed)
|
.585
|
.880
|
.076
|
.889
|
.915
|
.400
|
||
N
|
30
|
30
|
30
|
30
|
30
|
30
|
30
|
|
aspek4
|
Pearson
Correlation
|
.421*
|
.448*
|
.329
|
1
|
.555**
|
.299
|
.491**
|
Sig.
(2-tailed)
|
.021
|
.013
|
.076
|
.001
|
.108
|
.006
|
||
N
|
30
|
30
|
30
|
30
|
30
|
30
|
30
|
|
aspek5
|
Pearson
Correlation
|
.181
|
.201
|
.027
|
.555**
|
1
|
.404*
|
.268
|
Sig.
(2-tailed)
|
.339
|
.286
|
.889
|
.001
|
.027
|
.152
|
||
N
|
30
|
30
|
30
|
30
|
30
|
30
|
30
|
|
aspek6
|
Pearson
Correlation
|
.311
|
.368*
|
-.020
|
.299
|
.404*
|
1
|
.406*
|
Sig.
(2-tailed)
|
.094
|
.046
|
.915
|
.108
|
.027
|
.026
|
||
N
|
30
|
30
|
30
|
30
|
30
|
30
|
30
|
|
aspek7
|
Pearson
Correlation
|
.685**
|
.448*
|
.160
|
.491**
|
.268
|
.406*
|
1
|
Sig.
(2-tailed)
|
.000
|
.013
|
.400
|
.006
|
.152
|
.026
|
||
N
|
30
|
30
|
30
|
30
|
30
|
30
|
30
|
|
**.
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
|
||||||||
*.
Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
|
.652